Jumat, 24 Juli 2009

3.200 Peserta Ikuti Tes Masuk STKIP Bima

Kota Bima, Bimeks.-
Sedikitnya 3.200 tamatan sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat, mendaftar menjadi calon mahasiwa baru STKIP Bima. Mereka hanya berasal dari daerah Bima, tetapi juga Kabupaten Dompu dan Provinsi NTT.
Banyaknya calon mahasiwa baru itu memaksa pengelola pendidikan melaksanakan seleksi ketat. Seleksi meliputi tes tertulis, wawancara, dan psikotes. Panitia pendaftaran mahasiswa melaksanakan tes masuk selama tiga hari. Pada hari pertama, dilaksanakan tes tertulis disusul tes wawancara, dan psikotest.
Saat tes wawancara, panitia menyediakan sedikitnya 10 ruangan. Tiga peserta tes berhadapan dengan tim seleksi dengan waktu hanya sekitar 15 menit.
Seorang tim penguji mahasiswa, Dr Amran Amir, menjelaskan, tes wawancara itu untuk mengetahui minat dan kemampuan calon mahasiswa, terutama dalam penguasaan bahasa Indonesia dan alasan ketertarikan mereka menjadi guru.
Rohana, peserta asal Dompu, mengaku tertarik masuk STKIP Bima karena statusnya jelas dan lulusannya berkualitas. "Saya tahu dari dulu STKIP Bima statusnya jelas dan lulusannya siap pakai," ujarnya.
Meski ada sejumlah perguruan tinggi (PT) lain di Dompu, namun Rohama tetap berkeinginan masuk STKIP Bima. "Lulusannya bagus dan ijasahnya diakui, sementara yang lain apalagi yang baru masih meragukan," jelasnya.
Pantauan Bimeks, sejak ujian tertulis calon mahasiswa membludak. Panitia, bahkan harus menyiapkan terop untuk menanpung peserta. Seluruh ruangan di STKIP digunakan untuk ujian tertulis. Saking banyaknya peserta, hingga halaman kampus menjadi sesak dan menjadi lautan manusia.
Antrean motor yang parkir, bahkan hingga jalan raya depan SMKN2 Kota Bima. (BE.14)

1 komentar:

  1. saya sangat setuju sekali dengan sistem penerimaan mahasiswa STKIP Bima. HAl ini menunjukan Bahwa Visi kota bima yang akan menjadi Kota pendidkan sudah didepan mata.Tetapi Semua itu perlu waktu salah satunya yang dilakukan oleh STKIP tersebut bisa menjadikan STKIP menjadi salah satu Icon perguruan tinggi yang berdaya saing dengan daerah lain.Padahal di kota-kota besarpun jarang melakuan penerimaan mahasiswa seperti itu.kalaupun ada hanya PTS yang bergengsi dan hanya formalitas semata.

    BalasHapus