Rabu, 16 September 2009

Permintaan Ayam Potong selama Ramadan Stabil

Kota Bima, Bimeks.-
Bagaimana geliat usaha ayam potong selama Ramadan? Diakui biasa saja, tak ada permintaan berlebihan. Seperti diakui peternak ayam potong, H Azis di Kelurahan Rabadompu Timur. Permintaan ayam ternaknya tidak meningkat selama bulan Ramadan maupun menjelang Idul Fitri 1430 Hijriyah.
Azis mengaku selama Ramadan ayam ternaknya hanya laku 4-5 ekor/hari, begitu juga dengan hari-hari biasa. Azis tidak pernah merasa berkecil hati, karena sudah biasa terjadi selama beberapa tahun memulai usahanya.
Biasanya, Azis mengambil bibit ayam usia 1 minggu untuk diternak selama tiga minggu sebanyak 700 ekor bibit. Satu ekor bibit dibeli seharga Rp5.500. Memasuki usia 23 hari atau layak dijual, para pembeli atau pedagang akan datang memesan. Satu ekor ayam dijual seharga Rp15.000. Tidak peduli dengan ukuran ayam besar atau kecil yang penting umurnya mencapai 23 hari.
Seiring mahalnya harga pakan, Azis mengurangi pasokan bibit menjadi 200 ekor dengan jumlah pengeluaran Rp5,2 juta. Lengkap dengan pakan dan obat-obatnya. Sistem penjualan pun diubah, biasanya dengan sistem satuan sekarang memakai sistem kiloan.
Usia ayam juga ditambah menjadi 38 hari agar memenuhi berat yang diinginkan. Satu kilogram ayam dijual seharga Rp14.000, kalau ayam langka harga dinaikan menjadi Rp16.000/Kg.
Azis menjelaskan, hal itu hanya berlaku bagi para pedagang yang mengambil dalam jumlah besar. Berbeda dengan pembeli rumahan yang hanya memesan 1-2 ekor ayam dikenakan Rp50.000/ekor ayam berusia 38 hari. Namun, harga itu masih bisa ditawar. “Pedagang dengan pembeli rumahan akan dikenakan harga yang berbeda,” katanya di Rabadompu Timur, Rabu (16/9).
Dari pengeluaran Rp5,2 juta/38 hari itu, Azis mampu mendapat keuntungan Rp1 juta dengan bermodal kesabaran dan keuletan. Karena nilai keuntungan itu, Azis akan menambah usahanya dengan membenahi kandang ternak dan meluaskan jaringan usaha.
Keberhasilan Azis bukan tanpa hambatan, karena setiap saat ada saja ayam ternaknya yang mati karena sakit dan kaget. Memasuki musim panas, ayam menderita flu karena tidak tahan panas.
“Segala upaya untuk mengobati sudah dilakukan, tetapi tidak membuahkan hasil, bahkan dengan memberi obat seperti fitalis dan terapi,” katanya. (K03)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar