Kota Bima, Bimeks.-
Karena tidak ada peralatan berat, pembersihan sampah di Dam Salo dilakukan secara manual. Dua warga setiap hari mengeluarkan tumpukan sampah yang mulai mengeras. Hal ini dilakukan karena warga kuatir terjadi luapan air ke pemukiman warga bila hujan.
Kekuatiran luapan air Dam Salo saat hujan, cukup beralasan. Tumpukan sampah di dasar dam banyak, bahkan sudah mulai mengeras. Karena tidak ada pembersihan, tumpukan sampah tepat di bawah jembatan mulai menggunung dan pepohonan pun tumbuh.
Dua warga sekitar dam setiap hari membersihkan tumpukan sampah dalam air. Mereka menggunakan linggis untuk mencongkel tanah dan parang untuk memotong kayu. Sampah yang dikeluarkan kemudian dikumpulkan di pinggi sungai, lalu dibakar.
Pengurus DPD KNPI Kota Bima, Abdul Haris, MSi, mengaku semula pembersihan sampah akan dilakukan bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Bima. Namun, karena terkendala dana dan administrasi, pembersihan dilakukan secara manual. “Saya tidak tahu kenapa pencairan dananya lamban, padahal sudah ada disposisi Wali Kota Bima,” ujarnya kepada Bimeks, Rabu (5/8).
Meski cara ini membutuhkan waktu yang lama, katanya, namun tetap saja ditempuh karena warga kuatir jika hujan air meluap dan menggenangi pemukiman. Kalau dana dari pemerintah ada, maka akan digunakan untuk membayar tenaga kerja dan sisanya untuk pertemuan dengan warga sekitar dam. “Kita mau diskusi dengan warga, terutama yang bermukim di sekitar jembatan,” ujarnya.
Katanya, kebiasaan masyarakat membuang sampah di bawah jembatan, masih sering terjadi, sehingga tetap harus diingatkan. Dam Salo merupakan salah satu yang mengairi pulahan hektare (ha) sawah di Kelurahan Penaraga, Santi, dan Nae. (BE.14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar