Senin, 24 Agustus 2009

Air Lontar Sumber Pendapatan Warga Oi Mbo

Kota Bima, Bimeks.-
Kemampuan warga lingkungan Oi Mbo Kelurahan Kumbe dalam mengelola lontar, khususnya air tuak, sebagai minuman khas daerah Bima dapat diandalkan untuk menunjang perekonomian keluarga. Sebagian besar warga setempat memiliki pohon lontar untuk dimanfaatkan. Salah satunya adalah keluarga Darfin (50 tahun).
Bapak lima anak itu menekuni menyadap air tuak sejak 20 tahun lalu. Pohon lontar dapat memroduksi airnya sepanjang tahun, antara bulan April sampai November. Pada bulan Desember hingga Maret, produksinya sedikit berkurang karena pengaruh musim.
sehari Darfis menyadap air tuak sebanyak 20-25 liter dari 12 pohon yang dikoleksinya. Harga jual satu liter senilai Rp7.500. Dari situ, pendapatan setiap hari sekitar Rp100 ribu atau sebulan bisa mencapai Rp1 juta.
Nah, produksi air lontar yang tidak pernah berhenti sepanjang tahun itu membawa keuntungan bagi para penyadap. Bagi Darfin, dari pengelolaannya itu mampu memasukan anaknya menjadi anggota Kepolisian. Selain itu, menyekolahkannya tiga anaknya pada salah satu Perguruan Tinggi (PT) di Bima.
Apakah ada jaminan produk Darfin asli atau tak dicampur? Darfis tegas membantahnya. Kabar itu, diakuinya, bisa mengancam usahanya karena apa yang dilakukannya murni. “Isu itu bisa mematikan usaha kami,” kataya kepada Bimeks di Oi Mbo, Kamis (20/8) sore.
Mengenai perbedaan rasa, Darfis mengaku, bisa disebabkan oleh sejumah faktor. Di antaranya, pisau yang digunakan tidak steril, periuk untuk memasak tidak bersih, dan campuran antara tuak baru dan yang sudah dimasak bisa berpengaruh terhadap rasa. (K01)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar