Kota Bima, Bimeks.-
Sebanyak 215 mahasiswa SITE Bima program studi Manajemen yang terbagi 26 konsentrasi Keuangan, 40 konsentrasi Pemasaran, dan 149 Sumber Daya Manusia (SDM) diwisuda dalam rapat senat terbuka kampus biru itu di Paruga Nae, Rabu (19/8). Para wisudawan larut dalam kegembiraan.
Selain orang tua wisuda/wisudawati, acara dihadiri Asisten I Setda Kota Bima, Syahrulah, SH, MH, Asisten III Setda Kabupaten Bima, Drs H Abdul Manaf. Sejumlah anggota Dewan, Muspida, pejabat Kopertis wilayah VIII. Orasi ilmiah disampaikan Prof Dr H Agus Suman, SE, DEA dengan judul Ekonomika Politik dan Kesejahteraan.
Prosesi wisuda dimulai dengan pembukaan rapat senat terbuka oleh Ketua STIE Bima, Firdaus Tahir, ST, sekitar pukul 09.00 Wita.
Dalam sambutannya, Firdaus yakin lulusan kampus ekonomi pertama di Bima itu memiliki kompetisi yang dibutuhkan dunia kerja saat ini, sesuai konsentrasi jurusan selama kuliah. Terbukti sebelumnya, lebih dari 500 orang alumni kampus itu terserap di dunia kerja, yakni pemerintahan atau birokrasi maupun swasta.
Diakuinya, tidak hanya berkompetitif, selain mencari lapangan kerja, secara umum alumni STIE juga diarahkan agar bisa mandiri dan membuka lapangan kerja, sehingga memberikan andil dalam mengurangi penangguran saat ini dan mendarmakan ilmu pengetahuann untuk kepentingan masyarakat sesaui tujuan pengembangan ilmu pendidikan atau tridarma. Bukan semata-mata hanya menyandang gelar Sarjana Ekonomi (SE).
“Bukan hanya siap terjun ke lapagan kerja, para alumni STIE juga diarahkan bias membuka lapangan kerja sendiri,” ujar Firdaus di Paruga Nae, saat yudisium STIE Bima angkatan ke-6, Selasa (18/8).
Firdaus menjelaskan, dengan wisuda angkatan VI sebanyak 215 orang, sehingga alumni sudah mencapai 703 orang. diakuinya, berkurangnya peluang kerja yang tersedia akibat rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi saat ini, wisudawan/wisudawati dituntut lebih kreatif dan inovatif. Bukan hanya mencari posisi pada lapangan kerja yang tersedia, tetapi juga membangun usaha mandiri sebagai entrepreneur atau meniti karier mandiri (self employed), mengembangkan ilmu pengetahuan untk kepentingan memberdayakan masyarakat secara luas.
Kekuatan internal para alumni, lanjut Firdaus, perlu ditambah secara nonlinear terhadap kompleksitas faktor eksternal yang memengaruhi alumni, walaupun telah mendapat sebagian kekuatan itu dari pendidikan selama di kampus. Namun, upaya pembelajaran harus dilakukan sepanjang hayat. “Para lulusan adalah sumber daya yang unggul dan berkemampuan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,” katanya.
Secara umum, STIE Bima dibangun untuk menjawab animo atau kebutuhan masyarakat khusus bidang ekonomi, termasuk untuk menjawab kompleksitas permasalahan yang dihadapi pemerintah saat ini. Berawal dari terbentuknya Yayasan Pendidikan Sinar Jaya Bima pada tahun 1970, yang didirikan oleh Dr (HC) Drs H M Tahir Yasin (alm). Yayasan itu bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan dengan tujuan pendidikan dan peningkatan kualitas SDM sebagai modal untk mengisi pembangunan nasional.
Langkah konkrit yang dilakukan yayasan itu terwujud dengan mendirikan dan mengembangkan lembaga pendidikan tingkat SMA dan Perguruan Tinggi, yakni SMA Sinar Jaya dan STIE Bima.
Dalam upaya pengembangan pendidikan itu tahun 2004, yayasan sinar Jaya Bima mendirikan Akademi Manajemen Bima (AMB) dengan status terdaftar melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 100/D/O/1994. setelah beberapa tahun terbentuk dan seiring perkembangan jaman dan tuntutan publik, eksistensi kampus itu berkembang hingga berubah menjadi STIE Bima melalui SK Mendiknas RI Nomor 44/D/o/2002 tanggal 14 Februari 2002. dalam perkembangnnya, mendapat ijin perpanjangan penyelenggara dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Nomor 142/D/T/2006.
Kehadiran STIE juga mendapat dukungan dari masyarakat Bima dan sekitarnya, terbukti dengan meningkatkannya animo masyarakat yang memilih melanjutkan pendidikannya di kampus itu.
STIE Bima menetapkan 10 orang wisudawan terbaik saat pengukuhan kemarin. Mereka adalah Is Munandar (konsentrasi Manajemen Pemasaran, IPK 3,60) disusul Fitriningsih (Manajemen SDM, IPK 3,52), Hadi Marjoko (Manajemen SDM, IPK 3,47), Misna Ambarwati (Manajemen Keuangan, IPK 3,45), Arif Rahman (Manajemen SDM, IPK 3,39), Iman Kurniawan (Manajemen SDM, IPK 3,35), Sri Wahyuni (Manajemen SDM, IPK 3,33), Linda Dimiati (Manajemen Pemasaran, IPK 3,31), Faisal (Manajemen SDM, IPK 3,29), dan Yuyun Irawati (Manajemen Keuangan, IPK 3,27). (BE.17/*)
Fokus Ciptakan Kesempatan Kerja
Dalam sambutannya, Asisten I Setda Kota Bima dan Asisten III Kabupaten Bima, Drs H Abdul Manaf, juga mengingatkan alumni STIE Bima tidak terfokus berusaha mencari kerja. Namun, harus mengimbangi keadaan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah saat ini dengan membuka lapangan kerja baru. Dengan demikian ikut membantu mengurangi angka pengangguran.
Dalam orasi ilmiahnya tentang Ekonomika Politik dan Kesejahteraan, Prof Dr H Agus Suman, SE, DEA, mengatakan, secara umum saat ini bangsa Indonesia terbelit sejumlah masalah pembangunan seperti angka kemiskinan, pengangguran, kekurangan gizi (malnutrisi), produktifitas sektor pertanian yang rendah serta kenaikan harga minyak dunia.
Menurutnya, persoalan kemiskinan itu mencerminkan rendahnya daya beli dan pengeluaran masyarakat yang pada gilirannya akan berdampak pada penurunan ekonomi.
Dikatakannya, pengangguran berarti ketidakmampuan masyarakat untuk mendapat pendapatan, sedangkan malnutrisi mengonotasikan rendahnya tingkat harapan hidup masyarakat. Rendahnya produktifitas sektor pertanian menandakan rendahnya pendapatan bagi masyarakat pada sektor pertanian.
Fluktuasi harga berdampak minyak dunia juga menyebabkan harga BBM di dalam negeri juga ikut berubah, ynag pada gilirannya memengaruhi daya beli masyarakat. “Secara umum, masalah-masalah itu baik secara individu maupun bersama akan mereduksi kesejahteraan masyarakat,” ujar dosen Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang ini.
Diakui pria kalem kelahiran Bima ini, masalah itu bukan saja semata-mata mencerminkan masalah ekonomi, melainkan juga menggambarkan darajat permasalahan lain, seperti sosial dan politik. Dalam ekonomika, kesejahteraan adalah istilah umum dan biasaya dikaitkan dengan konsep interaksi, yaitu tindakan berhubungan di antara satu orang dengan yang lainnya.
Khusus di Indonesia, secara umum pemerintahan yang didalamnya terdapat lembaga tertinggi negara. Pemerintah, dan lembaga-lembaga tinggi negara dalah dipilih oleh masyarakat melalui pemilihan, masyarakat menentukan individu-individu atau para politis sebagi wakil masyarakat untuk duduk dalam pemerintahhn.
“Ini berarti pemerintah pada khususnya dan pada umumnya, adalah agen atau pihak yang disuruh, sedangkan masyarakat adalah prinsipal atau pihak yang menyuruh,” katanya.
Agus menyebutkan ada sejumlah persoalan yang dihadapi pemerintah dan mayarakat atau dunia usaha saat ini, di antaranya masih banyak persoalan pembangunan di Indonesia yang membutuhkan pemikiran dan solusi yang tidak dari kalangan Sarjana Ekonomi, melainkan juga dari kalangan misnyalnya sarjana politik, sosiologi, sarjana hukum.
“Sebenarnya, yang terpenting dalam wisuda ini juga bukan kuantitas yang mesti dikejar tetapi yang terpenting adalah kualitas,” katanya. (BE.17/*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar