“This is Virginia, Syahruna...”
Bagaimana kabar rombongan pelajar SMA Kota Bima yang mengunjungi Amerika Serikat? Guru pendamping, Syahruna, mengaku sambutan pada berbagai kunjungan santun dan ramah, seperti di negara bagian Virginia. Berikut bagian kecil catatannya yang ditulis Syahruna dan dikirim ke redaksi Bimeks, tadi malam.
Tanpa terasa, hampir genap sebulan saya dan empat pelajar dari Kota Bima yang diundang pemerintah Amerika Serikat berada di AS. Menurut jadwal, pada Jumat 14 Agustus 2009, kami akan kembali menjejakkan kakinya di Bima, setelah tiba di Jakarta pada 13 Agustus. Sayang, tidak banyak cerita yang bisa kami tulis, karena kegiatan selama berada di AS, sangat padat.
Setelah tiba di Dulles Airport Washington, D.C, kami bersama pelajar lain dari Indonesia, dijemput tiga staf dari Legacy International dan seorang staf dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Butuh waktu sekitar satu jam perjalanan ke Virginia, sebelum akhirnya tiba di Hotel Hyatt di Kota Roanake, sebuah kota di negara bagian yang berada di sebelah selatan ibukota AS, Washington, D.C itu. Kami kemudian dijemput oleh beberapa staf dari Legacy International.
Kota Roanake sedikit modern dan ramai dibandingkan dengan kota-kota lain di Virginia. Dua hari setelah itu, host family menjemput dan kami tinggal selama sepuluh hari di rumah mereka.
Muhammad Nizar Syohib tinggal di rumah Susan dan Reif Kesler, seorang dokter kaya di Kota Roanake. Fitri Kurniati tinggal di rumah Tanya Ustinova dan William Bill Smale, juga di Kota Roanake. Dia pengusaha besar dan bekerja di Bank.
Sementara Raodhatul Jannah Khairudin, tinggal di Kota Bedford, wilayah di mana banyak sekolah dan universitas. Dia tinggal di rumah Dedeh dan Eric Rubin di atas bukit di 1153 Daybreak Driv. Dedeh dan Eric sama-sama ilmuwan. Pasangan ini tidak memiliki anak. Sedangkan Wasiadi Farhatoni atau Tatang, tinggal di Global Youth Village di Nancy Socarres, Wakil Presiden Legacy International of America. Saya sendiri tinggal agak jauh dari kota, yaitu di Forest pada rumah Frank dan Linda Roskamp. Frank adalah mantan tentara Amerika Serikat yang sekarang masih ditugaskan untuk berkomunikasi dengan Eropa. Istrinya, Linda, bekerja di perusahaan minyak.
Semua kami tinggal di wilayah negara bagian Virginia. Kota tua yang sangat bersejarah dan asal lahirnya Human Right. Masyarakat di sini sangat menghargai satu sama lain, terutama perbedaan pendapat. Mereka sangat berbeda dengan negara-negara bagian lainnya di Amerika. Kesantunan dan kelembutan antara sesama manusia adalah suatu tatanan nilai dan norma di Viginia.
Sangat tabu membicarakan masalah seksual, tidak suka membicarakan orang lain, apa lagi saling memfitnah, mereka langsung tegur. Bila membicarakan tentang orang lain, mereka akan tegur dengan satu kalimat “This is Virginia, Syahruna...”
Keesokan hari, kami harus mengikuti presentasi dari Mr G Michael Pace, Jr, Presiden Ikatan Pengacara Negara Bagian Virginia, yang berbicara tentang peranan pengacara membangun Virginia, mencerdaskan masyarakat, dan memberikan konstribusi konsep atau draf pembuatan hukum dan Perda di Virginia.
Michael berjanji bila pemerintah Indonesia atau pemerintah daerah yang ingin dibantu atau ada beberapa pengacara atau organisasi pengacara di Indonesia yang membutuhkan bantuannya, bersedia memberikan bantuan gratis termasuk memfasilatasi studi banding ke Amerika Serikat.
Setelah selesai mengikuti presentasi di gedung LSM terbesar di Virginia (di Virginia, pemerintah membangun gedung tempat pertemuan para LSM. Ada tempat meeting, kantor semua LSM, kafe, dan semua kebutuhan LSM setempat). Kami disiapkan tempat untuk shalat Jumat. Hal yang paling menarik adalah staf Legacy International meminta utusan dari Indonesia untuk memberikan khutbah dan imam.
Alhamdulillah saya mendapat penghargaan untuk menjadi khatib dan imam pertama di Kota Roanake Virginia. Syahruna berbicara tentang “Substansi Perubahan”. Jumat berikutnya, khutbah akan disampaikan oleh seorang guru dari Turki atau Iran.
Hari berikutnya kami mengikuti presentasi dari Presiden Legacy International, Mr JE Rash atau nama Islam-nya Dr Syehk Rashid tentang Islam and Democracy.
Setelah acara presentasi, ada penyerahan surat Wali Kota Bima HM Nur A Latif kepada Presiden Legacy International bersama cinderamata. Hal ini sudah masuk dalam jadwal hijau, artinya jadwal yang tidak boleh digeser.
Setelah sepuluh hari berada dan tinggal bersama host family kami masing-masing, kemudian dikarantina selema serpuluh hari di summer camp untuk mengikuti kemah kepemimpinan bersama rekan-rekan dan pelajar dari berbagai Negara. Kami semua berbaur untuk belajar meningkatkan kemampuan kepemimpinan di sebuah village terpencil. Kami pun tidak diperkenakan untuk berhubungan dengan siapa pun, termasuk keluarga di Indonesia.
Para orang tua siswa di Bima sempat khawatir karena tidak ada kabar selama hampir dua pekan. Bahkan orang tua Raodhatul Jannah sempat menghubungi Staf Keduvae AS dan CCEI di Jakarta. Hasilnya, Anna, panggilan Raodhatul Jannah, diberikan kesempatan untuk menelepon ke Bima. (bersambung)
Pada 1 Agustus 2009, saya diundang oleh beberapa pengusaha dari
negara bagian Virginia Amerika Serikat untuk mempresentasikan masalah perkembangan bisnis di Indonesia secara umum dan beberapa peluang bisnis di Bima. Peluang bisnis yang sangat memungkinkan di Bima sebagaimana yang
saya presentasikan adalah bisnis investasi di bidang kelautan, pariwisata, dan pertanian. Kegiatan volentir juga sangat mereka sukai dan bahkan sangat antusias untuk memberikan bantuan.
Mereka tertarik pada kegiatan bidang kesehatan, seperti operasi katarak, sunatan masal, penyuluhan kesehatan ibu dan anak dan beasiswa kepada mahasiswa kesehatan dan kepada siswa berprestasi. Hal ini disampaikan oleh wakil President kelompok para pengusaha Virginia pada saat acara makan malam bersama mereka di pertemuan itu.
Hal ini akan dapat dilakukan bila ada kerja sama pemerintah dengan mereka melalui komunikasi awal tentang data penduduk dan hal-hal yang berkaitan dengan
proyek kegiatan volentir yang mereka ingin lakukan. Proyek seperti ini biasanya mereka sering kerjakan pada setiap musim panas untuk mengisi masa libur mereka. Kegiatan volentir adalah kegiatan sosial yang mereka lakukan dengan uang mereka dan kerja sama dengan pemerintah atau NGO lokal untuk memediasi kegiatannya.
Pada hari yang sama, siswa dari Indonesia khususnya siswa dari Kota Bima mendapat bimbingan dari salah seorang pengusaha perbankan di Amerika dan dosen di Inggris dan Amerika, DR Kaufman. Ia mendidik siswa dari Indonesia yang berbakat jadi pengusaha, salah satunya yang berminat jadi pengusaha adalah siswa dari Bima, yaitu Raodhatul Jannah Khairuddin. Kaufman memberikan konsep yang mantap, sistimatis, dan implementatif bagaimana jadi pengusaha yang sukses kepada para siswa itu.
Pada hari-hari berikutnya sampai sekarang para siswa belajar bagaimana cara mengerjakan proyek dan membuat proposal proyek. Instrukturnya adalah Laurrianne dari Virginia Amerika yang ahli di bidang metodologi pengajaran.
Pada Selasa 4 Agustus 2009, para siswa dari Indonesia sedang
menyelesaikan proposal proyeknya kemudian mereka akan mempresentasikan pada Pleno Meeting di depan Vice President Legacy International untuk menentukan apakah mereka layak mendapatkan dana motivasi proyek dari Legacy International atau tidak. Siswa dari Bima telah membuat dua proyek yaitu proyek penghijauan Kota dan proyek pengembangan bahasa Inggris bagi siswa SMU di Kota Bima. Semoga dua proyek ini mendapat restu dari Legacy International untuk dilaksanakan di Kota Bima.
Sabtu lalu, Tim dari Indonesia telah menampilkan beberapa tari tradisional, Jawa Barat menampilkan seni bela diri dan tari jaipong, sedangkan Sumatera Selatan menampilkan drama, seni bela diri, dari Bima menampilkan Fashion Show dengan mengenakan pakaian tradisional Bima yang ditampilkan oleh Tatang berpasangan dengan Fitri, sedangkan Nizar berpasangan dengan Anna. Pada saat perpisahan dengan host family, Anna dan Fitri menampilkan tari Wura Bongi Monca. Malam itu tim Indonesia menutup acara culture show-nya dengan sama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi sebelumnya mereka menyanyikan lagu Dangdut Is the Music of my Country dan joget bersama dengan peserta dari beberapa negara lain yaitu dari Turki, Irak, Iran, India, Korea Selatan, China, California Amerika, German, Mesir, Pakistan, dan Mynmar.
Pada Jumat pagi 7 Agustus 2009, tim dari Indonesia telah menuju Washington, D.C untuk mengikuti meeting dengan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat. Selain itu, juga ada tour ke Capitoll Hill (gef\dung parlemen) dan Wahite House (Istana presiden Amerika). (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar