Kota Bima, Bimeks.-
Pemerintah Kabupaten dan Kota Bima diharapkan mengambil hikmah dari kasus aborsi yang melibatkan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Wawo. Kejadian seperti itu bisa muncul di mana saja, sehingga pemerintah dan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) harus lebih intens lagi dalam pembinaan moral dan keagamaan siswa.
Selain itu, aparat Kepolisian diharapkan segera menuntaskan kasus itu agar berefek jera terhadap yang lain.
Harapan itu mengemuka dari beragam pendapat masyarakat pascaterbongkarnya kasus aborsi yang melibatkan pelajar kelas 3 SMAN 1 Wawo berinisial DF. Bayi yang sudah tewas itu diakui hasil hubungan badan dengan MD, mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta (PTS) di Bima. Keduanya hingga kini masih ditahan oleh pihak Kepolisian.
Menurut Nurma, warga Kabupaten Bima, kondisi sosial saat ini dengan kemudahan teknologi dan informasi menyebabkan pelajar lebih leluasa. Pasa satu sisi, teknologi dan informasi memudahkan seseorang untuk berinteraksi, namun bisa fatal jika tanpa kontrol dan disalahgunakan.
“Oleh karena itu, pengawasan perlu ditingkatkan oleh guru dan orang tua,” katanya di Sape, Sabtu lalu, menanggapi pemberitaan kasus itu.
Kasus itu, menurutnya, adalah tamparan bagi semua pihak dan harus diambil hikmahnya agar tak terulang lagi. Tak hanya bagi Dinas Dikpora Kabupaten Bima, tetapi juga Kota Bima. Dikatakannya, jika diketahui dari awal, langkah-langkah antisipatif bisa dilakukan.
Warga lainnya, Nuraini mengaku kaget dengan kasus itu, apalagi sampai tewasnya bayi yang dikandung pelajar itu. Kenyataan ini menyebabkan para orang tua mewaspadai gejala-gejala tak biasa dari anak-anak, lakiatau perempuan.
“Kita jadi lebih waspada terhadap perilaku remaja dan perubahan yang terjadi pada mereka,” katanya di Sape.
Pendapat lainnya dikemukakan Sumriyadin, warga Kota Bima, yang menilai kasus itu adalah pelajaran bagi semua pihak. Sekarang ini, perubahan sosial menyebabkan pergaulan sudah tak terkontrol dan remaja yang tak memiliki landasan keimanan kuat mudah terjerumus.
“Remaja kita adalah aset masa depan, mereka harus diselamatkan dengan pembinaan mental dan keagamaan,” katanya kemarin, mengomentari kasus itu.
Pengajaran masalah-masalah keagamaan diintensifkan agar pelajar semakin memahami dampak perbuatannya agar terhindar dari perilaku menyimpang. “Kasus itu muncul dari pergaulan bebas, apalagi jika ditambah pengawasanorang tua,” katanya di Mpunda, Minggu.
Dia menyarankan,selain pembinaan, razia pelajar yang berkeluyuran saat jam belajar kembali diintensifkan oleh aparat dua pemerintahan. Kota Bima memiliki sejumlah lokasi, terutama pinggir laut, yang seringkali terlihat menjadi tempat kumpul-kumpul siswa.
Hingga saat ini, kasus itu terus diproses oleh aparat Kepolisian dan sudah lima saksi yang diperiksa. Pengembangan pemeriksaan akan dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan munculnya tersangka baru dalam kasus heboh itu.
Dalam pengakuan kepada penyidik, DF mengakui perbuatannya dan diakui hasil hubunga itu dengan MD. Terakhir, jalinan cinta ‘salah prosedur ‘ mereka ekspresikan dengan hubunganpada Februari 2009.
Kasus memalukan itu juga memicu reaksi dari pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Wawo. H Hasan Rasyid, Ketua MUI Kecamatan Wawo, mengingatkan orang tua agar tidak menganggap remeh soal perzinahan karena bertentangan dengan fitrah manusia. (BE.12)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar