Senin, 17 Agustus 2009

Langkah Promosi PHBS belum Maksimal

Kota Bima, Bimeks.-
Sejumlah program pemerintah, termasuk langkah promosi dan preventif penanganan penyakit atau perilaku hidup sehat dan sehat (PHBS), belum sepenuhnya maksimal. Masih ada beberapa kendala alamiah yang dihadapi masyarakat.
Demikian penilaian anggota salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kota Bima, Musleh, saat pertemuan Advokasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang dihelat Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB di di aula kantor Pemkot Bima, Jumat.
Di antara kendala itu, katanya, adalah saat memenuhi kebutuhan makanan yang sehat seperti sayur dan buah yang relatif mahal. Persoalan lainnya, data yang disajikan pemerintah dengan kenyataan di lapangan masih ada sejumlah perbedaan.
“Bagaimana bisa makan sayur dan buah yang sehat, sementara hampir seluruh masyarakat kita terbelit masalah kesehatan karena faktor ekonomi. Tidak mungkin keadaan itu dipaksakan,” katanya. Sementara Kepala Bidang (Kabid) Promosi Kesehatan (Promkes) Kesehatan Dikes Kota Bima, Jufrin, SSos, menjelaskan, secara umum, pemerintah terus menggenjot kinerja dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Terutama pascapembentukan Dewan Kesehatan Kota Bima.
Sebenarnya, diakui Jufrin, masih ada beberapa perbedaan persepsi masyarakat dalam menilai PHBS. Sebagian masyarakat cenderung menganggap PHBS sulit diterapkan. Contohnya, untuk mengonsumsi sayur dan buah yang sehat masyarakat masih mengaku kesulitan karena kendala harga. Padahal, ada beberapa potensi atau jenis buah yang terjangkau yang bisa dimanfaaatkan masyarakat tanpa terkendala harga.
Anggota tim Advokasi Dikes Provinsi NTB, Dudut Eko Juliawan, mengaku hingga saat ini derajat kesehatan masyarakat NTB umumnya, masih rendah. Hal itu juga tidak terlepas angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih menempati urutan 32 dari 33 provinsi.
Katanya, khusus angka kematian bayi mencapai 77/1.000 kelahiran, angka kematian ibu 370/100.000 kelahiran, jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan angka nasional hanya 307/100 ribu kelahiran, dan umur harapan hidup yang hanya rata-rata mencapai 60,9 tahun. Terpaut sedikit dengan angka nasional yang rata-rata 70 tahun.
“Anggota RT merupakan aset yang potensial untuk diberdayakan dalam menjaga dan memelihara kesehatan serta upaya memberdayakan anggota RT agar tahu, mau, dan mampu memraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat,” ujar Dudut.
Dijelaskan ataf Dikes Provinsi NTB itu, beban ganda penyakit yang mesti ditangani pemerintah meliputi ISPA, diare, DBD, Gizi Kurang (GK), bertambahnya penyakit degeneratif/PTM (jantung, stroke, hipertensi). “Penyebab utama kematian
PTM mempunyai pra kondisi sejak dalam kandungan kurang gizi dan perilaku tidak sehat,” katanya.
Tidak hanya melaksanakan pertemuan pembahasan PHBS searah, dalam promosi dan langkah preventif masalah kesehatan itu, tim PHBS Provinsi NTB dan Kota Bima juga tukar-menukar ide soal penyerapan PHBS.
Selain diikuti sebagian besar staf dan pegawai Dikes Kota Bima, pertemuan membahas PHBS itu juga dihadiri sejumlah pemerhati atau LSM kesehatan. Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bima, Hj Marlina, dan sejumlah anggota PKK Kota Bima terlihat hadir. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar