Selasa, 28 Juli 2009

Komunitas Waria Cemaskan HIV/AIDS

Kota Bima, Bimeks.-
Fenomena mulai banyaknya warga Bima yang positif terjangkit HIV/AIDS, mengundang kekuatiran dan rasa prihatin sejumlah elemen masyarakat. Tidak terkecuali kalangan wanita-pria (Waria). Mereka kuatir penyakit mematikan itu mulai merebak, berharap pemerintah serius dan cepat merespons menanganinya.
Ririn, anggota komunitas Waria di Kota Bima mengaku, kaget dan was-was dengan mulai banyaknya warga yang terjangkit HIV/AIDS. Apalagi, seluruh penderita itu dikategorikan dari kalangan Waria. “Aduh, ngeri sekali rasanya HIV dah merebak di Bima. Kami sangat takut, kalau bisa pemerintah responnya cepat jangan sampai juga menyebar pada orang lain,” ujar Ririn saat dihubungi di Raba.
Kendati penanganan penyakit itu sebagian besarnya tanggungjawab pemerintah, pemilik salah satu salon di pasar Raba Bima itu mengaku, bakal mengampanyekan bahaya penyakit itu kepada teman-teman komunitasnya. Apalagi, karena kaum Waria selama ini selalu dikonotasikan dengan penyakit itu.
“Insya Allah, kita akan mulai dari diri sendiri dulu. Kami juga mengajak teman-teman juga, karena kami juga sangat prihatin Bima yang kita cintai terkontaminasi dengan penyakit itu,” katanya.
Diakui Ririn, bersama sejumlah rekannya selama ini juga pernah mengikuti sosialisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah tentang bahaya HIV/AIDS, termasuk penyakit sosial lainnya. Hal itu, diakuinya, mendorong a komunitas Waria lainnya berusaha menghindari aktifitas yang mendorong penyakit itu. “Kalau bisa kita kan menjauhi, apalagi selama ini yang kita tau banyak juga disebabkan jarum suntik, kita mengajak teman-teman, sama-sama sadar,” katanya.
Seperti diketahui sebelumnya, dua warga Rabadompu, Ris dan Bam serta Ar, warga Ngali Kecamatan Belo Kabupaten Bima dinyatakan positif terjangkit HIV/AIDS oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima. Ketiganya diketahui dari komunitas Waria.
Lalu adakah dana bagi penanganan virus itu? Ini bisa jadi pukulan berat keluarga pasien atau para penderita HIV/AIDS. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Bima, mengaku tidak menyiapkan dana khusus untuk menangani para pengidap virus mematikan itu.
Isyarat itu disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Bima, Ma’ani, kepada wartawan, Selasa (28/7).
Ma’ani mengaku, tidak ada satu pun item dana yang disiapkan pemerintah dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) itu untuk menangani penderita HIV/AIDS. Sebelumnya, anggaran hanya dari pemerintah pusat atau Dana Dekonsentrasi. Itu pun, khusus untuk menangani mantan (eks) penderita penyakit mematikan itu, bukan untuk menangani penyakitnya.
Kendati demikian, diakuinya, saat ini Dinsonaker Kota Bima sedang berupaya menggalang dana untuk membantu pasien HIV/AIDS. “Dananya memang tidak ada dalam RKA, tapi kemarin Kepala Dinas menyatakan berusaha bersama dinas lain untuk menghimpun dana,” katanya.
Menurut Ma’ani, rujukan perawatan atau pengiriman pasien HIV/AIDS ke Mataram bukanlah solusi yang tepat menangani penyakit itu. Pasalnya, meskipun dirawat di sana, belum tentu bisa sembuh dan menjamin virus itu tidak menyebar.
Satu-satunya hal yang bisa dilakukan pemerintah atau masyarakat adalah bertindak antisipatif, menjaga perilaku agar tidak terjangkit. “Itu bukan solusi, dirawat di sini atau di sana sama saja, yang bisa kita lakukan lebih baik mencegah dengan menjaga perilaku, jangan “jajan”, karena di sana juga tidak ada ruangan isolasinya,” katanya.
Ma’ani berharap, rumah sakit yang menangani sejumlah pasien HIV/AIDS bisa profesional. Pasalnya, merebak spekulasi ada pemakaian jarum suntik lebih dari satu kali oleh pihak medis, sehingga bisa memicu terjangkitnya virus itu.
“Kita tekankan kepada rumah sakit jangan sampai memakai jarum suntik lebih dari satu kali, karena itu sangat berbahaya,” pungkasnya. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar