Kamis, 27 Agustus 2009

Pedagang Mengaku Menu Sajian Laku

Kota Bima, Bimeks.-
Anda sudah mengunjungi Pasar Ramadan di lapangan Merdeka? Jika ke sana, tampak warga berjubel ingin berbelanja makanan dan tajil berbuka puasa. Bahkan, ada juga yang sekadar jalan-jalan menikmati suasana.
Pasar dadakan itu menjual aneka masakan siap saji dan aneka tajil untuk berbuka puasa. Tujuan pasar Ramadan itu agar masyarakat mudah mendapatkan menu berbuka puasa yang bervariatif dengan harga terjangkau.
Meski baru berlangsung tiga hari, namun animo masyarakat terlihat masih tinggi. Walaupun harga-harga yang ditawarkan lebih tinggi daripada tahun sebelumnya.
Salah satu pedagang di lokasi itu, Hj Siti Mariah (75 tahun), warga Sarae Gilipanda, pada hari pertama puasa dagangannya terjual Rp400.000 dan hari kedua hampir sama. Dua jenis makanan andalannya adalah kolak dan ‘karedo maci kandole’.
Dia mengaku baru kali ini berjualan di Pasar Ramadan yang dihelat Pemkot Bima. Hasil yang diperoleh kali ini berkurang Rp50.000 hingga Rp100.000 daripada Ramadan tahun lalu. Dagangannya dijual seharga Rp2.500/porsi.
Ibu enam anak ini mengaku membayar Rp10.000 untuk biaya pendaftaran berdagang di Pasar Ramadan. Dia merasa tempat berdagangnya di sekitar Pegadaian pasar raya Bima terasa sejuk dan nyaman, namun di tempat sekarang merasa kepanasan. “Tahun-tahun kemarin, saya pulangnya pukul 5 tapi sekarang pukul 6,’’ ungkapnya.
Berbeda dengan yang dirasakan oleh pedagang lainnya, yaitu pasangan suami-istri (pasutri) Umar dan Erna, warga Kampung Sigi Kelurahan Paruga. Mereka berjualan kolak, lauk-pauk, dan sayur-sayuran setiap kali setiap tahun. Mereka juga selalu mendapat keuntungan yang lumayan banyak.
Pada hari pertama, menu dagangan pasangan ini terjual Rp500.000 dan hari kedua Rp400.000. “Suasana Pasar Ramadan kali ini lebih meriah daripada tahun sebelumnya,” kata Umar di lokasi.
Dia mematok harga Rp10.000/porsi untuk ayam yang telah diolah, perkedel jagung Rp1.500/biji, pepes ikan Rp10.000/bungkus, dan kolak Rp5.000/porsi.
Kemeriahan pasar Ramadan yang tertata dengan rapi, termasuk pengelolaan lahan parkir yang aman, menjadikan para pengunjung selalu ramai. Hal inilah yang menyebabkan seorang pengunjung, Imel (24 tahun), selalu hadir. Dia mengaku, menghabiskan Rp20.000 hingga Rp25.000hari untuk berbelanja lauk-pauk dan tajil.
Lain halnya dengan Mardiana (38 tahun), warga Kumbe. Dia mengaku baru kali ini berbelanja. Setiap tahun, berbelanja di Pasar Ramadan, namun tidak setiap hari.
Diakuinya, sebanyak Rp125.000 dihabiskan untuk berbelanja lauk-pauk dan tajil. “Kalau beli sedikit takutnya tidak cukup buat anak-anak,” ujarnya, Senin (24/8).
Menurutnya, harga makanan kali ini naik dua kali lipat dari Ramadan tahun lalu. “Sajian makanan sedikit, tapi mahal,” tuturnya. (K.05)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar