Bima, Bimeks.-
Sejumlah pejabat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Dompu, dan Kota Bima mengikuti studi perbandingan kerjasama antardaerah ke Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Solo, Purbalingga, Wonosobo, dan Klaten sejak 10-15 Agustus 2009. Tujuannya untuk melihat dari dekat bentuk kerjasama antardaerah yang telah diterapkan di daerah tujuan. Kegiatan itu difasilitasi oleh GTZ-Good Local Government.
Tim yang terdiri dari Drs H Saladin (Asisten Perekonomian Setda Kabupaten Dompu/Ketua Tim), Syahrullah, SH, MH, (Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Bima/wakil ketua), dan anggota Drs H Nurdin (Plt Kadis Budpar Kabupaten Bima), Hendri Atrimus MBA (Ketua Forum Pengembagan Ekonomi Lokal), Edy Susilo, SE, MSi (Pemkab Dompu), Hasyim Asy’ari SE, MM, Suryadin, SS, MSi (Pemkab Bima) dan Arif Rachman, SSos (Foum Bima Kreatif).
Anggota tim, Suryadin, SS, MSi, menjelaskan, Selasa (11/08) lalu, tim diterima oleh pemerintah provinsi bersama dengan tim GTZ-Good Local Government wilayah DIY. Saat itu, ketua tim menjelaskan maksud kunjungan dan mengharapkan dukungan informasi yang diperlukan bagi rencana kerjasama antardaerah di Kabupaten Dompu, Bima, dan Kota Bima.
Selanjutnya, katanya, tim mengadakan pertemuan dengan jajaran Sekretariat Bersama Kerjasama Pengelolaan Sarana dan Sarana Perkotaan antara Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul (KARTAMANTUL).
Saat itu, jelas Suryadin, Direktur Kartamantul menjelaskan kerjasama itu dimulai awal tahun 2000 seiring berkembangnya tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan publik berkualitas dan perkembangan perkotaan sudah melampaui batas wilayah. Dalam proses yang terus berlangsung, lembaga ini terus berbenah dan menemukan formula ideal meskipun memiliki kekurangan-kekurangan dalam pengelolaannya.
Berdasarkan pengalaman empiris di Kartamantul, katanya mengutip Direktur Kartamantul, tercatat sistem yang lintas batas selalu ada sebagai karakter utama pengelolaan perkotaan, khususnya di wilayah metropolitan. Contohnya, sungai yang memiliki hulu yang mengalir melintasi wilayah dan hilirnya ada di wilayah lain. Kondisi demikian “setali tiga uang” dengan sistem jalan, transportasi, dan air limbah yang selalu terhubung dengan daerah lain di luar batas administrasi.
“Dengan tanpa melihat batas wilayah administratif, sarana dan prasarana perkotaan akan memiliki kinerja yang optimal jika dikelola sebagai satu sistem,” katanya dalam pernyataan yang diterima redaksi Bimeks, Kamis.
Menanggapi pertanyaan tim berkaitan dengan sektor kerjasama dan proses alokasi angggaran, dijelaskan, saat ini terdapat sektor prioritas yaitu pemanfaatan dan pengendalian ruang kawasan perkotaan, penanganan dan pengelolaan sampah, air bersih, transportasi, jalan dan drainase, sinkronisasi pembangunan, peningkatan dan pemelìharaan sarana transportasi. Alokasi anggaran dilakukan dalam bentuk pembagian (sharing) dana dari kabupaten/kota yang bekerja sama yang difasilitasi DIY.
Oleh karena itu, katanya, kerjasama akan terjalin bila setara, adil, partisipatif, transparan, dan demokratis. Urgensi kerjasama itu tidak boleh ada egoisme pemerintahan. Perlu peningkatan komunikasi, partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, aspek penting lainnya adalah kelengkapan organisasi, sistem operasional staf, dan pembahasan sektor-sektor yang diatur dalam kerjasama.
Tim selanjutnya meninjau TPA Sampah Bantul dan Balai Instalasi Pengelolaan Air Limbah (Balai IPAL) Terpusat di Kecamatan Sewon-Bantul diatas tanah seluas 6,7 hektare (ha). (BE.16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar