Kota Bima, Bimeks.-
Kelompok Tani Sipi Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur, Kamis (6/8), mendemonstrasikan keragaman varietas unggul padi pada areal seluas satu hektare (ha) lebih. Demo itu disaksikan Wali Kota Bima, HM Nur A Latif.
Demo atau pemasyarakatan benih bermutu varietas unggul padi itu, dihadiri perwakilan kelompok tani di Kota Bima dan digelar di halaman kantor Kelurahan Dodu.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertanak) Kota Bima, Ir Hj Rini Indriati, mengenalkan enam jenis varietas unggul padi yang dikembangkan dan diujicoba di So Sipi Dodu kepada Wali Kota Bima, Kepala Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPS TPH) Provinsi NTB, Ir Abdullah Karim, MSi, dan perwakilan kelompok tani. Varietas itu adalah Silugonggo, Ciboga, Cigeulis, Ciherang, Mekongga, dan Sarina.
“Keenam varietas itu selain unggul meningkatkan produksi pangan, juga pulen jika dikonsumsi, apalagi varietas Ciherang,” ujarnya.
Dengan demo positif itu, katanya, diharapkan manfaat penggunaan benih bermutu dan berlabel bisa dimasyarakatkan. Selain itu, dapat meningkatkan kesadaran petani agar senantiasa menggunakan benih bermutu dari varietas unggul dalam setiap usaha tannya.
“Tentu saja kelompok tani yang hadir bisa menyebarluaskan varietas unggul baru yang mempunyai potensi tinggi dan keunggulan lain yang belum dimiliki oleh varietas unggul yang ada sebelumnya,” katanya.
Hal senada dikemukakan Kepala BPS TPH Provinsi NTB, Ir Abdullah Karim, MSi. Dalam beberapa dekade terakhir, Provinsi NTB yang dulu dikenal minus pangan, tetapi kini termasuk lima daerah yang merupakan fokus produksi pangan.
Katanya, daerah NTB memiliki keunggulan dari daerah lain karena ratusan petani menjadi penangkar penih. Kebanggaan itu, jangan berhenti sampai di situ, tetapi diharapkan terus berlanjut. “Jika ada petani atau kelompok tani yang mengusulkan untuk menjadi penangkar benih, kita wajib hukumnya untuk membantu dan mendukungnya,” ujarnya.
Oleh karena itu, jelasnya, apapun yang diinginkan petani selalu didukung Wali Kota Bima dan diharapkan Kota Bima menjadi sumber benih di NTB. Berdasarkan catatannya, jenis varietas unggul yang dikeluarkan pemerintah sudah mencapai 200 lebih varietas padi. Dulu, NTB hanya mengenal varietas yang umurnya sekitar enam bulan, tetapi kini berumur pendek sekitar tiga bulan 15 hari. Namun, produksinya meningkat dan pulen dimakan.
Usai demo varietas unggul padi, Nur A Latif dan rombongan didampingi Lurah Dodu, Abubakar Tayeb, Ketua Kelompok Tani Sipi, H Malik bersama PPL Rasanae Timur, Kamarudin, menyaksikan keragaman varietas yang dikembangkan Kelompok Tani Sipi. (BE.13)
Ingin Dekat Petani, Fokus Lahan Abadi
Ini komitmen Wali Kota Bima, HM Nur A Latif. Dia tak akan menutup mata dalam mendukung petani dan peternak.
Diakuinya, saat bersamaan diundang oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga, Adyaksa Dault dan dijanjikan mendapatkan dana pembangunan stadion mini di Kota Bima. Tetapi, baginya berada bersama petani lebih diutamakan.
Dia mengaku masa kecil di pegunungan dan menjadi anak desa karena dibesarkan di kampung Ta’a Desa Ntori. Namun, ada yang merisaukannya, karena setiap saat menyaksikan ulah orang yang merusak alam. “Bodoh orang yang memberi ijin untuk mengeruk dan merusak hasil alam di Bima,” katanya.
Dia mengaku mengingatkan mantan Gubernur NTB, Serinata dan HM Zainul Majdi serta Bupati Bima agar ijin mengambil hasil hutan di Tambora dicabut, karena mudharatnya lebih besar. Lama-kelamaan hutan di Bima akan habis dan sumber mata air juga akan hilang. “Akhirnya kita semua bisa mati, karena kehabisan air sumber kehidupan,” katanya.
Dia mengingatkan warganya agar menjaga kelestarian hutan dan sumber mata air. Saat itu, secara blak-blakan tidak mengungkapkan ketidaksukaannya dengan cara kerja PDAM Bima yang menutup sumber mata air di Oi Sii Rontu dan Oi Wobo Wawo. “Ke depan, saya punya program di Kota Bima harus ada desain lahan abadi dan tetap terjaga,” katanya.
Nur Latif meminta seluruh Lurah agar mendata areal khusus yang akan dijadikan lahan abadi itu. Desain lahan itu, harus terjaga dan terpelihara airnya, luas lahannya tidak bisa mendirikan bangunan rumah, kecuali pondokan kecil (salaja).
Saat ini, katanya, lahan pertanian semakin berkurang, tetapi orang yang membutuhkan hasil pertanian semakin banyak. Apalagi, banyak tanah produktif dijual untuk membangun rumah. “Oleh karena itu, kita akan mendesain program lahan abadi agar nanti tetap terjaga sepanjang masa, termasuk lahan itu terjaga dari serangan hama, dan lainnya,” katanya.
Kota Bima, katanya, sudah menggunakan teknologi untuk penangkaran benih di Kelurahan Kendo, sehingga diharapkan stok pangan di Kota Bima tetap stabil. “Ke depan, kita tidak ingin dihambat produksi pangan karena kendala pupuk dan obat-obatan,” katanya.
Selain berkomitmen membantu petani, tetapi juga bidang peternakan. Hanya saja, kebiasaan buruk yang dilakukan peternak adalah melepaskan ternaknya, sehingga penataan kota rusak dimakan ternak liar. Di daerah lain, kambing atau sapi liar seperti itu adalah milik Tuhan yang diturunkan dari langit dan bebas dipotong dan dimakan. Tetapi, di Kota Bima masih ada toleransi, sehingga hanya ditahan dan didenda.
Namun, lucunya dimanfaatkan lagi orang buta dengan mengaku pemilik ternak itu agar petugas berbelas kasih untuk melepaskan dan mengembalikan ternaknya. (BE.13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar