Kamis, 30 Juli 2009

Alamak, Siswa SMAN 2 Wera Belajar di Bawah Pohon

Bima, Bimeks.-
Lantaran pembangunan sekolah mangkrak, siswa SMAN 2 Wera Kabupaten Bima belajar dibawah pohon dan emperan sekolah. Kondisi itu terjadi sejak Senin, 13 Juli lalu.
Pelaksana Tugas (Plt) SMAN 2 Wera, Raodah, menjelaskan belum jelas sampai kapan siswa harus belajar di luar ruangan kelas. Pasalnya, empat kelas yang dikerjakan belum dituntaskan oleh pemborongnya. Pihak pemborong, sudah dihubungi beberapa kali melalui handphone (HP), namun jarang direspons. Kenyataan ini menyebabkan pihak sekolah, komite, dan orang tua murid bingung. “Kemarin lima kali saya hubungi HP-nya tapi tidak mau diangkat-angkat,” katanya kepada Bimeks via HP, Kamis (30/7).
Raodah mengaku kesal, karena pihak kontraktor beberapa kali menjanjikan akan menuntaskan pekerjaannya. Sebelum siswa masuk sekolah, dijanjikan akan rampung. “Janjinya hari Senin (13/7) sudah rampung, tapi sampai sekarang tidak datang juga,” ujarnya.
Sebenarnya, kata dia, pihak kontraktor tinggal memasang kramik dan kaca jendela. Beberapa lagi yang lainnya, namun entah mengapa tidak pernah mau dituntaskan. “Selama ini hanya janji saja, tidak pernah ada buktinya,” ujarnya.
Proyek itu, kata dia, sebenarnya sejak 2007 lalu, namun pelaksanaannya selalu diundur. Hingga pertengahan 2009 belum juga tuntas 100 persen.
Wakil Ketua Komite SMAN 2 Wera, Abubakar H Jamaludin, mendesak Bupati Bima H Ferry Zulkarnain, ST, agar kontraktor itu menyelesaikan pekerjaannya. Pihak CV Sayonara, sebelumnya menjanjikan akan rampung Maret lalu. Proyek ini sendiri dari anggaran 2006 dan 2008. “Sampai saat ini belum selesai,” ujarnya.
Apalagi, kata dia, alokasi anggaran sekitar Rp497 juta. Akibatnya, siswa ada yang belajar di bawah pohon dan emperan sekolah.
Bagaimana tanggapan pihak CV Sayonara? Kontraktor Anwar Tunri Bali atau Baba Chong yang dihubungi via HP menjelaskan, sebenarnya pekerjaan itu tidak molor. Dijanjikannya, tiga hari ini akan diselesaikan. Hanya saja, ada kendala yang dihadapinya.
Dijelaskannya, volume pekerjaan proyek itu melebihi rencana awal. Dalam perencanaan ruangan seharusnya 7x8 meter, namun oleh konsultan salah menghitung menjadi 8x9 meter.
Akibatnya, harus menambah puluhan juta rupiah. “Kami sebagai kontraktor jangan hanya disalahkan, ini akibat ketidakcermatan konsultan dalam perhitungan,” katanya.
Kontraktor, katanya, ingin mendapatkan keuntungan, bukan sebaliknya merugi. Di sekolah itu, jelasnya tinggal pemasangan keramik saja. Dia sendiri telah menyarankan agar murid belajar saja dalam kelas, karena tinggal memasang keramik. Selain itu, mengeritik Dinas Dikpora agar tidak memaksakan pembangunan, jika anggaran tidak cukup. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar