Kota Bima, Bimeks.-
Sebanyak 11 rombongan civitas akademika Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang Jawa Timur, kecewa dengan pelayanan Merpati Nusantara Airlines. Berbagai agenda penting mereka terhambat, lantaran jadwal penerbangan dibatalkan Senin (10/8). Prof Dr Martono, satu di antara anggota rombongan itu.
Dia mengaku kecewa, karena saat di Bandara pihak Merpati justru menyatakan tiket tidak OK dan menuding pemesanan tiket dipaksakan. Padahal, kata Martono, tiket pesawat itu dipesan Pergi-Pulang (PP) Surabaya-Bima. Saat berangkat tidak ada masalah, namun justru ketika kembali muncul persoalan.
Kekecewaan dirasakan oleh para civitas adakemika Unibraw lainnya. Apalagi, banyak di antara mereka memiliki agenda penting. “Bahkan, dosen Abdul Hakim hendak berangkat ke Malaysia besok (hari ini, Red),” katanya kepada wartawan di penginapan Mutmainnah, Senin.
Namun, katanya, Abdul Hakim dapat berangkat dengan pesawat Trigana, itu pun menukar dengan tiket milik Ketua Yayasan STISIP Mbojo Bima, Drs H Mukhtar Yasin, yang mengalah untuk berangkat.
Karena kecewa, mereka kemudian langsung menghubungi pihak agen di Gresik menanyakan perihal tiket itu. Pihak yang dihubungi pun menyatakan OK dengan tiket yang sudah dipesan. Hal itu juga disampaikan ke pihak Merpati Bima, termasuk konfirmasi dengan pihak Jakarta. “Pihak Merpati Jakarta menyatakan yang salah adalah pihak Merpati Bima. Tapi, kami malah disalahkan karena dianggap memaksa. Kami sebagai pelanggan hanya meminta kepastian,” katanya.
Saat itu, jelas Martono, hendak mengonfirmasi lagi ke loket Merpati. Namun, justru tidak ada petugas, sehingga menemui pihak Bandara untuk mengeluhkan masalah itu. Pesawat pun akhirnya berhenti, mereka lari menuju pesawat yang sudah dibuka pintunya kembali. Namun, justru diusir lagi agar keluar dari Bandara. Kenyataan itu mengecewakan mereka.
“Kepala Bandara sendiri menyatakan mestinya untuk yang memesan tiket PP ada kode sendiri. Selain itu, kami juga kehilangan saat di Bandara,” katanya.
Selain itu, Prof Dr Sjamsiar Sjamsudin, juga kecewa. Pasalnya, Selasa (11/8) hari ini, ada jadwalnya dengan Gubernur Jawa Timur dan pagi ini harus ke Jakarta untuk bertemu dengan Mendagri. ‘’Tiket saya yang dipesan oleh Depdagri, terpaksa batal,” katanya dengan nada kecewa di Home Stay Mutmainnah, kemarin.
Ketua Yayasan STISIP Mbojo Bima, Drs H Mukhtar Yasin, juga kecewa. Pasalnya, rombongan dari Unibraw itu ke Bima atas undangan kampus. Dia menyesalkan pelayanan dari pihak Merpati Bima, karena kehadiran rombongan untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Bima.
Sebelumnya, beredar kabar di pesawat Merpati itu terdapat rombongan istri Bupati Bima dan istri anggota DPRD. Apalagi diduga keberangkatan itu menggunakan APBD, namun Sekretaris Dewan (Sekwan) Drs H Supratman, menolak berkomentar soal itu. (BE.16)
Agus: Pesawat Kelebihan Penumpang
Sementara itu, Branch Officer Manager Merpati Bima, Agus Noorsaman, menjelaskan pesawat dalam kondisi overload atau kelebihan penumpang. Penumpang pun dibatasi hingga 85 orang. Alasannya, karena kondisi cuaca atau angin kencang.
Dikatakannya, beberapa hari sebelumnya sudah diprediksi akan ada masalah seperti ini. Apalagi, semua penumpang Merpati menggunakan sistem rombongan. Sebanyak 16 rombongan turis tujuan Amerika, 31 rombongan istri anggota DPRD, dan istri Bupati Bima. Ditambah delapan rombongan turis yang ditunda keberangkatannya dan rombongan Unibraw Malang.
Sejak lima hari lalu, kata Agus, sebenarnya kondisi pembukuan penumpang sudah stand by. Mestinya, ketika kondisi seperti itu, pihak agen tidak memaksakan untuk melayani. “Yang salah di sini pihak agen di Gresik yang memaksakan untuk OK, sementara posisi pembukuan sudah stand by,” katanya di kantor Merpati Bima, Senin.
Dalam kondisi seperti itu, tandasnya, mestinya pihak agen tidak memberanikan diri mengiyakan bahwa tiket PP dengan jadwal yang sudah ditentukan sendiri. Akibatnya, Merpati Bima harus menerima imbas dari semua ini. “Apalagi penumpang kali ini semuanya rombongan, sehingga tidak mungkin menunda keberangkatan sebagiannya,” kata dia.
Selain itu, jelas Agus, rombongan dari Unibraw datang belakangan. Sementara penumpang lainnya sudah lebih awal. Dia membantah pembatalan pemberangkatan rombongan dari Unibraw itu, lantaran mendahulukan istri para anggota DPRD, karena sudah lebih dulu memesan tiket.
“Awalnya yang berangkat 40 orang, namun saya minta agar dikurangi, akhirnya berjumlah 31 orang. Mereka awalnya mau diberangkatkan 9 Agustus, namun ada kendala pada kami dan berangkat hari ini (kemarin, red),” jelasnya.
Diakuinya, kapasitas pesawat sebenarnya 108 kursi. Namun, kondisi landasan di Bima tidak mungkin menampung sejumlah itu. Apalagi, dengan landasan yang pendek dan aspal tipis.
Katanya, untuk Bandara Bima hanya bisa sekitar 90 penumpang dalam kondisi normal. Jika tidak, maka 85 orang saja. Meski demikian, sebagai kompensasi menanggung penginapan mereka. (BE.16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar