Rabu, 07 Oktober 2009

Pasokan Air PDAM Bimadi Kumbe Dikeluhkan

Kota Bima, Bimeks.-
Sejumlah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bima di Kelurahan Kumbe mengeluhkan pasokan air bersih yang mengalir ke rumah mereka. Kucuran air diakui berkurang. Masalahnya, saat air lancar dan macet, pembayaran tagihan tetap sama.
Akibat kendala pasokan air itu, sejumlah pelanggan mengebor sendiri sumur air di halaman rumah menggunakan mesin diesel. Pelanggan PDAM Bima, Arni, dari Kelurahan Kumbe mengakui sejak berlangganan produk PDAM setahun lalu, pasokan air yang mengalir ke rumahnya sedikit. Memasuki bulan Ramadan 1430 Hijriyah, pasokan air sering macet. Bahkan, sekarang ini macet total. “Air hanya malam hari. Sekarang tidak datang sama sekali,” katanya di Kelurahan Kumbe, Rabu (7/10).
Hal yang sama diungkapkan pelanggan lain, Fandi dari Kumbe. Memasuki musim kemarau pasokan air bersih ke rumahnya sering macet sampai berhari-hari. Kenyataan itu memaksa keluarganya memanfaatkan air sungai untuk keperluan mencuci dan mandi.
Fandi dan pelanggan lainnya mengaku bisa memaklumi kemacetan air dari PDAM, karena pengaruh musim kemarau. Namun, mereka menyesalkan biaya pemakaian yang sama besarnya antara waktu air lancar dengan sekarang yang sering macet. “Air lancar maupun macet, bayar tagihannya kok sama saja?” ujar Fandi.
Katanya, tidak tahan dengan kemacetan air itu sebagian warga Kumbe mengebor menggunakan mesin diesel. Seperti yang dilakukan H Muhammad Usman.
Dikatakannya, setiap kemacetan air PDAM mengganti dengan mengebor air. Pergantian itu dilakukan hingga beberapa kali. Pada akhirnya, kembali menggunakan air bor. Langkah Muhamad itu kemudian diikuti oleh sejumlah warga lainnya dengan alasan yang sama.
Menanggapi keluhan itu, Direktur Operasional PDAM Bima, Maman Mansur S.Adm, mengatakan, banyak faktor yang berpengaruh terhadap pengurangan pasokan air ke setiap rumah pelanggan, di antaranya pemadaman bergilir listrik, musim kemarau panjang, dan ijin pengambilan air untuk diproses.
Dijelaskannya, selain memanfaatkan mata air dari Nungga dan Oi Si’i, PDAM Bima juga menggunakan listrik sebagai pembangkit diesel untuk memompa air. Untuk wilayah Kota Bima, terdapat lima sumur pengeboran menggunakan diesel. Antara lain Kelurahan Kodo, Penaraga, Sadia, Jatiwangi, dan halaman Kantor PDAM di Kelurahan Lewirato.
Katanya, jika terjadi pemadaman listrik pada salah satu tempat pemompa air, maka akan berpengaruh pada pasokan air kerumah pelanggan karena diesel juga mati. “Pelanggan tidak tahu kalau kami menggunakan listrik untuk tenaga pembangkit diesel,” tuturnya.
Maman menambahkan, memasuki musim kemarau debit air di setiap sumur pengeboran berkurang. Oleh sebab itu, diharapkan pelanggan lebih hemat menggunakan air, karena tidak banyak yang bisa dilakukan PDAM Bima untuk mengatasi masalah itu.
“Debit air berkurang memasuki musim hujan misalnya untuk pompa di Kelurahan Sadia sebelumnya mampu memompa 6 liter/detik, Kelurahan Penaraga dari 10 liter/detik sekarang menjadi 5 liter/detik,” jelasnya.
Bagi wilayah yang menggunakan air PDAM dari mata air Nungga seperti Kelurahan Kumbe, Rabadompu, dan sekitarnya tidak terpengaruh dengan keadaan cuaca. Musim hujan maupun musim kemarau, pasokan air ke rumah warga tetap sama. Diakuinya, hal itu karena ijin pengambilan air di lokasi itu dari 70 liter/detik, yang terrealisasi hanya 42 liter/detik. “Sebagiannya digunakan untuk irigasi pertanian warga setempat,” tambahnya.
Mengenai keluhan pelanggan tentang biaya pemakaian, Maman menjelaskan, PDAM Bima menerapkan tarif progresif. Setiap penggunaan 1 kubik sampai 10 kubik akan dihitung Rp1.790 ditambah pajak air bawah tanah sebesar Rp30/kubik. Dengan demikian, walaupun pelanggan menggunakan 1 atau 2 kubik/bulan tetap akan dihitung 10 kubik. (K03)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar