Kota Bima, Bimeks.-
Penjualan bawang putih selama September 2009 memberi sumbangan terbesar terhadap inflasi di Kota Bima. Tercatat selama September, inflasi mencapai 0,83 persen. Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bima, Ir Lalu Supratna, dalam laporannya yang diterima redaksi Bimeks, Kamis.
Dikatakannya, umbangan bawang putih terhadap inflasi di Kota Bima 0,1175 persen. Disusul baju Muslim 0,1161 persen, emas perhiasan 0,0911 persen. Lainnya, gula pasir 0,0623 persen, ayam hidup 0,0474 persen, pisang 0,0648 persen, nasi 0,0456 persen, sampo 0,0387 persen, bandeng 0,0179 persen, dan tenggiri 0,01459 persen.
Dijelaskannya, inflasi di Kota Bima terjadi disebabkan kenaikan harga pada kelompok bahan makanan sebesar 1,33 persen. Kelompok makanan jadi, rokok adan tembakau 0,69 persen, kelompok sandang 3,99 persen, kelompok kesehatan 1,53 persen. “Untuk kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami perubahan indeks,” katanya.
Sebaliknya, kelompok yang mengalami penurunan indeks, yakni perumahan, air, listrik, gas, serta bahan bakar mencapai 0,05 persen. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,25 persen.
Dari 66 kota, kata dia, tercatat 63 kota yang mengalami inflasi dan tiga kota deflasi. Angka inflasi Kota Bima berada di urut 45. Inflasi tertinggi terjadi di Bandar Lampung 2,66 persen dan terendah di Gorontalo 0,05 persen.
Deflasi terjadi di Kota Sorong 0,98 persen, Ambon 0,55 persen dan Manado 0,36 persen. Inflasi di Kota Bima masih lebih rendah dibandingkan Kota Mataram mencapai 2,24 persen. (BE.16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar