Kamis, 10 September 2009

Cari Orang Tua, “Terdampar” di Bima

Kota Bima, Bimeks.-
Malang niang nasib Muhammad Rizki (17 tahun), warga Purworejo, Yogyakarta. Setelah melalang buana mencari orang tuanya ke sejumlah daerah, Kamis (10/9) dia malah telantar dan “terdampar” di Bima. Hampir seluruh bekalnya yang dia bawa habis.
Untungnya, Rabu (9/9) lalu, dia diterima oleh Polisi Sektor (Polsek) Sape sebelumya akhirnya diserahkan kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Bima karena kehabisan bekal dan uang transportasi.
Petualang Rizki mencari orang tuanya dimulai sekitar dua bulan lalu, saat itu mencari hingga ke kota Medan dan Jakarta. Teakhir, dia pun memilih “napak tilas” ke wilayah timur Indonesia setelah menerima informasi jika kedua orang tuanya, Ridwan dan Imiati, yang telah meninggalkannya selama tiga tahun itu berada di Flores Provinsi NTT untuk keperluan berdagang.
Namun, sungguh apes, setelah melalang- buana, orang yang disayanginya itu sudah tidak ada lagi di sana. “Katanya orang-orang di sana bapak dan ibu sudah dua tahun tidak ada di sana lagi, entah kemana lagi,” cerita Rizki di Dinsosnaker Kota Bima, Kamis (10/9).
Remaja ini masih merasa beruntung, setidaknya setelah mengetahui orang tuanya tidak lagi di wilayah timur Indonesai. Dia pun memilih kembali ke Jawa, dengan menumpang kapal fery penyeberangan hingga akhirnya “terdampar” di Sape karena habis bekal. “Tuhan mungkin masih sayang, untungnya setelah turun dari kapal dan kehabisan bekal, Polsek Sape mau tampung saya,” katanya.
Diakui remaja ceking tamatan SMP ini, selama ini tinggal bersama kakek-neneknya, Sugiarto dan Sumiati. Sejak ditinggal orang tua dan empat saudaranya, anak sulung itu terpaksa mencari nafkah sendiri. Sesekali membantu kakek dan neneknya sebagai kuli dan bertani.
“Sejak ibu-bapak tidak ada, saya tidak bisa lanjutkan sekolah lagi, untung-untung masih bisa makan,” katanya
Kamis (10/9) sekitar pukul 11.00 wita, Rizky diterima Dinsosnaker Kota Bima setelah diantar anggota Polsek Sape. Saat itu pun, langsung dibantu. Cerita suka-duka Rizki juga mengundang keprihatinan para pegawai di SKPD itu.
Bahkan, ada beberapa pegawai yang sampat menawarkan mengadopsinya. Namun, ditolaknya karena ingin kembali ke daerh asalnya Yogjakarta. “Saya masih pengen bisa menemukan orang tua saya, karena kangen sekali sudah lama tidak bertemu,” ujarnya.
Diakui Kepala Bidang (Kabid) Rehabilitasi dan Bantuan Sosial Dinsosnaker Kota Bima, Dra H Misbah, Rizki bukan orang telantar yang pertama kali ditangani dinas. Tahun ini saja, sudah pernah mengurus atau menangani 16 orang telantar, dengan variasi persalahan diantaranya ada yang kehilangan dompet, sebagian memang ada juga yang sudah kehabisan bekal.
“Tahun 2008 ada 21 orang yang kita tangani, mereka yagn kita tangani harus ada rujukan dulu dari Polres sebagai orang telantar baru kita tangani,” ujar Misbah.
Diakui Misbah, secara umum, penanganan orang telantar dilakukan secara estafet, antara daerah. Misalnya untuk peanganan Rizki, akan dilanjutkan oleh Dinsosnaker Mataram, sebelumnya akhirnya dilanjutkan Pronvinsi Bali dan diserahkan kepada pemerintah Yogjakarta. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar