Senin, 07 September 2009

Pengemis Mulai ‘Gerilya’

Kota Bima, Bimeks.-
Menjelang hari raya Idul Fitri, pengemis di Kota Bima marak terlihat. Tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak. Mereka menyisir dari satu kantor ke kantor dengan cara berkelompok.
Pantauan Bimeks, Senin (7/9), di Kelurahan Mande, satu keluarga menyisir pemukiman warga untuk mengemis. Mulai orang nenek, orang tua, hingga cucu.
Seorang pengemis, Ani, asal Kelurahan Manggemaci, mengaku terpaksa melakukannya itu lantaran terhimpit biaya hidup, sementara suaminya beserta kedua mantunya sebagai pemulung. Pendapatannya pun tidak cukup untuk memenuhi makan minum sehari-hari. Lantaran masalah ekonomi itulah Ani mengajak kedua anak dan empat orang cucunya mengemis.
Dia mengaku, dalam sehari bisa mendapatkan Rp55 ribu. Pekerjaan ini akan dilakoninya hingga pemerintah dapat memberikan bantuan usaha, demi kelangsungan hidup keluarganya.
Warga Manggemaci, Ridwan, menanggapi fenomena maraknya pengemis di Kota Bima. Masalah pengemis atau gelandangan pengemis (Gepeng) harus menjadi catatan sendiri Pemerintah Kota (Pemkot) Bima. Menurutnya, pembangunan, jangan hanya diorientasikan untuk fisik semata. “Pembangunan fisik tidak semata-mata menjadi tolak ukur keberhasilan pembangunan, tetapi pembangunan masyarakat Kota Bima seutuhnya juga harus diperhatikan,” ujarnya di Menggamaci, Senin (7/9).
Menanggapi fenomena itu, Ketua Majlis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bima, H Yasin Abubakar, menjelaskan pengemis yang bukan fakir miskin adalah penghinaan, apalagi kebanyakan dari Islam. Untuk itu, perlu memanfaatkan zakat untuk mengubah pola meminta menjadi pemberi.
“Melalui zakat, pengemis bisa mendapat kehidupan yang lebih baik. Dengan memberikan modal usaha dari sebagian zakat yang diterima dan Pemkot harus mendukung penuh program yang ditawarkan oleh MUI ini,” hartapnya di kediamannya Kelurahan Dara, Senin. (K02)

1 komentar:

  1. pengemis adalah sebuah realita...memang dilematis masalah ini..sepertinya akar permasalahan kemiskinan harus diselesaikan dulu untuk menyelesaikan masalah pengemis..toh,masalah pengemis bukan dimonopoli hanya di Indonesia saja..
    Pengemis: Siapa yang salah?

    BalasHapus