Bima, Bimeks.-
Belum genap sebulan direhabilitasi, satu lokal bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Inpres Rasanggaro Desa Timu Kecamatan Bolo, sudah ambruk awal Oktober lalu. Hampir seluruh genteng dan tembok bangunan itu tidak bisa digunakan lagi. Nilai kerusakan mencapai Rp11 juta.
Tidak hanya guru dan siswa, sejumlah masyarakat setempat sudah sejak awal berharap bangunan itu dirampungkan. Merekan kaget, tidak ada angin atau gempa, bangunan yang bersumber dari Dana ALokasi Khusus (DAK) tahun 2009 itu tiba-tiba saja ambruk.
Meski tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, sejumlah orang tua murid mengaku masih trauma.Sejumlah orang tua murid dan masyarakat setempat, berharap pemerintah memberi atensi khusus terhadap proses pembangunan sekolah, termasuk mutu bangunan.
Jika tidak, sewaktu-waktu sekolah itu bisa saja kembali ambruk, apalagi jika mutunya atau kualitas bangunannya rendah. “Ini jangan sampai nanti ada korban jiwanya, untung-untung kemarin ambruknya bukan saat proses belajar mengajar, bagaimana kalau saat siswa belajar, banyak yang mati,” ujar seorang warga setempat yang enggan menyebut namanya, Senin di Sila.
Kepala SDN Inpres Rasanggaro, Jufri Idris, SPd, mengaku, penyebab bangunan di sekolah itu ambruk karena kesalahan teknis dalam proses pembangunan. Kondisi itu sudah dilaporkan kepada Dinas Dikpora Kabupaten Bima. “Memang bangunannya ambruk, seluruh gentengnya runtuh. Tapi itu karena kesalahan teknis tukang yang membangun ruangan itu, mereka salah memasang kayunya,” katanya di Timu.
Diakuinya, sekolah itu mendapat Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2009 sebesar Rp70 juta, seluruhnya untuk fisik bangunan sebesar 90 persen atau 60 juta, sisanya untuk pengadaan bangku dan meja siswa. “Dananya hanya untuk satu ruangan saja untuk rehabilitasi ruang TK, termin pertama dicairkan 29 juta tapi karena bangunan itu ambruk kita rugi 11 juta, “ katanya.
Menurutnya, ambruknya bangunan itu bukan karena kualitas campuran dan kayu, namun semata-mata kesalahan teknis tukang. Akibat bangunan ambruk seluruh genteng yang awalnya terpasang, jatuh dan rusak tidak bisa digunakan lagi.
Berdasarkan hitungan konsultan proyek itu, Jufri menaksir kerugian mencapai Rp11 juta, akumulasi dari harga kayu, semen dan genteng yang rusak. Jufri mengaku terpaksa memotong item lain dalam pengerjaan proyek DAK itu agar bisa melanjutkan proses rehab. “Kita terpaksa memotong item yang lain, karena uangnya sudah banyak terpakai dalam tahap pertama ini, tapi bangunannya ambruk,” katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bima, Drs Lukman, mengaku hingga kemarin belum menerima laporan tentang kondisi sekolah yang ambruk itu.
Namun, jika kondisi itu benar, diisyaratkan segera mengecek dan mengevaluasi pekerjaan itu. “Sampai sekarang kita belum menerima laporannya,” ujarnya. (BE.17)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar