Bulan puasa tidak menyurutkan semangat para pengeruk pasir di Kelurahan Kumbe Kota Bima untuk mengais rejeki. Mereka terus berjuang hingga butir-butir pasir menjadi rupiah. Nah, bagaimana perjuangan dan aspirasi mereka? Berikut catatan koresponden Bimeks, Sunardin.
Meski kedalaman air hingga leher, mereka menyelam dan mengeruk pasir dengan sekop. Belum lagi medan yang dilalui berbukit dan susah membawa hasil kerukan. Satu hal prinsip yang dipegang, yang penting untuk menafkahi keluarga harus dengan jalan halal atau dari kucuran keringat sendiri.
Pasalnya, sungai tempat mencari nafkah itu tidak ada akses jalan. Mereka terpaksa mengangkut pasir ke jalan yang bisa dilewati kendaraan pengangkut.
Saidin (25 tahun), pengeruk pasir di Nggaro Ta’a Kumbe, memboyong keluarganya ikut serta ke sungai untuk membantunya. Meskipun dia sendiri yang bergulat di tengah sungai, kehadiran anak dan istrinya menyemangatinya. Apalagi, kalau mereka bersedia membantu seperti memisahkan kerikil dari pasir kerukannya. “Mereka harus ada di dekat saya,” ujarnya di Kumbe, Rabu (3/9).
Bagi bapak tiga anak ini, puasa bukan hambatan bekerja. Walaupun harus menahan terik yang membakar kepala dan dinginnya air yang membasahi sekujur badan, pekerjaan harus tuntas. Sebab, kebutuhan keluarganya harus dipenuhi setiap hari. Apalagi, mendekati hari Lebaran pasti kebutuhannya akan bertambah, seperti membeli pakaian anaknya, biaya tamasya, dan kebutuhan lainnya. “Biar gini kami juga butuh rekreasi,” tuturnya.
Saidin sengaja meninggalkan pekerjaannya sebagai tukang kayu, karena merasa mengeruk pasir lebih menguntungkan. Dalam sehari, mampu mengumpulkan empat gerobak/hari. Namun, memasuki bulan puasa Saidin hanya mampu mengeruk dua gerobak/hari.
Biasanya, Saidin menjual pasir Rp30.000/gerobak dan Rp130.000/truk. Walaupun dalam keadan sepi pembeli atau membutuhkan uang, Saidin tetap mematok harga yang sama.
Pengeruk pasir di Oi Mbo, M Said, dalam sehari M.Said mampu mengeruk empat gerobak/hari, namun pada bulan Ramadan hanya mampu mengeruk satu setengah gerobak/hari. Mengenai harga jual, M Said mengatakan relatif sama disetiap lokasi pengerukan karena kualitas dan jenis pasir hampir sama.
Untuk kelangsungan usaha, Saidin dan M Said dan pengeruk pasir lainnya mengharapkan agar akses jalan yang menuju lokasi pengerukan diperbaiki, karena kondisinya sudah rusak parah sehingga, sulit dilewati kendaraan pengangkut. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar