Minggu, 30 Agustus 2009

Dua Pemuda Tewas Mengenaskan di Kole

Kota Bima, Bimeks.-
Dua pemuda tewas mengenaskan di Desa Kole Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, Minggu (30/8) sore. Mereka adalah Ded (19 tahun) warga RT 24 RW 09 Kelurahan Jatibaru dan Rus alias Capung (24 tahun) warga Gindi Kelurahan Jatiwangi Kota Bima.
Aparat Kepolisian dan Babinsa menduga mereka terlibat dalam kasus pencurian kambing. Dua korban itu diduga dihakimi massa setelah memergoki perbuatan mereka. Ded dan Rus diidentifikasi masih saudara tiri.
Dua korban lainnya, Ags dan Raf, warga Jatibaru meloloskan diri dari amukan massa. Meski lolos, namun pada tubuh keduanya menancap tombak.
Informasi yang dihimpun Bimeks tadi malam, keempat korban diduga terlibat dalam pencurian kambing. Karena kepergok, mereka pun dihakimi massa.
Alfinahrudin, warga Jatibaru, mengatakan kerabat korban yang mengetahui kejadian itu sempat menuju lokasi kejadian bersama warga lainnya. Saat itu, Alfinahrudin mengaku melihat kondisi korban Ded yang sudah gosong, sementara Rus mengalami luka sabetan senjata tajam dan leher nyaris putus.
“Ags (menyebut nama lengkap, Red) dipastikan selamat, meski terluka. Karena beberapa kali menghubungi warga, sementara Rafi belum diketahui kondisinya,” katanya di Jatibaru, tadi malam.
Tadi malam, aparat Kepolisian menuju Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengangkut dua mayat itu. Korban diduga dibuang setelah dihakimi massa. Sementara di Jatibaru terjadi konsentrasi massa. Warga banyak yang ingin melihat kondisi tubuh korban.
Babinsa Danposramil Ambalawi, Serda Samah, mengatakan kedua korban tewas diduga setelah mencuri kambing dan kemungkinan warga sengaja mengintai mereka. “Karena sebelumnya sering terjadi kehilangan ternak di lokasi itu,” katanya di lokasi kejadian tadi malam.
Daging kambing yang diduga dicuri telah dimasukkan dalam karung. Barang bukti diamankan oleh Kepala Desa (Kades) Kole.
Sementara itu, Waka Polresta Bima, Kompol IG Bratasuta, SIK, menduga tewasnya kedua korban lantaran mencuri kambing dan untuk menyelidiki kasus itu mayat korban akan diotopsi. “Setelah itu baru akan dikembangkan,” katanya di lokasi kejadian.
Nurseha, ibu Ded, terlihat shock dan terus menangisi kematian anaknya. Begitu juga dengan kerabatnya yang lainnya. Mereka tidak menyangka Ded tewas dengan cara mengenaskan seperti itu. (BE.16)

Darrrr....Petasan Menyalak di Teras Masjid An-Nur Kumbe

Kota Bima, Bimeks.-
Ini perbuatan yang sangat tak patut ditiru. Di tengah kekhusuan shalat tarawih, jamaah Masjid An-Nur Kelurahan Kumbe Kota Bima dikagetkan dengan ledakan petasan yang dilakukan oleh anak-anak. Ironisnya lokasinya di teras masjid itu dan diduga oleh anak-anak lingkungan setempat. Akibat ledakan itu, konsentrasi jamaah terganggu. Peristiwa itu terjadi Sabtu (29/8).
Sejumlah jamaah menyesalkan kejadian itu. Seharusnya bulan Ramadan seperti ini diisi dengan kegiatan yang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada Allah. Bukan sebaliknya merugikan orang lain dengan cara mengganggu ibadah sesama. Apalagi, pelaku peledakan petasan itu berasal dari kampung setempat.
Imam Masjid An-Nur, H Arsyad Sadda, mengecam kejadian itu dan pelakunya harus diberi ganjaran yang setimpal atas perbuatannya, bila perlu dipenjara karena mengganggu kegiatan keagamaan. Katanya, peranan orang tua dalam mendidik anak harus lebih ditingkatkan agar kejadian seperti itu tidak ada lagi kemudian hari. “Orang tua harus mendidik anaknya sejak usia dini,” katanya di Masjid An-Nur, Sabtu.
Sejumah jamaah lainnya juga mengaku kaget dengan ledakan itu. Bon, misalnya, ketika ledakan itu terjadi baru saja takbir. Akhirnya konsentrasinya kacau, karena seluruh badannya gemetar dan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mengembalikan kondisi seperti sedia kala. “Konsentrasi saya terganggu,” ujar mahasiswa STKIP Bima ini.
Tidak hanya Bon, jamaah lainnya juga kaget atas peristiwa itu dan mengecam perilaku pelaku. Mereka menyatakan, seandainya ledakan petasan itu terjadi di luar pekarangan masjid, tidak akan menyoalnya karena bagaimana pun mengerti kenakalan anak-anak. Namun, yang terjadi justru di teras masjid sehingga tidak dapat ditolerir lagi.
Mohammad Syarif, anggota Polres Bima,yang saat itu sedang menunaikan ibadah shalat tarawih di masjid itu sempat mengejar pelaku. Namun, gagal menangkap pelakunya karena ‘start’ pengejarannya dari shaf depan.
Syarif mengatakan, seandainya pelakunya ditanggkap maka akan diproses berdasarkan hukum yang berlaku agar menimbulkan efek jera. “Pelaku peledakan harus ditangkap,” ujarnya usai tarawih, Sabtu malam itu. (K01)

Awas, Curanmor kian Merajalela!

Kota Bima, Bimeks.-
Pencuri tidak mengenal waktu dan tempat. Ada barang yang bernilai uang tinggi, seperti sepeda motor langsung diembat. Tak peduli saat bulan suci Ramadan 1430 Hijriyah. Seperti yang terjadi Jumat (28/8) malam sekitar pukul 21.00 Wita di wilayah Asakota, menimpa Nursaidin (25), warga Mande I.
Informasi dihimpun Bimeks, aksi pencurian itu tepatnya di Tolobali Kecamatan Asakota. Saat itu, Nursaidin sedang bertandang ke rumah salah satu temannya. Sekitar 10 menit, motor jenis Honda Supra 125 X tiba-tiba raib dicuri.  Akibatnya, korban diperkirakan merugi hingga belasan juta rupiah.
Kepala Satuan  Reserse dan Kriminal (Reskrim) Polisi Resort Kota (Polresta) Bima, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Yuyan Priatmaja, SIK, mengaku, hingga kemarin masih memburu otak pencurian motor itu, termasuk yang terjadi sejak dua pekan lalu. “Hingga kini, kami belum mendapat gambaran siapa pelaku pencurian itu, sampai saat ini masih kami buru. Tapi, yang jelas kita sudah semakin meningkatkan pengawasan dan patroli termasuk jalan tikus,” ujar Yuyan di Sat Reskrim, Sabtu (29/8).
Yuyan menduga, dari rentetan aksi pencurian motor yang terjadi hampir beruntun dalam dua pekan terakhir, dalangnya diduga pemain lama dari daerah pelosok Kabupaten Bima. Seperti diketahui sebelumnya, sejumlah aksi Curanmor yang terjadi di Kota Bima didalangi pelaku dari pelosok. “Kita perkirakan pelakunya berasal dari pelosok, motor yang diambil itu dibawah keluar karena kalau di kota kemungkinan bisa terpantau lebih awal,” katanya.
Menurutnya, sejumlah aksi Curanmor yang terjadi di Kota Bima dalam dua pekan terakhir tidak terlepas dari kelalaian pemilik motor dan tingginya mobilitas masyarakat saat Ramadan ini, sehingga memberikan ruang gerak bagi ‘si panjang tangan’ itu. “Saat puasa ini masyarakat dari sore hingga malam senang keluar dan keliling-keliling dengan kendaraan, sehingga peluang pencurian lebih besar ditambah kurang hati-hatinya masyarakat menyimpan kendaraan,” katanya.
Diakui Yuyan, sama seperti hari-hari biasa, sejak awal Ramadan biasa aparat Kepolisian memantau dan mengawasi kondisi keamanan. Hanya saja, belum diimbangi kewaspadaan pemilik motor atau masyarakat.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, tiga motor tercatat raib dalam aksi Curanmor dalam satu bulan terakhir. Satu mobil juga diakui Kepala Unit (Kanit) Patroli Polresta Bima, Aiptu Alwi, dilaporkan raib karena aksi yang sama Jumat (28/8) pagi.
Setelah aksi curanmor yang menimpa warga Mande, Jumat malam, praktis ada empat sepeda motor yang hilang dalam dua pekan terakhir di wilayah hukum Polresta Bima. (BE.17)

BKD Bantah Selipkan Tenaga Kontrak

Kota Bima, Bimeks.-
Surat Keputusan (SK) tentang perubahan tenaga kontrak kepala lingkungan diterbitkan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) melalui Bagian Umum Setda. Isinya perubahan SK Tenaga Kontrak dari tahun 2004 yang belum tercakup oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima.
Namun, SK itu dinilai merugikan tenaga sukarela, karena ada nama yang tak tercatat sebelumnya. Atau ada nama yang diselipkan. Benarkah?
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BKD, Mukhtar, MH, membantah dugaan penyelipan tenaga kontrak baru dalam SK itu.
“Kami sudah menerbitkan SK sesuai prosedur yang berlaku,” ujarnya di BKD, Sabtu (29/8) lalu.
Mukhtar membenarkan penerbitan SK itu. Namun, dia berharap masyarakat jangan salah menilai SK itu, karena mereka yang menerima adalah Kepala Lingkungan pada beberapa kelurahan di Kota Bima. Mereka sudah mengabdi sejak sebelum transit desa ke kelurahan dan Kabupaten Bima ke Kota Administratif
Mengenai beberapa nama seorang pegawai perempuan yang tidak terdapat dalam lampiran SK tahun 2004- 2005, namun muncul dalam lampiran SK tahun 2009, Mukhtar mengaku dia ditugaskan di rumah tangga Wali Kota dan jatah Pemkot Bima yang akan diangkat menjadi tenaga kontrak.
Mukhtar menambahkan, pengangkatan pegawai itu disebabkan karena ada beberapa hal yang memang memungkinkannya mendapatkan SK tenaga kontrak Kota Bima.
Bagaimana reaksi Forum Tenaga Sukarela Kelurahan dan Kecamatan se-Kota Bima? Melalui Jubaer, SSos, Pemkot Bima dinilai tidak konsisten dengan aturan main yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan melanggar PP 48/2005 tentang perekrutan dan pengangkatan pegawai honor daerah atau semacamnya.
Diakui Jubaer via HP Sabtu lalu, forum pernah beraudiensi dengan Sekda H Maryono Nasiman, sekitar tahun 2008 lalu dan menyatakan tidak ada perekrutan dan pengangkatan tenaga honor daerah atau semacamnya sebelum PP 48/2005 berakhir. (K02)

Pesantren Kilat Bina Anak Usia Dini

Kota Bima, Bimeks.-
Saat ini, SDN 07 Kota Bima menggelar Pesantren Kilat untuk siswanya. Kegiatan yang diadakan di mushala sekolah itu sudah berlangsung selama sembilan hari dan akan berakhir 4 September 2009. Dari hari pertama itu dilaksanakan sampai sekarang berlangsung khikmad, karena baik guru maupun siswa merasa senang mengikutinya.
Kegiatannya di antaranya minggu pertama, siswa dibekali ilmu seputar keagamaan, misalnya mengenai tata cara shalat, pentingnya berpuasa, zakat, berbuat baik sesama manusia dan lain-lain. Minggu kedua siswa akan diuji kembali mengenai materi yang sudah diberikan sebelumnya dengan lomba-lomba yang menarik perhatian siswa.
Kegiatan yang pesertanya dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga kelas IV itu bertujuan membina akhlak siswa sejak usia dini agar ke depan menjadi manusia yang beriman.
Seperti yang diharapkan Drs H Dahyar, MPd, setiap kali mengisi materi dalam pesantren kilat itu. “Belajar pada usia dini untuk mengenal Allah,” katanya di SDN 07 Kota Bima, Sabtu (29/8)
Loordinator pelaksaan pesantren kilat di SDN 07, Ibrahim Jamal, mengatakan kegiatan itu dilaksanakan selama bulan puasa. Akhir kegiatan akan ditutup dengan berbuka puasa bersama. “Selama puasa kegiatan semacam ini terus diadakan,” tuturnya. (K01)

Pembudidaya Ikan Panen Rejeki

Kota Bima, Bimeks.-
Sepekan terakhir ini, pembudidaya ikan air tawar asal Kelurahan Dodu, H Anwar H Abdul Gani, kewalahan menerima pesanan ikan dari pembeli terutama sejak Ramadan 1430 Hijriyah. Pasalnya, bapak lima anak itu tidak pernah menyangka akan diserbu pembeli.
Biasanya, sebelum bulan Ramadan, laku 300-400 kg/hari. Namun, sekarang meningkat antara 700-800 kg/hari atau meningkat sebesar 20 persen.
Karena banyaknya permintaan, Anwar menaikkan harga jualnya dari Rp30.000/kg naik menjadi Rp50.000/kg. Bisa dibayangkan jika sebelum harganya dinaikkan menjadi Rp50.000/kg, pendapatan setiap bulan sebesar Rp9 juta.
Berapa pendapatan Anwar sekarang? Pria 68 tahun ini memerkirakan sebesar Rp11 juta-Rp12 juta /hari.
Nah, dari pembudidayaan itu, Anwar dan keluarganya, kehidupannya berubah. Lima anaknya berhasil menyelesikan pendidikannya di Perguruan Tinggi (PT) dan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada berbagai daerah di Indonesia.
Tidak heran, jika tambak Anwar kebanjiran pembeli setiap hari. Di tempat itu, hanya tambaknya yang memiliki persediaan ikan banyak dan beraneka ragam jenis seperti lele, karper, nila, bawal merah, bawal putih dibandingkan para pembudidaya lainnya.
Jika pembudidaya di lingkungannya hanya memiliki 3-4 kolam penampungan, maka Anwar memliki tujuh kolam penampungan dan pembibitan di atas 1 hektare (ha) tanah.
Ketua Kelompok Tani Ikan Air Tawar ‘Putri Duyung’ itu merintis usahanya sejak tahun 1982 atau orang pertama di kampungnya yang membudidaya ikan air tawar. Seluk-beluk dan berbagai macam masalah dalam memembudidaya ikan sudah dikuasainya.
Dari pengalamannya, Anwar bisa memroduksi bibit ikan dalam jumlah yang banyak. Tidak hanya itu. Anwar bisa membuat pakan sendiri, bahkan untuk dipasarkan.
Karena kegigihannya merintis dan mengembangkan usaha itu, Anwar pernah mendapat penghargaan kelompok petani pangan tahun 1959 dari Presiden Suharto. (K05)

Meningkat, Kesadaran Mengurus IMB

Kota Bima, Bimeks.-
Kesadaran masyarakat Kota Bima mengurus Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) terus digenjot dan menunjukkan grafik yang meningkat. Hasilnya, hingga Agustus 2009 ini, pemerintah mampu meraup pendapatan sebesar Rp190 juta atau 91 persen dari target Rp194 juta selain objek pendapatan daerah jenis lainnya.
Kepala Bidang (Kabid) Perijinan Dinas Tata Kota dan Perumahan (DTKP) Kota Bima, Ir Agus Suharli, mengatakan, meningkatnya pendapatan itu berkat pastisipasi dan kesadaran masyarakat mengurus dan membayar ijin IMB. Angka realisasi ini diperkirakannya melampaui target ditetapkan Dinas Pendapatan  Daerah (Dispenda). “Alhamdulillah kesadaran masyarakat mengurus IMB semakin meningkat, sehingga kita perkirakan target pendapatan kita akan kembali melampaui target,” ujar Agus di DTKP Kota Bima, Sabtu (29/8).
Agus mengatakan, tidak hanya IMB, sebagaian sumber pendapatan itu juga berasal dari objek lain, seperti penerbitan ijin tower, baligo atau papan reklame. Secara umum, khusus untuk IMB di Kota Bima, dibagi dalam tiga jenis, bangunan rumah tangga, gudang dan rumah tok (ruko) berlaku selama sepuluh tahun.
Namun, bisa berubah jika ada penambahan atau perombakan dari objek itu. “Misalnya awalnya rumah hanya berlantai satu, jika ingin merubah menjadi berlantai dua, masyarakat harus mengurus ijin, mengonsultasikan kepada kami sehingga bisa diketahui juga kelayakannya,” katanya.
Diingatkannya, IMB sangat pentingbukan saja sebagai salah satu sumber pendapatan pemerintah, masyarakat bisa mendapatkan kepastian kelayakan mendirikan bangunan yang tidak merugikan orang lain atau aspek lain, termasuk tata Kota seperti yang diatur dalam Perda Nomor 7 tahun 2007 tentang Tata Ruang.
“Bisa dibayangkan jika nanti ada masyarakat yang bangun rumah hingga lantai tiga tanpa konsultasi dengan kita. Tiba-tiba terjadi musibah entah rubuh atau bagaimana, itulah pentingnya sisi lain dari mengurus ijin,” katanya.
Agus menambahkan, kendati angka realisasi  pendapatan atau kesadaran masyarakat mengurus IMB meningkat, hingga kini pemerintah terus menyosialisasikan dan menggenjot masyarakat agar mengikuti seluruh perturan yagn ditetapkan pemerintah, termasuk larangan mendirikan bangunan di sekitar bantaran sungai.
“Karena sesuai aturan, 13 meter dari bantaran sungai itu tidak boleh mendirikan bangunan termasuk 16 meter dari jalan negara juga tidak boleh mendirikan bangunan rumah. Ini yang terus kita sosilalisasikan karena selama ini masyarakat tidak tahu,” pungkas Agus. (BE.17)

Permintaan Tahu-Tempe Meningkat

Kota Bima, Bimeks.-
Sejak awal Ramadan 1430 Hijriyah, pemintaan tahu dan tempe di sekitar wilayah Kumbe Kota Bima meningkat. Masyarakat setempat mengaku meminatinya karena lebih praktis dimasak. Jika sebelumnya, pedagang mampu menjual 100 lempeng, kini meningkat 150 lempeng. Satu lempeng dijual Rp1.000.
Seperti diakui pedagang dari pulau Lombok, Zainal. Dia mengaku, dagangannya lebih laku sejak bulan puasa. Katanya, jika sebelumnya dijajakan mula pukul 07.00 Wita hingga pukul 09.00 Wita, kini hanya satu jam saja.
Bagaimana dengan penjual ikan? Hasnun mengaku, selama Ranadan dagangannya kurang pembeli, karena langganan beralih mengonsumsi tahu dan tempe. Pendapatan yang biasanya Rp150 ribu dalam sehari, kini hanya Rp100 ribu saja. Dia mengaku menjual semua jenis ikan yang dibelinya dari pejunal di pasar raya Bima.
Mengapa tahu dan tempe diminati? Hamidah, warga Kumbe, memilih tahu karena harganya murah dan praktis dimasak, selain itu disukai oleh keluarganya.
Arni, warga lainnya, mengaku sengaja berganti menu karena bosan dengan ikan. Memilih tahu tempe karena mengandung banyak protein dan cara memasaknya mudah, tidak amis seperti ikan. (K01)

Kegiatan Ponpes Darul Furqan, Padat

Kota Bima, Bimeks.-
Sebelum bulan Ramadan, Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Furqan di Dodu memiliki kegiatan tetap seperti latihan membuat kaligrafi, ceramah, mengaji dan kegiatan lainnya. Sekarang kegiatan pada Ponpes wilayah Dodu itu bertambah dengan kegiatan Nujulul Qur’an, MTQ, kuis Ramadan, dan tarawih. Tidak hanya kegiatan yang bertambah, jadwal kegiatannya pun ikut berubah.
Sebelumnya diadakan pukul 08.00-12.00 Wita, sekarang diganti pukul 13.00 Wita. Pagi hari diisi dengan kegiatan Ramadan. Hal itu sengaja dilakukan supaya kegiatan Ramadan lebih efektif.
Pimpinan Ponpes, Drs H Musaddad, SH, menjelaskan kegiatan yang melibatkan 28 pengajar dan 500 santri itu untuk menambah keimanan dan ketakwaan (Imtaq) seluruh komponen yang terlibat di dalamnya sehingga budaya dan pola kehidupan yang Islami terbentuk. Sebagaimana tercantum dalam misi Ponpes Darul Furqan, menjadi sumber dibentuknya manusia yang berkualitas dalam berilmu pengetahuan, kepribadian Islami yang sehat jasmani dan ruhani.
Dikatakannya, untuk menggali potensi para santri mengadakan kegiatan seperti latihan ceramah, khat kaligrafi, les privat bahasa Arab, dan bahasa Inggris dengan mendatangkan dua pengajar dari luar Ponpes. Disamping itu, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif, Ponpes menyediakan fasilitas seperti gedung sekolah yang bertingkat, masjid, perpustakaan, koperasi yang menjual segala keperluan para santri dan fasilitas pelengkap lainnya seperti empat unit komputer, satu unit laptop. “Para santri diberi fasilitas yang lengkap,” katanya di Dodu, Sabtu (29/8).
Efektifkah penerapan kegiatan Ramadan terhadap para santri, mengingat banyaknya kegiatan keagamaan dalam Ponpes itu? Khanifa, santri kelas III SMA asal Dodu, mengaku bisa menambah ilmu dan menciptakan kreatifitas para santri dengan berbagai kegiatan yang disuguhkan dalam bulan Ramadan. “Dengan kegiatan ini kami mendapat inspirasi dan ilmu,” tuturnya. (K05)

Maba Akbid Surya Mandiri Bantu Yatim Piatu

Kota Bima, Bimeks.-
Ratusan mahasiswa baru (Maba) Akademi Kebidanan (Akbid) Surya Mandiri memberikan bantuan kepada Panti Asuhan Nurul Mubin Kelurahan Monggonao Kota Bima. Kegiatan sosial itu bagian dari masa orientasi.
Syahruna, SPd, mewakili pihak Akbid Surya Mandiri, menyerahkan bantuan itu kepada Pimpinan Panti Asuhan Nurul Mubin, Muhidin. Bantuan yang diserahkan berupa 11 dus mi, 107 lembar terdiri pakaian (47 baju lengan pendek, 60 lengan panjang). Selain itu jilbab, tas, dan uang tunai senilai Rp1 juta.
“Kegiatan sosial ini juga dilaksanakan pada tahun lalu dengan memberi bantuan kepada panti asuhan,” kata Syahruna, Sabtu (29/8).
Pimpinan Panti Asuhan Nurul Mubin, Muhidin, mengatakan saat ini menampung 41 anak, 17 diantaranya pria. Mereka semua sekolah, mulai SD kelas dua hingga SMA kelas tiga. Anak panti asuhan, tidak hanya berasal dari Kota dan Kabupaten Bima, namun juga Dompu. Bahkan, ada juga dari Flores (NTT). (BE.16)

Warga Nitu Mengais Hidup di Laut Panda

Bima, Bimeks.-
Badai tropis El Nino mulai terasa di wilayah Bima. Banyak lahan pertanian yang mulai mengering. Masyarakat pun mulai mencari alternatif untuk sumber makanan, tanpa harus mengeluarkan biaya.
Setidaknya itulah yang dilakukan oleh puluhan warga Kelurahan Nitu Kota Bima, yang mengais hidup di pantai Desa Panda Kabupaten Bima. Mereka menyusuri tepi pantai dan mencari kepiting dibalik batu karang.
Terik mata hari yang ada di atas ubun, tak menyurutkan semangat Ijo, warga setempat, mengangkat batu karang tempat persembunyian kepiting. Meski tubuhnya kurus dan kulit telah mengeriput, namun semangatnya tak padam.
Sejak pukul 08.00 Wita, dia mulai berada di pantai Panda. Hasil yang diperolehnya sekitar setengah ember. Ukuran kepiting yang didapat, hanya kecil, beberapa berukuran sedang. “Ini untuk santap saat berbuka puasa nanti,” katanya di Panda, Minggu.
Remaja asal Nitu, Ardiansyah, mengaku pagi-pagi berangkat dari rumah berjalan kaki menyusuri jalan setapak di pegunungan. Sesekali melewati semak untuk mencari kepiting, menemani makan saat puasa.
Cukup banyak yang diperoleh Ardiansyah. Siswa SMP ini mencari kepiting untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya. Meringankan beban orang tua, meski bertarung dengan panasnya matahari. (BE.16)

Pacuan Benhur di Panda Ramai Petaruh

Bima, Bimeks.-
Pascabentrokan antarwarga di arena pacuan Sambinae Kota Bima, Jumat (28/8) sore, tak menyebabkan pacuan benhur terhenti. Hobi mitu tetap dihelat. Seperti yang terlihat di arena pacuan kuda Desa Panda Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima. Bahkan, pacuan berlangsung sejak pagi hingga sore hari. Pantauan Bimeks, ratusan warga bersemangat menyaksikan perlombaan itu. Namun, tidak seperti pacuan kuda yang ada persiapan, kepanitiaan, umbul-umbul, keamanan, dan lainnya.
Informasi yang diperoleh, pacuan benhur dan kuda itu dihelat di Panda setiap Minggu. Seperti di Sambinae, pacuan benhur hanya diikuti dua peserta setiap kali balapan dan hanya satu putaran.
Benhur yang digunakan, memang tidak seperti biasanya. Ukurannya gerobaknya lebih ramping, tempat duduk dibuat di posisi tengah untuk jokia. Gerobak pun dibuat terbuka, agar joki leluasa memacu kuda dengan pecut khusus.
Kegiatan ini tak lepas dari para petaruh. Meski terik matahari menyengat, namun mereka tetap antusias. Apalagi, di lokasi ini ada yang menjajakan makanan dan minuman.
Saat berlangsung pacuan, sempat ada mobil patroli polisi yang datang. Hanya ada dua petugas yang duduk di bagian depan mobil. Mereka tidak lama dan pergi meninggalkan lokasi pacuan.
Hingga siang kemarin, memang tidak terjadi bentrokan seperti di Sambinae. Namun, potensi itu tetap ada, tidak terkecuali ketika lomba resmi yang dijaga ketat aparat Kepolisian.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, pacuan benhur di Kelurahan Sambinae berujung bentrok. Satu orang mengalami luka parah di bagian pipi kanan. (BE.16)
 

Warga Soncolumba Impikan Rabat

Bima, Bimeks.-
Hampir setiap tahun, warga dusun Soncolumba Desa Rite Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima menjadi langganan banjir. Sejak beberapa tahun lalu, warga setempat berharap agar pemerintah memogramkan pembuatan rabat.
Alasannya, kata Kepala Dusun Soncolumba, Syahbudin, setiap kali banjir menerjang pemukiman warga, pagar-pagar hancur. Akibatnya, saat ini banyak pagar gang dari kayu banyak yang tidak ada. “Jika diprogramkan rabatnisasi oleh pemerintah, maka dibutuhkan sekitar 50 meter,” katanya kepada Bimeks di Desa Rite, Sabtu (29/8).
Sebenarnya, program rabat itu sudah sering diusulkan. Namun, setiap tahun pula dijanjikan, tanpa jelas realisasinya. Apalagi, kini mereka mendengar kabar Pemkab Bima kekurangan anggaran sehingga memangkas sejumlah proyek. “Jangan sampai janji untuk tahun ini, berlalu bergitu saja seperti tahun sebelumnya,” pintanya.  
Diharapkannya, pembuatan rabat itu dapat menahan banjir yang melanda setiap tahun dan pemerintah diharapkannya memahami kebutuhan masyarakat. “Jangan sekadar janji saja tanpa ada kepastian kapan realisasinya,” tandasnya. (BE.16)

Wilayah Tambora harus terus Berbenah

Bima, Bimeks.-
Sekitar 92.000 nyawa telah hilang di tanah Tambora dan sekitarnya pada tahun 1815 lalu akibat letusan gunung Tambora. Sisa-sisa letusan itu kini masih dapat ditemui di sepanjang jalan, mulai dari Sanggar hingga Labuan Kananga di lingkat utara dan lingkar selatan melalui Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu.
Hanya saja, Bupati Bima, H Ferry Zulkarnain, ST, mengingatkan agar kenangan pahit itu dilupakan dan diambil hikmahnya. “Itu adalah masa lalu, biarlah terkubur bersama muntahan gunung Tambora. Tambora masa kini harus terus berbenah dan maju menjadi sebuah Kota yang Mandiri,” harap Ferry saat silaturahmi Ramadan di Desa Labuan Kananga Kecamatan Tambora, Sabtu (29/8) malam, seperti dikutip Bagian Humas dan Protokol Serda.
Rangkaian kegiatan silaturahmi Ramadan itu diawali berbuka puasa bersama dan dilanjutkan dengan tarawih di Masjid Desa Labuan Kananga.
Saat itu, dipaparkan berbagai program pembangunan yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan di Tambora. Keseriusan pemerintah memajukan Tambora adalah dengan memekarkan wilayah itu dari Sanggar, diikuti berbagai langkah pembangunan dan penataan infrastruktur, seperti jalan, sekolah, sarana kesehatan, dan program lainnya.
Dikatakannya, jika sebelumnya anak-anak Tambora harus mengikuti pendidikan menengah di Dompu dan Bima, saat ini telah dibangun dua USB setingkat SMP dan satu USB setingkat SMA. Demikian pula halnya dengan sarana kesehatan, ada Puskesmas, Pustu maupun Polindes dan dua dokter, sehingga fasilitas pelayanan kesehatan juga terjangkau.
Dia juga menyinggung program lainnya di Tambora, seperti PNPM, dam, mobil angkutan pedesaan, pembangunan pembangkit Tenaga Listrik Micro Hidrolik dari sumber mata air di sungai Oi Marai, dan rencana pembentukan Kota Terpadu Mandiri Tambora yang saat ini memasuki tahap penyusunan master plan.
Warga Tambora diingatkan agar senantiasa menjaga hubungan yang harmonis dengan kaum pendatang dari Bali dan Lombok. Hubungan yang harmonis itu sangat mahal dan kunci menyukseskan berbagai program pembangunan.
Camat Tambora, Drs Arifuddin, mengaku masyarakat Tambora lebih beruntung dibandingkan kecamatan lainnya, karena jumlah penduduknya jauh lebih banyak tetapi mendapatkan alokasi program dan anggaran pembangunan yang hampir sama dengan di wilayahnya.  Untuk itu, warga dihimbau terus menyukseskan berbagai agenda pembangunan karena Tambora masa kini harus terus berbenah menyongsong kemajuan.
Berbagai paket bantuan diserahkan Ketua TP PKK Kabupaten Bima, Hj Indah Damayanti Puteri. Antara lain lima set perangkat rebana dan kostum  untuk lima desa, sarung dan mukenah untuk jamaah tarawuh, serta bantuan spontan untuk grup kasidah rebana SMPN 3 Tambora. (BE.17)

Dua Traffic Light Disiapkan di Sweta dan Karijawa

Dompu, Bimeks.-
Kepadatan arus lalulintas di beberapa ruas jalan di Kota Dompu yang semakin terlihat. Hal itu mengharuskan pemerintah daerah membangun prasarana pengaturan lalulintas yang memadai. Seperti pembangunan sarana lampu lalulintas (traffic light) yang saat ini dinilai tidak sebanding dengan kepadatan arus kendaraan di beberapa ruas jalan.
Kepala Dinas Perhubungan, Telekomunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Dompu, Drs Sayuti Melik mengatakan, dalam waktu dekat akan membangun dua traffic light yang akan ditempatkan di  perempatan Sweta dan pertigaan jembatan Karijawa Dompu. Pemasangan itu untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan pada dua titik yang dianggap rawan kecelakaan itu.
Diakuinya, pengadaan traffic light itu anggarannya bersumber dari APNN dan APBD Kabupaten Dompu. “Insya Allah segera berfungsi akhir tahun ini. Kita sudah cek ke lokasi bersama Kasat Lantas Polres Dompu,” ujarnya.
Untuk tahun anggaran 2010, katanya, Dompu akan mendapat dana APBN sebesar Rp17 miliar dan akan dimanfaatkan untuk pembangunan dermaga pelabuhan laut di Soro Adu Kecamatan Pajo. “Dermaga itu akan setara dengan pelabuhan penumpang di Kota Bima,” katanya di Dompu, akhir pekan lalu.
Sementara itu, sejumlah warga berharap kemacetan di Dompu segera diatasi. “Kita berharap pemerintah membangun beberapa traffic ligh di jalur-jalur padat,” ujar Iwan, warga Dompu.
Hal yang sama juga diharapkan oleh warga Kota Dompu lainnya. Mereka menginginkan agar Dishubkominfo segera menambah pembangunan traffic light pada beberapa titik atau ruas jalan yang padat. Seperti di  perempatan Karijawa atau Sweta Kelurahan Bali I Dompu. “Setiap hari terkadap nyaris terjadi kecelakaan di jalur-jalur itu,” ujar M Saleh. (BE.15)

Wisata Mata Air Hodo tak Terurus

Dompu, Bimeks.-
Kabupaten Dompu memiliki banyak potensi pariwisata yang bisa dikembangkan. Namun, ada yang terurus dan masih banyak lagi yang tidak mendapat perhatian oleh pemerintah setempat. Seperti halnya wisata mata air Hodo, mata air Wau, dan Satonda di Kecamatan Pekat. Demikian juga pada beberapa lokasi wisata lainnya.
Warga setempat, Nur, menilai kondisi wisata mata air Hodo tak terurus. Bahkan, pagar pembatas di atas jalan raya yang mengitari mata air Hodo sudah besinya sudah habis dicuri orang. Demikian juga dengan sekitar mata air Hodo penuh dengan ranting-ranting dan daun kayu yang berserakan, sehingga menambah rusaknya pemandangan di mata air yang dulu sempat terkenal itu. “Mata air Hodo tinggal kenangan,” ujarnya dan berharap Dinas Budpar Dompu segera menata kembali.
Diakuinya, jika dibandingkan lima tahun lalu kondisi mata air Hodo menarik, itu dilihat dari banyaknya kunjungan warga dari berbagai wilayah di Dompu. Katanya, kurang lengkap jika warga yang ke Pekat atau sebalik ke Dompu, kalau tidak mampir di mata air Hodo. “Sekarang paling mereka mampir untuk makan saja,” ujar Halimah dan menambahkan kondisi jalan juga memengaruhi pengembangan mata air Hodo.
Pantauan Bimeks, Sabtu (29/8), kondisi jalan yang menuju ke Hodo rusak parah dan berlubang hanya beberapa kilometer saja (Km)  saja yang telah di-hotmix. Tentu hal itu juga yang berpengaruh pengembangan wisata Hodo dan wisata lainnya di Kecamatan Pekat. (BE.15)

Jumat, 28 Agustus 2009

Pacuan Benhur di Sambinae Berujung Bentrok

Kota Bima, Bimeks.-
Bulan puasa mestinya melatih pengendalian diri. Namun, kenyataan lain terjadi di arena pacuan kuda Kelurahan Sambinae Kota Bima. Bentrokan masal terjadi antarwarga, Jumat (28/8) sore. Satu orang luka parah dan dilarikan ke Puskesmas Paruga.
Bentrokan berawal ketika ratusan warga asyik menyaksikan pacuan benhur. Saat lomba yang ketiga, banyak yang tidak menerima kemenangan salah satu benhur.
Mereka menduga ada kecurangan yang dilakukan oleh joki yang satunya. Apalagi, mereka yang protes kalah dalam taruhan dengan nilai signifikan.
Warga yang merasa kalah, tidak menerima ketika ada yang mendengar isu kecurangan. Joki yang menang membantah, jika saat bersenggolan menarik benhur lawannya. Hal itu juga dibenarkan oleh yang lainnya, namun tetap tidak diterima. Apalagi, ada yang menyatakan saat kuda saling pepet ada yang menarik salah satu gerobak kuda sehingga kalah. Ada yang minta agar perlombaan diulang, namun tidak diterima oleh yang lainnya. Ketegangan pun terjadi, hingga saling hantam dengan kayu.
Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Tidak jelas mana kawan, mana lawan. Sejumlah warga lainnya mencoba melarai, justru nyaris menjadi korban hantaman kayu. Apalagi, diantara mereka ada yang membawa senjata tajam.
Tidak hanya para pria yang terlibat dalam bentrokan itu, para ibu yang taruhan pun pasang badan. Untungnya, aksi itu tidak terus meluas. Sebagian ada yang memilih meninggalkan lokasi menghindari bentrokan.
Satu orang mengalami luka robek di pipi kanan. Tidak jelas apakah terkena hantaman kayu atau benda tajam. Informasi dari warga yang berada di arena pacuan kuda, warga yang terluka dari Rabadompu.
Bentrokan mereda ketika banyak yang lari menyelamatkan diri, sehingga berangsur-angsur arena pacuan kuda sepi. Pacuan benhur itu rupanya sering dihelat setiap sore hari. “Tapi, baru kali ini ada yang bentrok,” kata seorang warga.
Pantauan Bimeks saat terjadi bentrokan seorang pemuda menghunus senjata tajam. Namun, ditahan oleh yang lainnya. Tarik menarik senjata tajam pun terjadi. Ketika ada yang berhasil mengambil alih, direbut oleh yang lainnya. Warga yang datang menyaksikan pacuan itu berasal dari berbagai kelurahan. Tidak ada aparat keamanan yang datang, hingga situasi sepi. (BE.16)

Gempa Berguncang, Siswa dan Guru Panik

Kota Bima, Bimeks.-
Gempa dengan magnitud 6,9 Skala Richter (SR) menguncang Bau-Bau Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (28/9), sekitar pukul 09:5:17 Wita, 234 kilometer tengara wilayah itu. Gempa itu terasa sampai di Bima. Meskipun getaran rendah, namun tetap memicu kepanikan.
Seperti yang terjadi di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bima berhamburan keluar ruangan kelas. Tidak terkecuali siswa dan guru. Siswa saat itu sedang mengikuti kegiatan Ramadan. Mereka lari keluar ketika gempa terasa untuk kedua kalinya.
Pantauan Bimeks di MAN 2 Kota Bima saat gempa terjadi, siswa dan guru di lantai dua lari menuruni tangga. Meski tidak semua panik, karena gempa yang dirasakan kecil.
Awalnya, ada yang menduga, gempa itu akibat aktifitas gunung Sangiang dengan status waspada. Apalagi, para guru ada yang membaca pemberitaan Bimeks mengenai gunung merapi di Kecamatan Wera itu.
Kepala MAN 2 Kota Bima, Drs Abdul Haris, MPd, mengatakan akibat gempa itu menyebabkan semua panik. Siswa pun dipulangkan, apalagi bangunan sekolah berlantai dua. “Kami pulangkan dulu siswa karena kepanikan gempa. Apalagi, bangunan sekolah berlantai dua,” katanya di MAN 2 Kota Bima, Jumat.
Selain guru dan siswa MAN 2 Kota Bima, gempa itu juga sempat mengagetkan warga lainnya. Tidak terkecuali para pegawai di kantor pemerintahan. Namun, karena getaran gempa yang kecil, sehingga tidak menimbulkan kepanikan berlebihan.
Banyak juga yang mengaku tidak merasakan gempa itu. Mekipun terjadi dua kali guncangan dan cukup lama. Rupanya, gempa itu hanya imbas dari gempa di Sultra itu.
Sebagian warga yang merasakan gempa panik dan lari berhamburan, seperti di Rabadompu. Sebagian pengunjung dan pasien RSUD Bima juga sempat panik akibat guncangan gempa itu.
Meski ada yang panik sebagian warga juga ada yang mengaku tidak merasakan gempa, bahkan mereka sibuk dengan rutinitas atau aktifitasnya seperti di kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bima.
Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Bandara Muhammad Sultan Salahuddin, I Nyoman Arga, menyebutkan, sesuai data pusat pencatat gempa (episentral) episentrum gempa terjadi pada koordinat 7 derajat, 37 menit Lintang Selatan, 123 derajat, 50 menit Bujur Timur. Kilometer 234 Bau-bau Sulawesi Tenggara, dengan kedalaman 670 Km.
Secara umum, gempa tektonik di Indonesia terjadi akibat pergeseran dua lempeng yang berbeda yakni lempeng samudera Hindia dengan benua Austrilia, akibat pengerutan (stressing) di kulit Bumi karena panas. Secara umum, hampir seluruh wilayah di Indonesia termasuk dalam busur dalam gempa tektonik yang biasa membentuk sesar (fault).
Pantuan Bimeks sejumlah warga Rabadompu tampak panik saat gempa tektonik Jumat pagi menguncang Bima meski kekuatan atau getaran gempa terbilang kecil dirasakan. Sebagian warga juga ada yang tampak tenang. (BE.16/BE.17)

Hingga Agustus,

Kota Bima, Bimeks.-
Peningkatanan jumlah kendaraan tanpa diimbangi pelebaran ruas jalan raya, rupaya berbuah buruk bagi masyarakat. Setidaknya hal itu dilihat dari angka kecelakaan lalulintas yang meningkat setiap tahun. Khusus di wilayah hukum Polisi Resort Kota (Polresta) Bima, sejak awal Januari hingga pertengahan Agustus 2009 pengendara yang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas tercatat 23 orang.
Hal itu diungkapkan Kepala Unit (Kanit) Kecelakaan Lalulintas (Lakalantas) Satlantas Polresta Bima, Aiptu Drs Agus Salim.
Disebutkannya, hingga pertengahan Agustus angka kecelakaan berat atau meninggal dunia di wilayah hukum Polresta Bima mencapai 23 kasus. Secara umum, kecelakaan itu terjadi merata di sejumlah wilayah meliputi Wera, Sape, Wawo, dan Kota Bima, sebagian besar diawali pelanggaran pengendara terhadap rambu lalulintas.
“Upaya sosialisasi baik melalui penyuluhan di sekolah maupun ketika patroli sudah sering kita lakukan, namun belum mampu membuka pintu kesadaran masyarakat sehingga hal itu membudaya yang berakibat fatal,” ujar Agus di Satlantas Polresta Bima, Jumat (28/8)
Agus mengatakan, selain kategori berat, berdasarkan data Satlantas Polresta Bima angka kecelakaan ringan sejak Januari lalu hingga kini tercatat sebanyak 100 kasus lebih. Sebanyak 52 di antaranya sudah diproses secara hukum. Angka ini meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya, selain karena meningkatnya jumlah kendaraan tanpa diimbangi pelebaran ruas jalan raya, hal itu juga disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat atau pengendara.
“Kami hanya bisa mengingatkan pengendara agar selalu ingat jangan sia-sia kan nyawa untuk aspal maka patuhilah aturan jika ingin selamat, karena petugas tak selamanya di lokasi, kesadaran itulah yang penting,” katanya.
Kendati saat ini kesadaran masyrakat terhadap perturan lalulintas cukup minim, Agus yakin lambat laun mulai meningkat seperti di sejumlah daerah lain. Hal itu karena diimbangi oleh upaya aparat yang terus menggenjot pengendara dengan aturan melaksanakan pemantuan atau patroli rutin di sejumlah wilayah yang dianggap rawan kecelakaan. “Patuhi rambu lalullintas dan standar kendaraan, jangan kebut karena keselamatan lebih penting, karena itulah kunci keselamatan yang penting,” katanya.
Meski saat ini volume kendaraan dan kondisi lalulintas di Kota Bima mulai meningkat sejak awal Ramadan, diakui pria berperawakan tinggi ini, masih normal saja. Kendati ada tercatat kecelakaan ringan karena kelalaian pengendara.
Seperti diketahui sebelumnya, kecelakaan tragis pernah terjadi di persimpangan kompleks pasar Raba jalan Soekarno-Hatta. Saat itu, salah satu mahasiswi Politekes Mataram Cabang Bima tercatat meninggal dunia di jalan karena dilindas kendaraan yang melintas di jallan itu. Beberapa kecelakaan berat juga tercatat terjadi di Kecaamatan Sape. (BE.17)

Dikotomi Sekolah Umum dan Agama masih Terjadi

Kota Bima, Bimeks.-
Perbedaan perlakuan atau dikotomi antara sekolah agama dan umum, dinilai masih terjadi di Kota Bima. Padahal, untuk mengembangkan pendidikan seharusnya tidak melihat label sekolah. Kenyataan itu dirasakan Kepala Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bima, Drs Abdul Haris, MPd.
Contohnya? Diakuinya, dalam kegiatan lomba olimpiade Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), MAN 2 kerap tidak diundang. Tidak hanya dirasakan MAN 2, tetapi juga MAN 1. Padahal, dari segi mutu, siswa siap bersaing dengan sekolah umum.
Haris membeberkan, ketika lomba Cerdas- Cermat Koperasi antar-SMA/MA Kota Bima, MAN 2 Kota Bima meraih juara pertama mengalahkan SMAN 4 dan SMAN 1 Kota Bima. Kemenangan itu sekaligus mengantar siswanya menjadi duta Kota Bima untuk tingkat NTB.
Prestasi lain, katanya, diukir MTsN Bima ketika menyabet semua mata pelajaran saat lomba Olimpiade MIPA beberapa waktu lalu. MAN 1 Kota Bima pun lulus 100 persen saat Ujian Nasional. “Kalau kegiatan yang sifatnya bukan lomba, kami dari madrasah selalu diundang. Tapi, kalau lomba terkadang tidak diundang,” keluhnya kepada Bimeks di MAN 2 Kota Bima, Jumat.
Untuk itu, katanya, saat ini terus menggenjot prestasi siswa MAN 2. Tidak hanya dalam bidang pelajaran, namun juga ekstrakulikuler. “Kemarin kami sebagai juara umum dalam rangka ulang tahun Pramuka tingkat Kota Bima dan juara tiga dan empat untuk gerak jalan,” ujarnya. (BE.16)

Petugas Kebakaran ‘Curhat’ Soal Buka Puasa dan Sahur

Kota Bima, Bimeks.-
Sejumlah petugas kebakaran Kota Bima ‘curhat’ soal kelancaran tugas saat Ramadan 1430 Hijriyah. Mereka mengaku saat berbuka puasa dan sahur harus meninggalkan kantor. Tak hanya sebagian pegawai, tetapi semuanya. Imbasnya, mereka menguatirkan jika sewaktu-waktu ada kejadian kebakaran saat meninggalkan lokasi, pasti upaya antisipasi lambat dilakukan.
Demikian pengakuan sejumlah petugas kepada Bimeks di Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Bima, Jumat (28/8) siang. Seperti dikatakan A Basyir, Nasar, serta rekannya yang lain.
Basyir mengaku, dulu tahun 2005-2006 ada dana untuk sahur yang disediakan oleh Pemkot Bima, sehingga petugas bisa bertahan di lokasi. Namun, sejak tahun 2007 lalu hingga kni sudah tidak ada lagi. “Saya berharap agar hal itu diperhatikan sehingga petugas lebih tenang melaksanakan tugas,” katanya di basecamp-nya, kemarin.
Apalagi, kasus kebakaran di Kota Bima dalam beberapa waktu terakhir sering terjadi. Seperti Melayu, Bedi, Rabangodu Selatan, dan Saleko.
Dikisahkannya, saat shalat tarawih di mushala kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, pada Senin (24/8) petugas kebakaran berlarian karena ada kebakaran di limgkungan Bedi. Jamaah yang lain pun kaget. Akhirnya tarawih ditinggalkan dan terburu-buru menuju lokasi. Kasus itu menimpa rumah Guntur dan mengakibatkan penggilingan padi yang dimilikinya terbakar.
Hal senada dikatakannya Nasar. Katanya, sekarang ini dana untuk sahur ada sehingga petugas bertahan di lokasi. Sekarang ditakutkan ada kejadian luar biasa saat petugas meninggalkan lokasi. “Kita minta saat sahur ini ada agar tetap siaga,” katanya. (BE.12)

Kebakaran Timbulkan banyak Kerugian

Kota Bima, Bimeks.-
Kasus kebakaran menimbulkan banyak kerugian berupa harta benda bahkan nyawa. Kejadian itu selalu menimbulkan dampak sosial, antara lain seperti terganggunya aktifitas perekonomian, hilangnya lapangan perkerjaan, dan terganggunya aktifitas.
Hal itu disampaikan Sekretaris Dinas Tata Kota dan Perumahan, Drs H Ahmadi, MM, saat sosialisasi di Kelurahan Rite Kecamatan Raba, Jumat (28/8).
Dikatakannya, dari hasil survai Puslitbang Permukiman, kejadian kebakaran terbanyak pada bangunan rumah tinggal (65,8 persen), bangunan perkantoran (5,6 persen), bangunan pasar (4,8 persen), hotel (4,5 persen), dan bangunan lainnya (0,4 persen).
Penyebab utama kebakaran, kata dia, melalui listrik (39,4 persen), kompor minyak (20 persen), lampu tempel (9 persen), dan lainnya (6,6 persen) dan unsur yang tidak diketahui (25 persen).
Langkah yang paling tepat untuk mencegah terjadinya kebakaran, terangnya, dengan tindakan pengamanan terhadap hal-hal yang menjadi penyebab atau pemicu kebakaran. Untuk itu masyarakat dihimbau melaksanakan beberapa langkah preventif. Antara lain mengecek secara rutin jaringan listrik di dalam rumah, sesuai dengan standar yang diijinkan PLN. Segera mengganti jaringan yang sudah tidak layak.
Selain itu, kata dia, mematikan peralatan listrik yang tidak digunakan dan mencabut dari stop kontak apabila meninggalkan rumah. Apabila menyalakan lampu minyak, lampu tempel, lilin dan sejenisnya agar dipastikan dalam keadaan aman. Memastikan kompor, tungku kayu dalam keadaan mati apabila di tinggalkan.
“Bila terjadi gempa, segera pemeriksaan kompor, lampu-lampu minyak, tungku dan instalasi listrik, di dalam rumah,” ingatnya.
Hal penting lainnya, kata dia, masyarakat wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi kebakaran kecil yang sering terjadi di rumah tangga, seperti kebakaran kompor. Pemilik bangunan gedung perkantoran, penginapan, rumah makan, dan sejenisnya harus memiliki desain yang standar sesuai aturan dari Departemen Pekerjaan Umum (PU) untuk mengantisipasi kejadian kebakaran.
“Melengkapi dengan fasilitas Alat Pemadam Api Ringan dan instansi hidrant internal maupun eksternal. Menyediakan sumur kebakaran atau tampungan air untuk kebakaran di lingkungan pemukiman terutama kawasan padat hunian,” ujarnya.
Menyediakan akses jalan masuk untuk mobil pemadam kebakaran di kawasan pemukiman, perkantoran, atau kawasan bisnis. Apabila terjadi kebakaran kecil, segera lokalisasi api dan upayakan pemadaman secara tepat sesuai dengan jenis penyebabnya. Segera hubungi Dinas Pemadam Kebakaran di nomor (0374) 44877. (BE.13)

Dai Pelajar Gerilya di Sejumlah Masjid

Kota Bima, Bimeks.-
Setelah memantapkan latihan dan teori, peserta Pesantren Ramadan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Bima dilepas berceramah pada berbagai masjid di Kota Bima. Namun, dakwah pelajar itu masih dalam bimbingan guru.
Kepala MAN 2 Kota Bima, Drs Abdul Haris, MPd, mengatakan sebelumnya siswa mengikuti kegiatan Pesantren Ramadan selama empat hari mulai 24 hingga 27 Agustus lalu. Siswa yang disebar untuk berdakwah sebanyak 20 orang. Siswa lainnya mengikuti kegiatan zikir dan Yasinan di sekolah. Kegiatan itu akan berlanjut hingga 5 September mendatang dengan melibatkan semua guru.
“Kegiatan ini sebenarnya sudah teragendakan dan masuk kalender pendidikan Kota Bima dan semua sekolah melaksanakannya,” kata Wakil Ketua Musyawarah Kepala-kepala Sekolah (MKKS) Kota Bima ini di MAN 2 Kota Bima, Jumat (28/8).
Materi-materi kegiatan seputar puasa, zakat, haji, Al-Islam, syirik, dan keimanan. Selain itu, ada juga kegiatan lomba, berupa Kuis Ramadan dan lomba azan. “Karena materi yang diajarkan sebelumnya sudah dipelajari di kelas, maka tinggal mendalami saja. Selain itu, meluruskan tata cara shalat bagi siswa yang tamatan SMP,” katanya.
Siswa yang menang dalam lomba, ungkapnya, akan diberikan hadiah. Soal-soal kuis seputar materi yang diajarkan selama Pesantren Ramadan. (BE.16)

Tunggu Berbuka Puasa dengan Mancing

Kota Bima, Bimeks.-
Banyak cara mengisi bulan suci Ramadan. Seperti yang dilakukan warga Penaraga dan Penatoi. Mereka punya cara sendiri menunggu berbuka puasa dengan memancing di jembatan Penatoi atau dam Rabasalo.
Sejak awal Ramadan, Sabtu (22/8) sejumlah warga dua kelurahan itu tampak memenuhi bangunan jembatan di atas dam Rabasalo. Bukan tanpa tujuan, mereka asyik memegang kail seraya menunggu waktu berbuka puasa.
Warga Penatoi, Ruslin (31 tahun) mengaku, sejak awal Ramadan sengaja ikut memancing di Dam Rabasalo. Selain hobi, juga untuk menunggu waktu berbuka puasa. Termasuk melepas penat setelah sibuk dengan rutinitas.
Selain tak menguras energi, ikan hasil pancinganya itu bisa digunakan untuk santap sahur. Hampir setiap hari diakuinya mampu mendapat ikan nila, antara empat hingga enam ekor. ”Selain itu, kalau nggak makan sendiri, biasanya saya kasi kepada tetangga, hitung-hitung agar bisa mendapat pahala di bulan suci Ramadan ini,” ujar Ruslin.
Dia mulai memancing sekitar pukul 15.00 Wita bersama sejumlah warga lainnya. Mereka ramai-ramai ke Dam Rabasalo untuk memancing.
”Kita sangat bersyukur sekali dengan adanya dam ini, karena tiap Ramadan bisa meluapkan hobi, tapi kami kadang sedih, karena kadang ikan-ikan di sini dipotas oleh masyarakat, kami hanya berharap ada perhatian pemerintah,” harapnya.
Warga Penatoi lainnya, Kurniawan juga mengaku sengaja meluangkan waktu dengan memancing. Selian karena hobi, juga untuk memenuhi kebutuhan berbuka dan sahur keluarganya selama Ramadan. ”Daripada beli ikan di pasar yang mahal, lebih baik mancing di sini sambil nunggu buka puasa,” ujar Kurniawan. (BE.17)

Sebulan, Empat Kendaraan Raib

Kota Bima, Bimeks.-
Masyarakat Kota Bima saat ini patut waspada, pasalnya meski bulan suci Ramadan tak menghalangi ’si panjang tangan’ beraksi. Sebulan terakhir tiga motor dan satu mobil warga Kota Bima raib karena aksi itu. Terakhir aksi Curanmor terjadi Jumat (28/8), satu mobil warga dilaporkan raib.
Kepala Unit (Kanit) Patroli Polisi Resor Kota (Polresta) Bima M Nur H Alwi, menyebutkan, sedikitnya, tiga unit motor diantaranya jenis honda Kharisma dalam sepekan terakhir hilang. Aksi yang hampir beruntun itu terjadi di wilayah yang berbeda. Salah satunya di sekitar MIN Kota Bima Kecamatan Asakota. “Hingga saat ini kita belum berhasil mengungkap pelaku Curanmor itu, kegiatan patroli terus kami intensifkan,” ujar Alwi saat berpatroli di Dana Traha, Jumat (28/8).
Alwi mengatakan, hingga kemarin polisi terus memburu otak sejumlah aksi curamor itu melalui kegiatan patroli di sejumlah titik termasuk di perbatasan wilayah Polresta Bima. Razia rutin juga dilakukan di depan Mapolresta Bima Jalan Soekarno-Hatta. “Razia kita intensifkan terutama pada tiga titik, Raba, Rasanae Barat dan beberapa wilayah lain,” katanya.
Alwi mengingatkan masyarakat harus ekstra hati-hati dan tidak teledor dalam memarkir atau menyimpan motor dengan menggunakan standar pengaman. Terlebih setelah ada aksi curanmor belakangan ini meski saat ini terbilang dalam bulan suci Ramadhan. Karena kejahatan juga berawal dari adanya kesempatan.
“Terakhir tadi juga ada yang kehilangan mobil, untuk itu kita harap masyarakat terus waspada tidak sembarang asal menyimpan kendaraannya,” katanya.
Dia menambahkan, kegiatan razia atau patroli akan terus diintensifkan, khusus Jumat kemarin puluhan anggota Polresta Bima melaksanakan razia di kawasan dana traha. Hasilnya, tiga motor ditilang karena tidak memiliki kelengkapan, dua diantaranya tidak memiliki Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), sisanya satu orang tidak memiliki Surat ijin Mengendarai (SIM).
“Kami menghimbau kepada pengendara agar memastikan melengkapi kendaraannya, baik helm maupun surat. Selain itu patuhilah selalu rambu lalulintas,” ingatnya. (BE.17)

Warga Desak Polisi Tingkatkan Razia

Kota Bima, Bimeks.-
Meski razia atau patroli kendaraan sudah sejak lama dilakukan aparat kepolisian, tak sepenuhnya menjamin aksi pencurian motor tidak terjadi lagi. Terbukti, meski bulan Ramadan ”si panjang tangan” itu masih beraksi.
Kenyataan ini menguatirkan sejumlah warga Kota Bima. Mereka mendesak aparat kepolisian agar terus menggejot razia untuk memastikan wilayah Kota Bima aman dari pencurian sepeda motor (Curanmor).
Warga Rabadompu, Hida, mendesak aparat kepolisian terus meningkatkan razia atau patroli kendaraan. Bukan hanya terfokus pada jalur utama Kota Bima, namun juga di jalur alternatif.
”Walaupun sampai hari ini kami bukan korban Curanmor, kami berharap pihak kepolisian terus menggenjot razia, harus tegas dan tidak pandang bulu. Kalau aparat tegas kami rasa ruang gerak curanmor juga menurun,” ujar Hida di Rabadompu, Jumat (28/8).
Menurut Hida, polisi bukan berarti harus sangar saat menjalankan tugasnya. Upaya represif bagi pelanggar ketentuan lalulintas memang mesti dilakukan.
”Terpenting peringatan atau penilangan bisa mendorong kesadaran mayarakat, karena selama ini kan banyak pengendara hanya takut di depan polisi,” ujarnya.
Nanuk, warga lainya juga mendesak hal yang sama. Menurutnya aparat kepolisian harus terus meningkatkan kegiatan razia. Tidak hanya terfokus siang hari, namun malam hari.
”Mungkin seandainya seluruh penjuru pintu atau jalur bagi aksi curanmor itu terawasi, maka pelaku curamor tidak akan bisa lepas, ibaratnya tikus tidak akan bisa dengan mudah keluar dari sangkar,” katanya. (BE.17)

Kamis, 27 Agustus 2009

Keresahan Pegawai Sukarela Muncul lagi

Kota Bima, Bimeks.-
Sebanyak 504 pegawai sukarela di Kota Bima yang bekerja pada berbagai kantor kelurahan dan kecamatan, kini meradang. Kepastian status belum jelas. Mereka mengeluhkan kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bima yang belum juga mengukuhkannya menjadi pegawai honor daerah.
Apa saja curahan hati (Curhat) mereka? Pengurus Forum Pegawai Sukarela Kelurahan-Kecamatan Kota Bima, M Jubaer, SSos, mengaku bersama rekan-rekannya tidak direkrut menjadi pegawai honorer daerah karena terhalang oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2005. Kini, satu tahun lebih kepastian posisi mereka kian tak jelas.
Katanya, pemerintah pusat tetap mengacu pada PP 48/2005 itu, tetapi Pemkot Bima memiliki otonomi sendiri untuk menentukan kebijakan. “Pemerintah Kota Bima terlalu kaku dalam mengambil kebijakan itu,’ katanya di Santi, Selasa.
Jubaer mengatakan, kedepan forum akan menggelar rapat evaluasi tentang keberadaan pegawai sukarela kelurahan dan kecamatan itu dan berharap agar Wali dan Wakil Wali Kota Bima berbuka hati.
Dia mengelaim saat April 2008 lalu, anggota forum ikut mendukung dalam kompetisi Pemilu yang dimenangkan pasangan itu.
Sebelumnya, sejumah pejabat Pemkot Bima menegaskan pengangkatan pegawai honor daerah sudah tidak ada lagi menyusul PP 48/2005 itu. (K02)

Pasar Bandeng Palibelo Butuh Perhatian

Bima, Bimeks.-
Siapa yang tidak kenal dengan pasar bandeng di Kecamatan Palibelo? Pasar itu sudah puluhan tahun tidak mendapat perhatian pemerintah daerah.
Aksi pedagang yang menjajakan bandeng berbeda dengan pedagang di tempat lainnya. Mereka mendatangi pembeli di atas kendaraan yang berhenti. Meski kerap merasa terancam oleh lalu-lalang kendaraan lainnya.
Penjual bandeng, Yahya (40 tahun) mengaku untuk mengais rejeki harus berhadapan dengan bahaya, terutama oleh kendaraan yang lalu-lalang. “Untuk meraup keuntungan 40 ribu rupiah, nyawa kami menjadi taruhkan. Kami sudah sering melapor ke pemerintah desa, agar mem-perhatikan keadaan pasar ikan yang kami tempati saat ini,” katanya kepada Bimeks, Selasa (25/8).
Kepala Desa (Kades) Palibelo, M Jabar Muhammad, membenarkan ada aspirasi yang disampaikan para pedagang ikan agar diperhatikan. Laporan itu sudah disampaikan ke Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan juga ke Bupati Bima tahun 2008 lalu.
Namun, kata dia, yang selalu menjadi alasan belum terpenuhinya keinginan pedagang itu adalah masalah lokasi. Bahkan, sempat diusulkan dalam proyek PNPM Mandiri (P2KP) untuk membangun pasar sederhana. Hanya saja, sampai saat ini pasar tradisional Palibelo masih seperti yang dulu, bahkan bertambah parah.
Kabid Ekonomi Bappeda Kabupaten Bima, Ir H Syamsuddin, membenarkan laporan Kades Palibelo tentang pembangunan pasar tradisional 2008 lalu. Hanya saja, yang menjadi kendala adalah lokasi. “Pasar tradisional tidak boleh dibangun dekat dengan jalan raya, apalagi pasar itu dekat dengan Bandara Sultan Muhammad Sultan Salahudin. Akan tampak kumuh apabila pasar tradisional dibangun di sekitar areal itu,” ujarnya di Palibelo, Rabu (26/8).
Syamsuddin menambahkan lokasi yang ditempati pedagang saat ini akan dibangun pintu gerbang Kabupaten Bima menuju ibukota kabupaten dan Central Governance. Faktor lokasi yang menghambat pembangunan pasar tradisional Palibelo tersebut.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Bima, Dr Mahjulan, mengatakan para pedagang ikan di Palibelo beberapa tahun ke depan bisa tersenyum lega, tahun 2011 nanti akan dibangun pasar industri perikanan. Tidak jauh dari lokasi yang ditempati sekarang. “Pembangunan pasar baru itu, bersumber dari APBN 2011 senilai 350 juta per pasar,” katanya.
Kenapa tidak dibangun 2010? Dijelaskannya, mulai 2010 mulai disusun perencanaan induk (master plan) dan studi kelayakan. Harapannya, selain untuk penjualan ikan, ke depan bisa berfungsi sebagai sentral pengolahan produksi dan pasar raya bandeng. (K02)

Ribuan Proposal Bantuan Menumpuk

Bima, Bimeks.-
Permintaan bantuan yang dikirim berbagai komponen masyarakat kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima terus mengalir. Diperkirakan, jumlahnya saat ini mencapai ribuan.
Sejumlah proposal itu, kata Kabag Humas dan Protokol Setda, Abdul Wahab, SH, tetap akan diakomodir. Hanya saja, karena keterbatasan anggaran tidak semua mendapatkannya.
Dicontohkannya, permohonan yang ditujukan ke Dinas Peternakan (Disnak) mencapai 1.700 proposal. Hampir semua desa dan kelompok tani ternak memasukkan proposalnya. “Tapi, semua akan disesuaikan dengan program yang ada dan kemampuan keuangan daerah,” katanya kepada wartawan di kantor Pemkab Bima, Selasa (25/8).
Tahun ini, kata Wahab, Pemkab Bima hanya mampu membeli sekitar 40 hingga 50 ekor sapi. Jika masing-masing kelompok mendapatkan 10 ekor, maka hanya lima yang akan mendapatkannya. Tentunya, bagi yang tidak mendapatkan akan berkomentar lain terhadap pemerintah. (BE.16)

Volume Sampah Meningkat sejak Ramadan

Kota Bima, Bimeks.-
Peningkatan aktifitas dan pola konsumsi masyarakat sejak awal Ramadan 1430 Hijriyah, Sabtu (22/8) lalu, berimbas pada volume sampah pasar dan rumah tangga. Jumlah sampah di Kota Bima meningkat sekitar 2-3 persen dari sebelumnya 115 kubik/hari. Kenyataan itu diakui oleh Kepala Bidang (Kabid) Kebersihan Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Bima, H Suaib.
Dikatakan Suaib, selain pola konsumsi masyarakat, secara umum meningkatnya volume sampah sejak awal Ramadan juga disebabkan melubernya sejumlah pedagang kaki lima (PKL) musiman pada sejumlah sudut Kota Bima seperti kompleks pasar raya Bima dan pasar senggol. Khusus volume sampah dari aktifitas pertokoan, meningkat 3 persen dari 80 kubik/hari.
“Seperti pedagang kelapa muda, baru-baru ramai saat puasa ini makanya sampahnya juga banyak,” ujar Suaib di DKPP Kota Bima, Selasa (26/8).
Suaib mengatakan, khusus sampah rumah tangga, umumnya didominasi hampir seluruh kelurahan seperti Rabadompu, Sarae, Penatoi, Penaraga, dan sejumlah wilayah sekitar pasar. “Nggak usah contoh yang lain, rata-rata sampah memang meningkat karena kebutuhan dan konsumsi masyarakat saat Ramadan juga meningkat,” katanya.
Diakui mantan pejabat Kantor Administrasi pelabuhan Bima ini, untuk mengantisipasi peningkatan volume sampah itu, sejak awal Ramadan DKPP menggenjot kinerja petugas kebersihan. Bahkan, lebih awal menyiapkan sejumlah unit dumptruck untuk mengantisipasi peningkatan sampah.
“Petugas dan dumptruck kerjanya tiga kali dalam sehari, mulai Subuh, siang, dan sore hari, mengangkut sampah hingga TPA. Makanya kegiatan gotong- royong selama Ramadan kita tiadakan,” katanya.
Suaib menambahkan, upaya pemerintah dalam menangani sampah tidak bisa sepenuhnya maksimal tanpa dukungan atau kesadaran masyarakat. “Kita menghimbau agar masyarakat menyimpan sampah di luar gang, sehingga petugas kebersihan mudah mengangkutnya,” pungkasnya. (BE.17)

Jalan Kumbe-Oi Fo’o Didesak Dirampungkan

Kota Bima, Bimeks.-
Keberadaan sarana infrastruktur wilayah yang memadai merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu daerah. Minimnya sarana dan prasarana infrastruktur wilayah, berdampak kurang menguntungkan bagi masyarakat. Seperti yang terjadi di Kelurahan Oi Fo’o Kota Bima saat ini.
Padahal, menurut pengakuan Lurah Oi Fo’o, Masrin, SPt, kawasan yang relatif masih terisolir itu memiliki potensi yang melimpah dan beragam. Di antaranya sayur-sayuran, kacang tanah, jagung, kedelai, padi, dan bengkoang (buri). Belum lagi dari hasil peternakan, seperti kambing, sapi, kuda, dan air susu.
Namun, diakui Masrin, keistimewaan yang melekat pada kelurahan yang baru dimekarkan itu tidak didukung dengan infrastruktur yang memadai. Salah satunya kondisi jalan yang rusak parah, padahal jalan itu merupakan akses utama bagi warga setempat untuk melancarkan aktifitasnya.
Pasalnya, dari 5 kilometer (Km) jumlah keseluruhan jarak jalan antara Kumbe-Oi Fo’o-Radendeu yang baru di-hotmix hanya 200 meter saja. Jalan Oi Fo’o sampai Wangge, belum tersentuh sedikit pun. “Hal ini menyebabkan pengguna jalan ekstra hati-hati,” katanya kepada Bimeks di Kumbe, Senin.
Pantauan Bimeks, badan jalan yang tidak jauh dari mata air Oi Mbo itu kondisinya rusak parah, sulit dilewati kendaraan roda dua. Bahkan, pengendara terpaksa menggunakan jalan darurat di pinggir jalan.
Demikian juga pada beberapa lokasi setelah mata air Oi Mbo hingga memasuki Oi Fo’o. Karena kondisi jalan yang rusak parah itu, Lurah mengaku mengalami kecelakaan ketika menuju kantor. Akibatnya, anggota tubuhnya pegal-pegal, tangan, pipi, dan kaki lecet semua.
Masrin juga mengaku sudah pernah mengusulkan kepada pemerintah agar proyek pembangunan jalan itu segera dirampungkan. “Saya sudah mengusulkan saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang, Red) tingkat kecamatan supaya proyek jalan segera diselesaikan, tetapi belum ada realisasinya,’’ katanya.
Warga Oi Fo’o, Ruslin (32 tahun), berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Bima segera membenahi semua badan jalan itu agar pengendara nyaman. Hampir setiap kali melewati jalan itu mengalami kecelakaan. “Jangan sampai pengendara lain mengalami nasib seperti kami, sering jatuh’’ ujar pengojek itu di Kumbe, Senin. (K01)

Kapan Krisis Darah RSUD Bima Berakhir?

Kota Bima, Bimeks.-
Sejumlah elemen masyarakat dan organisasi wartawan, beberapa waktu lalu, menggelar kegiatan donor darah. Puluhan kantung darah pun didapatkan. Namun, rupanya itu tak cukup. Hingga kini, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima kembli terbelit persoalan krisis darah. Kapankah krisis darah itu akan berakhir?
Akibat nihilnya stok darah itu, keluarga pasien pun terpaksa membeli dan mencari sendiri stok darah yang dibutuhkan itu di luar RSUD Bima.
Kepala Humas RSUD Bima, dr H Sucipto mengatakan, akibat krisis darah itu, hingga kemarin sejumlah keluarga pasien terpaksa mencari sendiri darah. Bahkan, ada beberapa keluarga pasien yang terpaksa membeli darah pengojek jika keadaan mendesak. “Hingga saat ini kita masih kekurangan darah, memang sebelumnya sempat teratasi berkat kepedulian teman-teman wartawan dan elemen lain. Tapi, karena kebutuhan juga yang meningkat, stok darah saat ini nihil,” ujar Sucipto di RSUD Bima, Selasa (25/8).
Sucipto mengatakan, secara umum kebutuhan darah RSUD Bima setiap hari mencapai ratusan kantung. Hal itu dilihat dari jumlah tindakan atau operasi pasien. Selain itu, ada beberapa pasien kritis atau kecelakaan yang memang membutuhkan darah sewaktu-waktu. “Hingga saat ini, kita juga belum mendapat solusi dari PMI dan bisa diharapkan ada sumbangan dari elemen masyarakat atau kepedulian langsung dari pemerintah,” katanya.
Diakui Sucipto, kebutuhan darah juga diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan ke depan. Termasuk menjelang Idul Fitri, apalagi jika sewaktu-waktu pasien membludak dan membutuhkan darah. (BE.17)

Sejumlah Program Disiapkan Pemkot Bima

Kota Bima, Bimeks.-
Pemerintah Kota (Pemkot) Bima menyiapkan sejumlah program untuk mengisi bulan Ramadan tahun ini. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bagian (Kabag) Humas dan Protokol Setda Kota Bima, Drs Is Fahmin mengatakan, meski tidak program yang spesial dengan tahun sebelumnya, saat ini pemerintah sedang menyiapkan sejumlah program yang bakal dilaksanakan pertengahan Ramadan. Di antaranya safari dan pelaksanaan sejumlah program pada sejumlah wilayah binaan pemerintah. “Program sedang kita siapkan dan kita susun, sambil menunggu jadwal safari Ramadan dari Gubernur NTB,” ujar Fahmin di kantor Pemkot Bima, Selasa (25/8).
Fahmin mengatakan, seperti yang dilakukan pemerintah tahun lalu, safari itu bisa saja berisi kegiatan agama yang dirangkai dengan penyampaian sejumlah program pemerintah. Hal itu bergantung dari tugas dan program yang disusun masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
“Masing-masing Satker punya program tersendiri, tergantugn yang mereka susun untuk daerah binaannya, misalnya Humas tahun lalu di Kelurahan Sambinae,” pungkasnya. (BE.17)

Pedagang Mengaku Menu Sajian Laku

Kota Bima, Bimeks.-
Anda sudah mengunjungi Pasar Ramadan di lapangan Merdeka? Jika ke sana, tampak warga berjubel ingin berbelanja makanan dan tajil berbuka puasa. Bahkan, ada juga yang sekadar jalan-jalan menikmati suasana.
Pasar dadakan itu menjual aneka masakan siap saji dan aneka tajil untuk berbuka puasa. Tujuan pasar Ramadan itu agar masyarakat mudah mendapatkan menu berbuka puasa yang bervariatif dengan harga terjangkau.
Meski baru berlangsung tiga hari, namun animo masyarakat terlihat masih tinggi. Walaupun harga-harga yang ditawarkan lebih tinggi daripada tahun sebelumnya.
Salah satu pedagang di lokasi itu, Hj Siti Mariah (75 tahun), warga Sarae Gilipanda, pada hari pertama puasa dagangannya terjual Rp400.000 dan hari kedua hampir sama. Dua jenis makanan andalannya adalah kolak dan ‘karedo maci kandole’.
Dia mengaku baru kali ini berjualan di Pasar Ramadan yang dihelat Pemkot Bima. Hasil yang diperoleh kali ini berkurang Rp50.000 hingga Rp100.000 daripada Ramadan tahun lalu. Dagangannya dijual seharga Rp2.500/porsi.
Ibu enam anak ini mengaku membayar Rp10.000 untuk biaya pendaftaran berdagang di Pasar Ramadan. Dia merasa tempat berdagangnya di sekitar Pegadaian pasar raya Bima terasa sejuk dan nyaman, namun di tempat sekarang merasa kepanasan. “Tahun-tahun kemarin, saya pulangnya pukul 5 tapi sekarang pukul 6,’’ ungkapnya.
Berbeda dengan yang dirasakan oleh pedagang lainnya, yaitu pasangan suami-istri (pasutri) Umar dan Erna, warga Kampung Sigi Kelurahan Paruga. Mereka berjualan kolak, lauk-pauk, dan sayur-sayuran setiap kali setiap tahun. Mereka juga selalu mendapat keuntungan yang lumayan banyak.
Pada hari pertama, menu dagangan pasangan ini terjual Rp500.000 dan hari kedua Rp400.000. “Suasana Pasar Ramadan kali ini lebih meriah daripada tahun sebelumnya,” kata Umar di lokasi.
Dia mematok harga Rp10.000/porsi untuk ayam yang telah diolah, perkedel jagung Rp1.500/biji, pepes ikan Rp10.000/bungkus, dan kolak Rp5.000/porsi.
Kemeriahan pasar Ramadan yang tertata dengan rapi, termasuk pengelolaan lahan parkir yang aman, menjadikan para pengunjung selalu ramai. Hal inilah yang menyebabkan seorang pengunjung, Imel (24 tahun), selalu hadir. Dia mengaku, menghabiskan Rp20.000 hingga Rp25.000hari untuk berbelanja lauk-pauk dan tajil.
Lain halnya dengan Mardiana (38 tahun), warga Kumbe. Dia mengaku baru kali ini berbelanja. Setiap tahun, berbelanja di Pasar Ramadan, namun tidak setiap hari.
Diakuinya, sebanyak Rp125.000 dihabiskan untuk berbelanja lauk-pauk dan tajil. “Kalau beli sedikit takutnya tidak cukup buat anak-anak,” ujarnya, Senin (24/8).
Menurutnya, harga makanan kali ini naik dua kali lipat dari Ramadan tahun lalu. “Sajian makanan sedikit, tapi mahal,” tuturnya. (K.05)

Warga Sape: Segera Aktifkan Angkutan Bemo!

Bima, Bimeks.-
Sejumlah warga di Kecamatan Sape meminta agar pemerintah daerah segera mengaktifkan bemo yang melayani jalur terminal Sape dengan wilayah lainnya. Masalahnya, saat ini hanya ojek dan benhur yang bisa melayaninya. Jika ada muatan yang relatif banyak dan berat, penumpang kesulitan. Belum lagi, suasana terminal Sape di Desa Jia itu belum sepenuhnya ramai.
M Ali, warga Sape, mengatakan jika hanya mengandalkan ojek, sebagian penumpang kadang ragu karena banyak kejadian yang tidak nyaman dialami penumpang. Belum lagi kalau membawa muatan yang agak banyak. Benhur pun masih sedikit yang beroperasi, hanya kusir dari Jia saja yang mendominasi.
“Karena itu pengadaan bemo pada berbagai jalur mendesak dilakukan,” katanya di Sape, Minggu (23/8) siang.
Katanya, kebanyakan benhur beroperasi di pusat kota dan jarang yang mau ke terminal, karena melewati wilayah minim pemukiman. Bagi penumpang yang tiba pada waktu malam, ketiadaan angkutan bemo akan menjadi kendala.
Warga lainnya, Adnan, juga meminta agar fasilitas angkutan yang melayani jalur terminal Sape dengan desa atau kecamatan lainnya segera diaktifkan. Keberadaan terminal yang jauh dari pemukiman menyebabkan masyarakat kesulitan mengakses angkutan yang layak.
Sejumlah warga lainnya yang dihubungi, akhir pekan lalu, juga berharap hal yang sama. Jika bemo sudah dihadirkan, maka pengaturan jalur dengan benhur harus dilakukan dengan baik agar tak saling merugikan.
Sebelumnya, Kepala UPT Dishubkominfo Kecamatan Sape, Suaeb SSos, Minggu (23/8) lalu mengiyaratkan akan dibuka empat jalur yang menghubungkan terminal baru itu dengan wilayah lainnya. Antara lain menuju pelabuhan Sape, Lambu, Lamere, dan Sari.
Diakuinya, sudah ada sejumlah angkutan yang siap melayani jalur itu, hanya saja saat ini tinggal menunggu proses perijinan. (BE.12)

Pemkab Bima Pangkas sejumlah Proyek

Bima, Bimeks.-
Sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus merampingkan kembali program yang disusun dalam APBD tahun 2009 sebelumnya. Penyebabnya karena dana tambahan yang diharapkan dari pemerintah pusat, tidak terealisasi sesuai harapan. Kenyataan itu dibenarkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Sekda Kabupaten Bima, Drs H Taufik, Selasa (25/8).
Dikatakan Taufik, imbas tidak terealisasi dana tersebut, sejumlah program yang sudah disusun terpaksa dipangkas untuk menyesuaikan dengan anggaran yang tersedia. “Pemangkasan program hampir merata pada sejumlah Satuan Kerja,” katanya kepada wartawan di kantor Pemkab Bima.
Diakuinya, pengurangan anggaran Pemkab Bima terjadi lantaran kenaikan gaji pegawai sebesar 15 persen. Akibatnya, terjadi kekurangan sekitar Rp90 miliar dari anggaran sebelumnya Rp440 miliar.
Jadi, Pemkab Bima mengalami defisit anggaran? Taufik menolak anggapan itu, hanya diakui kekurangan dana. Dia juga menepis anggapan jika Pemkab Bima gagal melobi pemerintah pusat untuk mendapatkan alokasi anggaran sesuai perencanaan sebelumnya. Nilai kekurangan dana itu sekitar Rp36 miliar. Jumlah itu bersumber dari penerimaan lainnya.
Selain itu, Taufik juga menyinggung masalah pemindahan ibukota Kabupaten Bima di Kecamatan Woha. Dijelaskannya, proses sudah berlangsung dan tahun 2010 mendatang diharapkan peraturan daerah (Perda) tentang detail tata ruang sudah ada. (BE.16)

Senin, 24 Agustus 2009

Ledakkan Petasan, Diamankan Polisi

Dompu, Bimeks.-
Ini peringatan bagi yang usil meledakkan petasan pada bulan Ramadan. Aparat Kepolisian Resort (Polres) Dompu bersikap tegas dengan mengamankan lima orang yang meledakan petasan dan satu penjual petasan, Minggu (23/8) malam lalu. Pengamanan itu agar umat Islam nyaman melaksanakan ibadah puasa dan shalat.
Selain itu, Satuan Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Dompu, menyita puluhan petasan berbagai jenis. Wilayah yang dijaring pada Minggu malam adalah Kelurahan Bali I Kecamatan Dompu dan sekitarnya.
Mereka ditangkap saat meledakkan petasan berukuran kecil itu menjelang berbuka puasa, saat shalat tarawih, dan makan sahur. “Begitu mendapat perintah Kapolres untuk mengamankan petasan, saat itu juga langsung turun operasi,” ujar Kasat Reskrim, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Lalu Salehuddin, SH, Senin (24/8).
Dikatakannya, operasi itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kebakaran. Hal yang lebih parah adalah menganggu ketertiban umum, apalagi saat ini umat Islam sedang menjalankan ibadah puasa. Petasan yang diledakkan menganggu ketenangan orang yang berpuasa.
Diakuinya, penjual petasan itu menjualnya menggunakan api korek, dan rokok. Itu terbukti dari hasil operasi. “Kita dapatkan petasan itu di tangan anak-anak dan penjualnya,” ujarnya.
Katanya, petasan itu tidak terlihat, hanya api korek dan rokok saja yang dilihat. Namun, rupanya di dalam korek dan rokok tersebut berisikan sejumlah petasan.
Para penjual dan pemain petasan itu, lanjutnya, memanfaatkan korek api dan rokok untuk mengelabui aparat Kepolisian. Mereka menjual dengan harga Rp1.000/batang. Mereka yang ditangkap akan dikenakan pasal 510 tentang menganggu ketertiban umum.
Operasi itu, dijanjikan Kasat Reskrim, akan ditetap digelar selama bulan Ramadan. Untuk itu, dia berharap pada seluruh warga Dompu agar tidak mengganggu ketertiban umum, khususnya anak-anak. “Saya berharap pada adik-adik tidak menganggu ketertiban umum,” harapnya.
Bagaimana dengan di Kota dan Kabupaten Bima? Pantauan Bimeks, pada kedua wilayah itu bunyi petasan sudah terdengar sejak awal Ramadan. Di Kecamatan Sape, misalnya, petasan kerap dibunyikan anak-anak saat siang hari dan itu memicu reaksi orang dewasa.
Di Kota Bima, di sekitar Penatoi dan Karara, petasan kerap terdengar berbunyi oleh anak-anak. (BE.15)

Pembahasan APBD Kota Bima Molor

Kota Bima, Bimeks.-
“Lagu lama” rangkaian proses pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bima yang lamban dari waktu yang ditetapkan, tampaknya bakal kembali mengalun di gedung DPRD Kota Bima. Pasalnya, hingga kini Pemerintah Kota (Pemkot) Bima belum menyerahkan hasil Audit Badan Pengawas Keuangan (BPK) meski sudah melampui waktu yang telah dijadwalkan.
Diakui anggota DPRD Kota Bima, Syamsudin HZ, SE, sesuai jadwal pembahasan APBD paling telat dilakukan enam bulan setelah tahun anggaran itu ditetapkan. Namun, tak kunjung terealisasi karena sikap yang sama dari Pemkot Bima yang belum menyerahkan hasil audit itu. “Kita juga nggak tahu apa hasil audit itu sudah ada atau belum, eksekutif belum menjelaskannya, tapi semestinya sudah diserahkan kalau dilihat dari jadwal,” ujar Syamsudin kepada wartawan, di Sekretariat DPRD Kota Bima, jalan Jenderal Soedirman, Senin (24/8).
Syamsudin mengatakan, karena keterlambatan penyerahan dan pembahasan hasil audit, seluruh jadwal kegiatan atau agenda penting DPRD Kota Bima terancam molor. Meski beberapa kali sempat mengagendakan rapat Panitia Musyawarah (Panmus), namun selalu gagal karena perwakilan Panggar Eksekutif tidak hadir.
Terkakhir, diakuinya, pekan lalu Panmus terpaksa ditunda hingga Senin (24/8) karena pihak eksekutif tak kunjung menyerahkan hasil audit itu. “Sebenarnya tidak ada istilah Panmus itu diskors, tapi karena pihak eksekutif belum juga menyerahkan hasil auditnya jadinya seperti ini,” katanya.
Diakui duta Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, lambannya penyerahan hasil audit itu bisa saja memengaruhi dan mengganggu kualitas pembahasan itu jika belum rampung sebelum pelantikan anggota DPRD yang baru. Apalagi, saat ini DPRD sudah terdesak oleh waktu massa jabatan. Anggota DPRD baru memerlukan proses dan waktu tak sedikit agar bisa menguasai materi yang akan dibahas itu.
“Belum lagi menunggu tatib baru selain itu anggota DPRD baru juga memerlukan waktu mempelajari itu semua,” katanya.
Hingga kemarin, tidak ada satu pun pihak panitia angaran (Panggar) eksekutif atau Pemkot Bima yang berhasil dihubungi wartawan berkaitan dengan lambannya penyampaian hasil audit BPK terhadap APBD Kota Bima tahun 2008 itu.
Seperti diketahui tahun lalu, kalangan legislatif terpaksa menggenjot pembahasan APBD-P 2008, Rancangan APBD 2009 secara maraton menyusul lambannya penyampaian hasil audit APBD 2007 oleh eksekutif. (BE.17)

Eksekutif Serahkan Krisis Mitan pada Distributor

Kota Bima, Bimeks.-
Meski sedang sibuk dengan aktifitas dan kebutuhan Ramadhan, masyarakat Kota Bima tampaknya mesti banyak bersabar. Hingga kini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima belum bisa mengatasi kelangkaan minyak tanah (Mitan) yang dikeluhkan masyarakat hingga kini.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian (Diskoperindag) Kota Bima, Ratnaningsih, mengakui, sepenuhnya pemerintah menyerahkan sepenuhnya persoalan atau krisis Mitan kepada distributor minyak PT Tanone.
“Meski demikian, pemerintah tidak sepenuhnya lempar tanggungjawab, karena persediaan minyak juga bergantung dari distributor, kita hanya bisa mengarahkan,” ujar Ratnaningsih di sela pembukaan pasar Ramadan lapangan Serasuba, Sabtu (22/8).
Dia mengatakan, secara umum, persoalan krisis Mitan di Kota Bima juga terjadi sebagai imbas rencana pemerintah pusat mengalihkan penggunaan Mitan dengan gas elpiji, sehingga distirubusi Mitan pun tidak lancar. Selain itu, persoalan lainnya, saat ini banyak penyalur Mitan namun tidak diimbangi dengan ketersediaan atau stok minyak.
“Karena persoalan itu, kami juga terpaksa selektif memberikan ijin, karena memang hampir lebih banyak pengecer dari pada stoknya,” katanya.
Ratnaningsih memastikan, berdasarkan pantauan pemerintah secara umum, krisis Mitan saat ini bukan disebabkan ulah spekulan atau penimbun. Karena pemerintah juga memberikan atensi khsusus terhadap kelangkaan itu. “Kami tidak main-main, jika memang ada pengecer yang nakal, menjual di atas HET, kami akan tindak dan cabut ijinnya dan masyarakat juga harus proaktif melapor jika ada seperti itu,” ingatnya.
Hingga kemarin sejumlah Ibu Rumah Tangga (IRT) seperti Kelurahan Sarae, Penaraga, dan Rabadompu masih mengeluhkan kelangkaan Mitan. Meski sudah lebih dari sepekan, kelangkaan Mitan itu masih terjadi. (BE.17)

Mande Raih Juara Kebersihan

Kota Bima, Bimeks.-
Kelurahan Mande meraih juara pertama dalam lomba kebersihan tingkat Kota Bima tahun 2009. Keberhasilan itu ditunjang oleh partisipasi dan dukungan seluruh lapisan masyarakat setempat. Dari berbagai persiapan sebelumnya, mengantar Mande meraih yang terbaik. Sebelumnya tahun 2008, Mande tidak masuk dalam nominasi.
Dengan demikian, Mande berhak meraih hadiah uang tunai sebesar Rp450 ribu. Pengumuman juara itu disebutkan dalam acara penutupan HUT ke-64 Kemerdekaan RI di Mande 2, Rabu (19/8) malam. Prestasi itu disambut antusias oleh masyarakat setempat.
Lurah Mande, Kamrin, SSos, bangga terhadap panitia yang telah bekerja keras dalam pelaksanaan kegiatan itu dari awal hingga akhir. Masyarakat diharapkan agar terus meningkatkan kebersihan lingkungan, bukan saja pada momentum 17-an, akan tetapi pada hari-hari yang lain perlu ditingkatkan. “Karena kebersihan sebagian dari keimanan,” katanya saat menyampaikan sambutan.
Sementara itu, sekretaris panitia kegiatan, Syafruddin H Nurdin, mengatakan kegiatan ini hanya bermodalkan keberanian, karena tidak ada bantuan dana dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bima, melainkan swadaya masyarakat. Hadiahnya berupa tropi dan uang tunai dengan total Rp8 juta untuk semua lomba.
Acara penutupan berlangsung meriah dengan penampilan organ tunggal Musafir asal Mande. Panitia membacakan perolehan juara dalam lomba kebersihan tingkat RT/RW, juara lomba sepak bola mini, bola voli, lari karung, dan lari kelereng. Juara umum lomba kebersihan diraih RW 01, juara bidang olahraga didominasi RW 03.
Warga setempat, Mahfud, mengaku kegiatan itu adalah perwujudan cinta Tanah Air yang diekspresikan dengan membersihkan lingkungan, sekaligus memeriahkan HUT ke-64 Kemerdekaan RI. “Dengan HUT ke-64 RI, mari kita jaga lingkungan demi masa depan Kota Bima,” tuturnya di arena. (K02)

Satu Rumah di Melayu Ludes

Kota Bima, Bimeks.-
Insiden kebakaran kembali terjadi di Kota Bima, Jumat dini hari lalu sekitar pukul 02.00 Wita. Si jago merah melahap rumah milik Fadil (35), warga RT 04/02 Kelurahan Melayu hingga ludes. Akibatnya, korban mengalami kerugian hingga sekitar Rp300 juta.
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun seluruh harta benda korban nyaris tidak ada yang dapat diselamatkan dari kecamuk api yang membara itu. Tidak yang mengetahui penyebab pasti kebarakan itu, dini tiba-tiba membara di rumah panggung warga Melayu keturunan Arab itu.
Fadil mengaku, saat insiden itu sedang berada di dapur bangunan di samping rumah panggung tuanya itu membuat susu untuk anaknya. Namun, saat keluar dan hendak ke rumah panggungnya itu, api tiba-tiba sudah mulai menjalar dengan cepat.
Saat itu, sepengetahuanya, sebelum insiden itu, istri dan anaknya sempat menyalakan TV dan kipas angin, namun mendadak mati karena stut meteran yang dipasang dirumah panggungnya itu kembali. “Kebiasaan putri saya kalau malam-malam minta susu, karena kalau dia terbangun, makanya saya buatkan di dapur rumah saya yang di sebelah, dan ternyata saat saya mau naik, api ternyata sudah besar dan cepat merambat,” ujar Fadil di lokasi kejadian, Jumat (20/8).
Untungnya, saat itu dua anak dan pembantunya berhasil diselamatkan sebelum api merambat dan menghanguskan seluruh rumah itu. Api dapat dipadamkan sekitar pukul 03.00 Wita setelah empat mobil pemadam kebakaran (PMK) dikerahkan ke lokasi itu.
Diakui pemilik Toko Kencana Ria ini, akibat insiden kebakaran itu, merugi hingga hampir Rp300 juta, karena belasan Air Conditioner (AC), puluhan TV, dan sejumlah barang eletronik lainnya tidak dapat diselamatkan. “Saya masih bersyukur, kalau harta masih bisa dicari, yang terpenting anak-anak saya selamat,” ujar Fadil.
Hingga Senin, belum ada pernyataan resmi dari pihak Kepolisian tentang penyebab pasti kebakaran itu. (BE.17)

Waspadai Amuk “Si Jago Merah”!

Kota Bima, Bimeks.-
Kebakaran yang terjadi belakangan ini menyebabkan aparat Kelurahan Rabangodu Utara waspada. Jangan sampai warga ada yang mendapatkan musibah kebakaran itu. Karena nilai kerusakan besar.
Apalagi, kata Lurah Rabangodu Utara Kota Bima, Maksum, SE, saat ini kondisi cuaca memasuki musim kemarau. Terik matahari yang menyengat bisa menyebabkan “si jago merah” cepat mengamuk dan melabrak apa saja. “Untuk itu pada berbagai kesempatan pertemuan dengan warga, saya selalu menyinggung masalah kebakaran itu, agar masyarakat tetap waspada,” katanya di kantor Kelurahan Rabangodu Utara, Senin (24/8).
Hal lain yang diingatkannya, jika warga hendak keluar rumah sebaiknya memerhatikan kompor dapur. Apakah api masih menyala atau tidak, karena banyak juga kebakaran ditimbulkan karena ledakan kompor.
Selain itu, ingatnya, jika listrik padam agar tidak menyalakan lilin di tempat yang mudah terbakar. Warga kerap lalai meninggalkan lilin dalam keadaan menyala, sementara mereka tidur. “Jangan juga membuang puntung rokok yang menyala pada sembarangan tempat. Apalagi, angin sekarang kencang dan cuaca panas,” katanya.
Upaya meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran juga, kata dia, didukung oleh Dinas Tata Kota dan Pemukiman. Rencananya Selasa (25/8) ini, dinas akan sosialisasi dan simulasi cara antisipasi kebakaran di kantor lurah Rabangodu Utara.
Diharapkannya, sosialisasi itu menjadi pengetahuan dasar bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap “si jago merah”.
Sebelumnya, seperti diberitakan Bimeks, sejumlah rumah warga Kota Bima hangus terbakar diamuk api. Umumnya terjadi karena warga menyalakan lilin, setelah itu ditinggal pergi atau pemilik rumah tertidur. Selain itu, dugaan yang kerap muncul adalah akibat hubungan arus pendek listrik. Meskipun untuk kejadian itu harus ada penyelidikan menyeluruh.
Nilai kerusakan yang ditimbulkan dari kasus kebakaran itu mencapai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Belum lagi, dampak psikologis yang dirasakan oleh pemilik rumah dan tetangga sekitarnya.
Sejumlah warga meminta agar memastikan sumber api padam sebelum meninggalkan rumah atau tidur. Selain itu, meminta agar petugas kebakaran tetap siaga karena ancaman kebakaran selalu muncul setiap saat. (BE.16)

Mushalla Al-Ikhlas Rabangodu Utara Krisis Dana

Kota Bima, Bimeks.-
Pembangunan mushalla Al-Ikhlas di Kelurahan Rabangodu Utara terkendala dana. Pemerintah kelurahan dan panitia menunggu sumbangan dari para donator.
Lurah Rabangodu Utara, Maksum, SE, mengatakan lahan pembangunan mushalla itu merupakan hibah dari warga setempat. Mushalla itu sendiri rencana pembangunannya di jalan Pinang Sari RT. “Kami sudah lama merencanakan membangun mushalla itu. Alhamdulillah ada dua orang hamba Allah yang mewakafkan tanahnya. Panitia sudah kami bentuk untuk menggalang dana,” katanya kepada Bimeks di kantor Lurah Rabangodu Utara, Senin (24/8).
Diharapkannya, bulan Ramadan penuh berkah ini, ada yang mau menyumbangkan atau menyisihkan sebagian rejekinya untuk membangun mushalla itu. Setiap amalan bulan puasa dilipatgandakan pahalanya. “Kami berharap di bulan Ramadan ini banyak dana yang terkumpul. Harapan kami tidak hanya dari warga Rabangodu Utara, namun juga warga Kota Bima lainnya,” ujarnya.
Lokasi pembangunan mushalla itu, kata Maksum, sangat strategis. Apalagi, RT tersebut belum ada sarana ibadah. Nanti sarana ibadah itu akan dimanfaatkan juga untuk pembinaan Taman Pendidikan Al-Quran.
“Banyak anak-anak kita butuh pembinaan keagamaan, agar mereka tumbuh dengan fondasi iman. Bantuan sendiri dapat disalurkan ke panitia atau kantor kelurahan,” ujarnya.
Diakuinya, saat ini sangat sulit untuk mendapatkan tanah yang diwakafkan. Untuk itu masyarakat Rabangodu Utara sangat antusias dengan wakaf tersebut. Apalagi, lokasi dinilai strategis. (BE.16)

Pesantren Kilat Digelar SMPN 1 Kota Bima

Kota Bima, Bimeks.-
SMPN 1 Kota Bima menggelar pesantren kilat di sekolah setempat mulai Senin (24/8) hingga Sabtu (5/9) mendatang. Tujuannya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan (Imtaq) dan mengisi Ramadhan dengan berbagai macam kegiatan.
Pesantren kilat adalah salah satu program Pemerintah Kota (Pemkot) Bima yang diselenggarakan saat Ramadhan untuk peningkatan Imtaq. Di dalamnya juga mengajarkan hal-hal tentang puasa, pahala, dan dosa.
Kegiatan itu berlangsung intensif, siswa kelas III dari 25-28 Agustus, kelas II berlangsung dari 29 Agustus-2 September, dan kelas 1 dari 3-5 September. Sumber dana kegiatan dari OSIS.
Kepala SMPN 1 Kota Bima, Abdul Karim, SPd, MPd, mengatakan, akhir kegiatan akan ditutup dengan buka puasa bersama. Pesantren kilat diisi dengan beberapa lomba, antara lain peragaan shalat jenasah, shalat berjamaah, lomba azan, dan iqamah, muratal Quran, dan dirangkai dengan shalat Dzuhur berjamaah.
Hal senada dibenarkan pembina Imtaq SMPN 1 Kota Bima, sekaligus penanggungjawab pesantren kilat, H Abdul Karim Ismail, SAg. Katanya, kegiatan ini sebagai ajang pembentukan keimanan siswa dan pada akhirnya dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain siswa, wali kelas dan guru pelajaran lain juga terlibat dalam pesantren kilat itu sebagai pendamping dan motivator siswa yang berkompetisi. “Kehadiran guru dan wali kelas, tingkat keseriusan siswa dalam berkompetisi lebih baik dan bernilai positif” ujar Karim.
Bagaimana kegiatan itu dalam pandangan siswa? Andri, siswa kelas III, mengaku sangat bermanfaat bagi pembentukan pribadi Islami. Siswa mendukung kegiatan pesantren kilat dengan berbagai mata lomba di dalamnya. “Ke depan kegiatan semacam ini bisa dilanjutkan di luar bulan Ramadan,” katanya. (K02)

Husni: Orang Mukmin Ikuti Seruan Allah

Kota Bima, Bimeks.-
Tahun ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima tidak mengeluarkan himbauan penutupan warung makan selama Ramadan. Sikap itu justru dinilai berbeda oleh Kepala Departemen Agama (Depag) Kota Bima, Drs H Husni, MSi.
Mengapa? Dijelaskannya, Allah SWT menyerukan kepada umat mukmin agar menjalankan ibadah puasa. Jika ada orang yang masuk warung saat Ramadan, maka bukan termasuk golongan orang mukmin. “Orang-orang yang mengikuti seruan Allah untuk berpuasa saat bulan Ramadan, maka dia termasuk orang mukmin. Jika tidak mengikuti seruan itu, maka bukan tergolong orang mukmin,” ujarnya kepada Bimeks di Kantor Depag Kota Bima, Senin (24/8).
Pernyataan serupa itu, kata Husni, juga disampaikan oleh Wali Kota Bima, HM Nur A Latif, saat malam tasyakuran di Pemkot Bima. Saat Ramadan tidak akan mengeluarkan himbauan khusus agar menutup warung makan. “Wali Kota Bima saat itu menyatakan juga, jika merasa orang mukmin, maka tentu tidak akan masuk warung makan siang hari. Bulan ini merupakan ujian bagi orang-orang yang mengaku beriman,” tandasnya.
Kakandepag juga menilai apa yang dinyatakan Wali Kota Bima bermakna mendalam. Terkecuali orang yang masuk warung adalah mereka yang non-Muslim atau benar-benar berhalangan menjalankan ibadah puasa.
“Ini juga menunjukkan makna toleransi kepada pemeluk agama lainnya. Meski demikian satu sama lain juga harus saling menoleransi,” ujarnya.
Umat Islam juga dihimbaunya agar tidak terlalu demonstratif menyikapi hal-hal seperti itu. Untuk itu dihimbaunya agar semua Muslim menjalankan ibadah puasa dengan baik. Apalagi, banyak hikmah dan nilai yang dapat diperoleh menjalankan ibadah puasa. (BE.16)

Pasar Ramadhan Dipadati Pengunjung

Kota Bima, Bimeks.-
Pasar Ramadhan disiapkan khusus oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bima sejak Sabtu lalu. Ini menjadi solusi dan alternatif bagi masyarakat, tidak hanya umat Muslim, namun juga para turis yang memenuhi kebutuhan makanan dan minuman siap saji.
Sejak dibuka oleh Wakil Wali Kota Bima, H Qurais H Abidin, hingga hari ketiga puasa Ramadhan, pengunjung ramai. Mulai dari yang sekadar ikut melihat aktifitas di lokasi itu hingga masyarakat yang benar-benar mencari kebutuhan berbuka puasa.
Hari pertama pembukaan pasar itu juga dikunjungi HM Nur Latif dengan memborong sejumlah makanan dan minuman di pasar itu.
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Dinas Koperasi, Perdagangan dan Perindustrian (Diskoperindag) Kota Bima, Ratnaningsih, menjelaskan, berbeda dengan tahun 2008 lalu, jumlah pedagang yang mendaftar ikut berjualan di pasar Ramadhan tahun ini meningkat drastis. Sebanyak 90 orang lebih dari sebelumnya hanya 70 orang. “Kita sangat bangga dan bersyukur, pasar ini hanya satu-satunya di NTB, sangat ramai dikunjungi dan diminati masyarakat,” ujar Ratnaningsih di lapangan Merdeka, Sabtu (22/8).
Diakuinya, secara umum, sejak lima tahun lalu, pasar Ramadan sengaja disiapkan pemerintah untuk membantu memenuhi berbagai macam kebutuhan masyarakat untuk berbuka puasa, di pasar itu dijual hampir seluruh jenis makanan atau minuman siap saji. Mulai dari kurma, es buah, es cendol hingga pernak-pernik Ramadhan dan buku.
“Dengan adanya pasar ini, tentunya masyarakat tidak perlu repot-repot lagi bingun mencari dimana tempat penjual es atau aneka makanan lainnya,” katanya.
Dia mengatakan, tidak hanya memanjakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan berbuka, keberadaan pasar Ramadahan itu juga membantu pemerintah dalam menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena setiap pedagang di pasar itu diwajibkan membayar retribusi Rp1.000/hari. (BE.17)

Hari Ketiga, Aktifitas Pemkot Bima Normal

Kota Bima, Bimeks.-
Aktifitas sejumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bima hari pertama puasa Ramadhan 1430 Hijriyah sedikit menurun. Hari ketiga, rutinitas para pegawai kantor itu kembali normal.
Pantauan Bimeks, khusus Sekretariat Daerah (Setda) Kota Bima, meski sempat lengang saat hari pertama, aktifitas para pegawai kembali seperti biasa. Sebagian besar pegawai tampak masuk kerja tepat pukul 08.00 Wita.
Sebelumnya, hari pertama puasa, khusus di Badan Kepegawaian Daearah (BKD) dari 27 staf dan pejabat di SKPD itu, dua di antaranya absen atau tanpa alasan, dua orang ijin dan satu orang sakit.
Pada hari yang sama juga, Wakil Wali Kota Bima, H Qurais H Abidin juga inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah SKPD di Setda Kota Bima. Hasilnya, meski sedikit tampak sepi, aktifitas pegawai hampir seperti hari biasa.
Sekretaris BKD Kota Bima, Mukhtar, MH, menyebutkan, sesuai surat Keputusan Gubernur NTB, jadwal kerja kantor seluruh SKPD dimulai pukul 08.00 Wita. Khusus hari Jumat berakhir pukul 10.00 Wita. “Jadwalnya bukan kita yang bikin, tapi sudah ditetapkan dari provinsi,” ujar Mukhtar di BKD Kota BIma, Sabtu (22/8).
Diakui Mukhtar, meski tidak ada kepastian surat keputusan tentang sanksi bagi pegawai yang absen, pegawai harus tetap menunjukkan disiplin kerja. “Memang belum ada keputusan sanksinya, tapi kita tekankan seluruh pegawai harus masuk kerja seperti biasa, tidak boleh alasan karena puasa,” katanya. (BE.17)

Air Lontar Sumber Pendapatan Warga Oi Mbo

Kota Bima, Bimeks.-
Kemampuan warga lingkungan Oi Mbo Kelurahan Kumbe dalam mengelola lontar, khususnya air tuak, sebagai minuman khas daerah Bima dapat diandalkan untuk menunjang perekonomian keluarga. Sebagian besar warga setempat memiliki pohon lontar untuk dimanfaatkan. Salah satunya adalah keluarga Darfin (50 tahun).
Bapak lima anak itu menekuni menyadap air tuak sejak 20 tahun lalu. Pohon lontar dapat memroduksi airnya sepanjang tahun, antara bulan April sampai November. Pada bulan Desember hingga Maret, produksinya sedikit berkurang karena pengaruh musim.
sehari Darfis menyadap air tuak sebanyak 20-25 liter dari 12 pohon yang dikoleksinya. Harga jual satu liter senilai Rp7.500. Dari situ, pendapatan setiap hari sekitar Rp100 ribu atau sebulan bisa mencapai Rp1 juta.
Nah, produksi air lontar yang tidak pernah berhenti sepanjang tahun itu membawa keuntungan bagi para penyadap. Bagi Darfin, dari pengelolaannya itu mampu memasukan anaknya menjadi anggota Kepolisian. Selain itu, menyekolahkannya tiga anaknya pada salah satu Perguruan Tinggi (PT) di Bima.
Apakah ada jaminan produk Darfin asli atau tak dicampur? Darfis tegas membantahnya. Kabar itu, diakuinya, bisa mengancam usahanya karena apa yang dilakukannya murni. “Isu itu bisa mematikan usaha kami,” kataya kepada Bimeks di Oi Mbo, Kamis (20/8) sore.
Mengenai perbedaan rasa, Darfis mengaku, bisa disebabkan oleh sejumah faktor. Di antaranya, pisau yang digunakan tidak steril, periuk untuk memasak tidak bersih, dan campuran antara tuak baru dan yang sudah dimasak bisa berpengaruh terhadap rasa. (K01)

SMPN 1 Kota Bima terus Ukir Prestasi

Kota Bima, Bimeks.-
Siapa yang tidak bangga dengan torehan prestasi gemilang. Inilah yang kini dirasakan oleh jajaran SMPN 1 Kota Bima. Sejak beberapa waktu terakhir, sekolah bertaraf internasional itu mengukir prestasi dalam bidang olahraga.
Kepala SMPN 1 Kota Bima, Abdul Karim, SPd, MPd, mengatakan prestasi itu berkat kerja keras siswa dan guru, selain itu keseriusan komite sekolah dalam memajukan ekstrakulikuler.
Menyambut HUT ke-64 Kemerdekaan RI dan HUT ke-48 Pramuka, SMPN 1 Kota Bima mampu menyabet juara pertama dan juara kedua lomba gerak jalan indah. “Tidak sampai di situ, membawa pulang trofi kejuaraan basket antar-pelajar Kota Bima dengan torehan juara pertama diraih tim putri dan juara kedua diraih tim putra,” katanya di sekolah setempat, Senin (24/8) siang.
Pada turnamen bola voli antarpelajar SMP/MTS Kota Bima, SMPN 1 Kota Bima kembali meraih juara pertama. Tidak sampai di situ, pertandingan dilanjutkan ke tingkat provinsi yang digelar di Mataram, Mei 2009 lalu. Saat itu, SMPN 1 Kota Bima mampu meraih juara kedua.
Prestasi sekolah itu masih berderet. Sebelum Ramadan 1430 Hijriyah, juga meraih juara pertama lomba berbicara dalam bahasa Inggris yang digelar di Mataram. (K02)

Harga Bandeng Melonjak


Bima, Bimeks.-
Awal Ramadan 1430 Hijriyah, harga jual bandeng di pasar tradisional Kecamatan Palibelo naik signifikan. Pada hari pertama, dijual rata-rata Rp20 ribu/5 ekor. Sehari setelah itu, masih dijual seharga Rp20 ribu/6 ekor.
Penjual bandeng, Yahya (40), warga Palibelo, kenaikan harga itu disebabkan karena jelang bulan Ramadan jumlah pembeli pasti melonjak, namun tidak didukung dengan persediaan ikan bandeng. Awal Ramadan, pendapatan mereka meningkat. “Ini berkah Ramadan, keuntungan kami lebih besar dari dari hari-hari yang lainnya,” katanya di Palibelo, Sabtu (22/8).
Dengan modal Rp1 juta, katanya, meraup keuntungan antara antara Rp200-Rp250 ribu/hari. Keuntungan ini dapat membantu menyekolahkan tiga anaknya yang sedang belajar di SMP dan SD.
Hal senada diungkapkan Linda (23), warga Palibelo. Katanya, Ramadan membawa berkah bagi mereka, dengan modal Rp1 juta hasil dari penjualan pada hari-hari biasa hanya berkisar Rp40-Rp50 ribu/hari. Sekarang bisa naik hingga Rp300 ribu dengan modal yang sama.
Menurut seorang pembeli, Erni (47), asal Kota Bima, kenaikan harga ikan bandeng jelang puasa adalah hal yang biasa. Namun, Umiyati (35), warga Kelurahan Sarae Kota Bima, menilai kenaikan ini terlalu tinggi, harga yang mahal sangat sulit dijangkau oleh masyarakat.
Pantauan Bimeks, para penjual bandeng di pasar tradisional Palibelo masih menempati fasilitas seadanya. Mereka meraup keuntungan di lokasi pasar dekat dengan jalan raya yang padat dengan kendaraan. (K02)

Ibu Rumah Tangga Keluhkan Harga Sembako

Kota Bima, Bimeks.-
Menjelang Ramadan, sebagian harga kebutuhan pokok naik. Kenyataan itu dikeluhkan oleh kalangan masyarakat, terutama menengah ke bawah. Meskipun memahami kondisi itu rutin setiap tahun.
Seperti keluhan pengunjung pasar raya Bima, Siska (30 tahun), ibu rumah tangga. Kenaikan harga terus melambung setiap hari sejak awal bulan Ramadan. Pada hari pertama puasa, Sabtu (22/08) lalu, kenaikan harga sembako berkisar antara Rp500-Rp.1000. Lonjakan harga ini diperkirakan akan terjadi selama seminggu. Harga sembako diperkirakan akan berangsur-angsur melorot pada hari-hari selanjutnya naik lagi menjelang Lebaran atau Idul Fitri.
Pedagang di pasar raya Bima, Abdullah, mengaku kenaikan terjadi pada bahan pokok seperti telur. Dari sebelumnya Rp900/butir atau Rp28.000/krak kini naik menjadi Rp1.100/butir atau Rp33.000/krak. Gula pada tiga hari yang lalu masih Rp9.000/kg kini naik menjadi Rp9.500/kg.
Harga daging ayam masih seperti awal-awal Ramadan. Dari sebelumnya Rp28.000/ekor kini menjadi Rp30.000/ekor. Kenaikan harga yang melonjak tajam terjadi pada ikan bandeng. Dari sebelumnya ukuran sedang Rp6.000/ekor kini naik menjadi Rp12.000/ekor.
Dikatakannya, penurunan harga sembako terjadi pada minyak goreng jenis Bimoli. Dari sebelumnya Rp24.000/liter kini turun menjadi Rp23.000/liter. Namun, pada jenis minyak goreng curah justru naik. Dari sebelumnya Rp6.000/liter kini naik menjadi Rp6.500/liter.
Berbeda dengan jenis sembako lainnya. Penjualan makanan pendamping untuk berbuka puasa yaitu kurma, harganya bervariatif. Pada tingkat pengecer berkisar antara Rp24.000/kg-Rp28.000/kg.
Diakui Abdullah, salah satu yang menjadi penyebabnya adalah jumlah permintaan barang yang tinggi di pasaran. Hal ini terjadi karena konsumen membeli secara besar-besaran dengan alasan untuk persediaan selama Ramadan hingga Lebaran.
Abdullah tidak dapat memastikan harga barang selama Ramadan, karena hampir setiap hari terjadi perubahan harga sembako, bergantung dari daya beli masyarakat. “Kita tidak tahu apakah besok harga akan naik atau turun,” tutur Abdullah di pasar raya Bima, Sabtu (22/08) lalu.
Sementara itu, sejumlah ibu-ibu beranggapan selama menjalani ibadah puasa, asupan gizi keluarga harus bertambah dua kali lipat agar stamina tetap terjaga. (K05)

Lima Motor Dinas UPTD Dikpora Wawo Dikembalikan

Bima, Bimeks.-
Lima dari tujuh unit kendaraan sepeda motor dinas untuk operasional Unit Pelaksana Tugas (UPD) Dinas Dikpora Kecamatan Wawo telah dikembalikan oleh mantan kepala sekolah (Kasek) dan mantan pengawas TK/SD. Namun, dua unit lainnya masih ditahan oleh penggunanya, padahal mereka sudah purnatugas.
Mereka yang mengembalikan sepeda motor dinas itu adalah M Yasin Suaeb, BA (mantan Kepala SMPN 1 Wawo) dengan nomor plat kendaraan EA 6044 X, kemudian mantan pengawas TK/SD, H Hasan Syarif, EA 6310 X, dan mantan Kepala SDN Inpres Kawae, H Idrus Ismail, AmaPd, nomor plat EA 6674 X. “Ketiga sepeda motor ini dikembalikan dalam kondisi baik dan telah dialihkan kepada pengawas dan kepala sekolah sesuai dinas dan sekolah yang bersangkutan,” ujar Kepala UPT Dinas Dikpora Kecamatan Wawo, H Lukman, SPd, MSi, di Wawo, Senin (24/8).
Dua unit sepeda motor itu, katanya, dikembalikan dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat, seperti yang digunakan mantan pengawas TK/SD, Drs H Ruslan H Idris dengan plat EA 6503 X, dalam kondisi rusak ringan dan masih bisa digunakan oleh Syafrudin Usman, Ama Pd penilik Dikmas PAUD Kecamatan Wawo.
Namun, yang digunakan mantan pengawas TK/SD, H Mustawak H Muhdar, BA, dikembalikan dalam kondisi rusak berat dan hingga kini tidak bisa digunakan. Dua unit sepeda motor lainnya belum dikembalikan.
Mengapa? Kata Lukman, motor itu sebelumnya digunakan mantan pengawas TK/SD, H Abubakar Kudus, BA, EA 6014 X dan yang masih digunakan mantan Kepala SDN Inpres Kawae, Sulaiman Hemon, EA 6062 X, hingga kini masih bebas digunakan. “Kita sudah melayangkan surat dinas beberapa kali, namun hingga kini tidak dipedulikan. Dua unit sepeda motor itu direncanakan akan digunakan oleh Kepala SDN Inpres Ntori dan Kepala TU/Sekretaris UPT Dikpora Kecamatan Wawo,” ujarnya.
Dia menjelaskan, penarikan sepeda motor dinas itu berdasarkan surat Bupati Bima Nomor 029/160/009/2009 tanggal 6 Agustus 2009 lalu. Selain itu, berkaitan dengan kelancaran tugas kedinasan. “Kita berterimakasih kepada mantan pejabat yang dengan rela mengembalikan kendaraan dinas itu, sehingga pejabat yang dilantik kemudian bisa melaksanakan tugas dengan lancar,” katanya.
Kendaraan yang sudah ditarik, katanya, akan dilaporkan ke Bupati Bima Cq Kabag Umum Setda Kabupaten Bima. “Termasuk yang belum mengembalikan juga dilaporkan dan sebagai tindaklanjutnya kita serahkan kepada Bagian Umum,” katanya. (BE.13)

Eks Warga Timtim Pertanyakan Bantuan

Dompu, Bimeks.-
Puluhan warga eks Timor Timur (Timtim) mendatangi kantor DPRD Dompu, kemarin. Tujuannya meminta bantuan yang dijanjikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dompu beberapa waktu lalu.
Mereka ingin mengetahui mengapa hanya sebagian warga eks Timtim yang mendapat bantuan, Dari 300 lebih warga eks Timtim, yang mendapat bantuan beberapa bulan lalu hanya 105 orang saja. “Saya datang di kantor Dewan bersama dengan yang lainya ingin menagih janji dari Pemkab Dompu supaya memberikan bantuan itu harus merata,” ujar Asikin, warga Desa Banggo Kecamatan Manggelewa.
Dikatakannya, puluhan temannya eks Timtim itu dulu mendapatkan bantuan dari Pemkab Dompu, masing-masing satu orang sebesar Rp5 juta. Dia ingin juga mendapatkan bantuan yang sama untuk usaha. “Kami minta keadilan saja,” ujarnya.
Ketua Komisi 1 DPRD Dompu, Sirajudin, SH, mengaku belum bisa menerima warga eks Timtim sendirian, karena ada 25 anggota Dewan yang akan memutuskannya bersama-sama. “Saya sendiri belum dapat menerima kehadiran mereka. Karena wakil rakyat itu berjumlah 25 orang,” katanya. (BE.15)