Senin, 10 Agustus 2009

Atasi Kendala Pengairan, Pak Wali!

Kota Bima, Bimeks.-
Meski kendala air untuk mengairi lahan pertanian, tetapi sejumlah petani di Kelurahan Sambinae, dan Panggi tetap nekat menanam kedelai. Ratusan hektare lahan tak boleh dibiarkan menganggur.
Pantauan Bimeks, Minggu (9/8), di So Panggi dan So Sambinae sekitar STKIP Bima, beberapa petani mulai menanam kedelai, sebagian hanya menaburkan benih pada lahan kering, kemudian disirami dengan menggunakan pipa paralon.
“Untuk mengalirkan air dengan mesin kita harus menggunakan pipa plastik dan pipa paralon sepanjang 500 meter dari sumber mata air,” ujar Abdurrahman, petani so Panggi, Minggu.
Setiap musim kering (MK 1) maupun MK 2, katanya, senantiasa dihadapkan dengan kendala pengairan. Belum lama ini, hampir seluruh tanaman padi gagal panen. Kalaupun ada yang panen hasilnya sangat mengecewakan. “Kita tidak perlu kapok dengan kegagalan itu karena satu-satunya harapan petani adalah bekerja dan berharap mendapatkan hasil,” katanya.
Dia berharap Wali Kota Bima HM Nur A Latif serius memerhatikan keluhan petani selama ini. Mereka tidak pernah meminta sesuatu, tetapi nasib petani bergantung sungguh kelancaran pengairan. “Saat ini debit air Dam Raba Mboda semakin kecil dan tidak mencukupi lahan yang banyak, sehingga hanya cukup untuk mengairi lahan sekitar Dam,” kata warga RT 03 Kelurahan Sambinae ini.
Untuk mengairi lahan, katanya, mereka harus mengeluarkan dana besar, paling sedikit Rp50 ribu hingga Rp100 ribu setiap kali. Biaya itu berkaitan dengan bensin dan sewa mesin.
Hal senada dikemukakan warga Panggi, Jakariah. Pada musim kering II banyak petani yang tidak mau mengambil risiko gagal panen, sehingga banyak lahan tidur, tetapi sebagian petani memanfaatkan lahan tidur itu untuk mengadu untung dengan menanam kedelai. “Siapa tahu dengan pengairan pas-pasan tanaman kedelai bisa dipanen,” katanya di Panggi, Minggu. (BE.13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar