Rabu, 29 Juli 2009

MUI: Obat HIV/AIDS hanya Iman dan Taqwa


Bima, Bimeks.-
Mencegah lebih baik daripada mengobati, pepatah itu sangat tepat menyikapi fenomena mulai banyaknya penderita HIV/AIDS di Bima. Masyarakat harus menghindari sejumlah hal yang bisa memicu terjadinya penyakit mematikan itu. Selain mencegah, harus membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan.
Demikian diingatkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bima, HM Said Amin, BA, saat dimintai tanggapannya atas fenomena munculnya penyakit mematikan itu di Bima.
Menurut Amin, jika masyarakat sudah membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan, bisa dipastikan akan terhindar dari marabahaya terjangkit penyakit itu. Karena penyakit HIV/AIDS merupakan bagian dari kutukan (laknat) Tuhan. “Penyakit itu berawal dari hubungan yang tidak normal, gonta-ganti pasangan, lahir dari perzinahan. Kalau masyarkat berjalan pada rel agama itu, pasti kita terhindar dari penyakit itu,” ujar Amin di sekretariat MUI Kabupaten Bima, Rabu (29/7).
Said mengatakan, sesuai yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW, suatu ketika akan timbul penyakit kusta dan angin merah (virus) dan sejenisnya yang tidak memiliki obat. Hal itu disebabkan, karena ulah atau degradasi moral manusia sendiri.
“Dalam agama kita kenal ada tiga jenis yang diturunkan Tuhan, ada ujian, peringatan dan siksa atau hukuman, penyakit itu juga merupakan salah satu siksaan,” katanya.
Said menjelaskan, masyarakat dan pemerintah harus cepat menyikapi secara bijak mulai banyaknya penderita penyakit HIV/AIDS dengan selalu mengacu pada kaidah agama, meningkatkan pemahaman tauhid, beriman dan bertaqwa, serta menjauhi larangan yang telah ditetapkan.
“Sampai sekarang ini, obat penyakit itu belum ada. Penyakit itu datang dari Tuhan dan obatnya juga dari Tuhan. Jadi obatnya hanya tegakkan shalat, itulah solusinya,” katanya.
Menurutnya, fenomena munculnya beberapa penyakit sosial dan kenakalan remaja tak lepas dari degradasi moral, minimnya pemahaman agama karena ekspresi kebebasan yang berlebihan. Beberapa orang tua cenderung memberikan kebebasan kepada anak dari dini tanpa pengawalan hingga mendorong terjebak pada penyakit sosial.
“Saat tak banyak masyarakat yang paham agama, sementara pada bagian lainnya pelajaran PMP dan yang berbau agama di sekolah sudah dihilangkan,” katanya.
Seperti dilansir Bimeks sebelumnya, tiga pasien yang dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima karena positif mengidap HIV/AIDS. Mereka diisolasi pada ruangan tertentu, namun ada juga yang berbaur dengan pasien penyakit lainnya.
Dua orang diantaranya diketahui warga Rabadompu dan satu orang lainnya yang dirawat dua pekan lalu berasal dari Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Ketiganya diidentifikasi sebagai wanita-pria (Waria) atau banci. (BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar