Kota Bima, Bimeks.-
Bulan Juli lalu, perkembangan harga konsumen menunjukkan arah inflasi hingga 0,54 persen. Kenaikan itu karena dipengaruhi kecenderungan kenaikan harga komoditas. Hal itu disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bima, Ir Lalu Supratna, dalam melalui yang diterima redaksi Bimeks.
Pada bulan sebelumnya, kata Supratna, Kota Bima mengalami deflasi 0,04 persen. Kenaikan harga komoditas bahan makanan, terutama ikan bandeng, memicu inflasi. “Sumbangsih bandeng dengan kenaikan inflasi ini 0,14 persen,” ungkapnya.
Inflasi yang terjadi di Kota Bima, diakuinya, mayoritas disebabkan kenaikan indeks pada kelompok makanan sebesar 1,29 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olehraga sumbangsih inflasinya 0,72 persen. Kelompok makanan jadi, minuma, rokok dan tembakau 0,58 persen.
Pada kelompok kesehatan, mencapai 0,22 persen. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,15 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, gas serta bahan bakar 0,01 persen. “Kelompok barang dan jasa yang mengalami penurunan indeks yaitu sandang 0,03 persen,” jelasnya.
Angka inflasi Kota Bima, menempati posisi ke-24 rangking nasional. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Sorong 2,19 persen dan terendah di Kota Purwokerto sebesar 0,01 persen. Deflasi tertinggi terjadi di Kota Mamuju 0,18 persen dan terendah di Kota Jayapura 0,56 persen. Di Kota Mataram sendiri inflasi terjadi 0,47 persen atau lebih rendah dari Kota Bima.
Lantas komoditas apa sajakah yang menyumbang inflasi itu? Supratna menjelaskan, terdapat 20 komoditas, yakni bandeng, bawang merah, tongkol, gula pasir, air kemasan, teri, angkutan dalam kota, kangkung, bawang putih, ketimun, tenggiri, kursi, selar, cumi-cumi, tomat sayur, genteng, rokok kretek, kacang panjang, terong panjang, serta ban luar sepeda motor. (BE.16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar