Kota Bima, Bimeks.-
Rentetan kasus HIV/AIDS di Kota Bima mulai mendapat atensi khusus dari pemerintah. Akhir tahun 2009 ini, Pemerintah Provinsi NTB merencanakan mendirikan klinik VCT di Bima. Tujuannya untuk memastikan dan mengetahui lebih dini penyakit mematikan itu bersarang pada tubuh manusia. Isyarat itu disampaikan Ketua Komisi Penanggulangan HIV/AIDS NTB, Drs H Muchtar.
Muchtar mengatakan, secara umum kasus HIV/AIDS di NTB “ibarat gunung es”, diperkirakan masih banyak yang belum terdeteksi. Padahal, perilaku masyarakat saat ini cenderung terbuka dan mengadopsi kebudayaan baru. Terakhir, berdasarkan data KPA, jumlah penderita penyakit itu rinciannya adalah sebanyak 158 penderita HIV, 128 AIDS. Sebanyak 70 penderita HIV dan 52 orang AIDS ditemukan di Kota Mataram, disusul Kabupaten Lombok Timur dengan 34 kasus HIV dan 11 kasus AIDS, Lombok Barat, Lobar 16 HIV, 15 AIDS, Lombok Tengah 16 kasus HIV, 11 AIDS, Sumbawa Barat, 18 HIV, 6 AIDS, Sumbawa, 2 HIV dan 2 AIDS Dompu, 2 HIV.
Khusus di Kota dan Kabupaten Bima baru 1 orang yang tercatat menderita HIV, meski sebelumnya, tercatat 3 orang dinyatakan positif menderita HIV/AIDS oleh RSUD Bima.
“Kasus HIV/AISD ibaratnya gunung es, yang tampak hanya sedikit, padahal bisa jadi angka nyatanya lebih banyak lagi, inilah perlunya partisipasi semua pihak dalam menangani penyakit HIV/AIDS,” ujar Muchtar di kantor Pemkot Bima.
Diakuinya, tidak hanya di Bima, pemerintah juga bakal membangun klinik VCT di setiap daerah di pulau Sumbawa, termasuk Kabupaten Dompu dan Sumbawa Barat. Selama ini, klinik VCT untuk wilayah NTB hanya ada di pulau Lombok, tiga unit di Kota Mataram dan masing-masing satu di Lombok Tengah dan Lombok Timur.
Selain itu, katanya, pemeriksaan HIV/AIDS hanya bisa dipastikan melalui uji klinik VCT, tidak bisa dilalukan oleh laboratorium rumah sakit biasa, karena ada beberapa perbedaan mendasar mekanisme kerja dan peralatan. “Insya Allah rencana pemerintah, sekitar akhir 2009 akan membangun klinik VCT di pulau Sumbawa, termasuk di Bima, agar penyakit itu bisa diketahui lebih awal,” katanya.
Muchtar menambahkan, selain menyiapkan pemeriksaan gratis melalui klinik VCT, pemerintah juga terus menggenjot perilaku masyarakat dalam menangani dan mencegah penyakit itu. Termasuk cara mengantisipasi, ciri-ciri, dan bahaya HIV/AIDS.
Masing-masing pemerintah daerah juga diharapkan berpartisipasi dengan menyiapkan anggaran khusus dalam APBD sehingga penderita penyakit itu tidak terabaikan. “Kita harapkan ada perhatian dari pemerintah daerah juga karena penyakit itu cukup riskan,” pungkasnya. (BE.17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar