Kota Bima, Bimeks.-
Pasar Ramadan yang digelar selama bulan puasa di lapangan Serasuba, mulai Kamis (17/9) hari ini ditutup. Selain sesuai rencana sebelumnya, lapangan itu disiapkan untuk pawai takbir akbar dan shalat Idul Fitri.
Kepala Dinas Koperindag Kota Bima, Drs H Idrus, SH, MH, mengatakan, pelaku pasar Ramadan itu sekitar 100 lebih pedagang makanan dan minuman siap saji untuk berbuka puasa. Kegiatan itu, diapresiasi oleh masyarakat, terbukti ramai dikunjungi. Diskoperindag hanya memfasilitasi dengan menyiapkan tempat, tenda gratis, dan pemantauan keamanan, sedangkan parkiran ditangani Dishubkominfo. “Namun, kita sayangkan tingkat kesadaran penjual untuk memperhatikan kebersihan masih dikeluhkan,” ujarnya di Diskoperindag, Rabu (16/9).
Tidak hanya itu, katanya, berdasarkan keluhan pembeli patokan harga setiap item dagangan harganya relatif mahal. Contohnya, harga ikan segar hanya berkisar Rp25 ribu/kilogram, tetapi setelah dibakar dan digoreng dijual menjadi Rp15 ribu hingga Rp20 ribu/ekor. Akibatnya, banyak pembeli eksodus membeli ikan segar di tempat lain.
Dia menilai, penjual kurang menjaga kesinambungan pasar, padahal kesuksesan pasar Ramadhan adalah interaksi yang diharapkan kontinu antara penjual dan pembeli di lokasi itu. “Kita mengakui keuntungan sesaat luar biasa, tetapi tidak mempertahankan jumlah pembeli yang datang di lokasi itu. Ini sebuah kelemahan yang perlu dievaluasi ke depan,” katanya.
Dengan pasar itu, katanya, Wali Kota Bima ingin memotivasi agar banyak uang beredar di Kota Bima melalui interaksi pedagang dan pembeli. Terbukti, pedagang bisa mendapatkan rata-rata sekitar Rp500 ribu/hari, uang yang beredar di lokasi itu diperkirakan puluhan juta.
Bagaimana penilaian Ketua Forum Kerukunan Pengusaha Kecil dan Menengah Kota Bima, M Nur Ramdan, terhadap pasar Ramadan? Secara umum, penghasilan pedagang tahun ini dengan tahun sebelumnya agak berkurang, bahkan dinilai minus. Ini disebabkan peredaran uang di Kota Bima semakin sedikit, sehingga hasil yang diperoleh pedagang berkurang.
Tahun lalu, katanya, lelang barang bisa mencapai Rp2 juta/hari, tetapi kini paling banyak hanya Rp1 juta bahkan kurang dari itu.
Sebagai pengusaha, katanya, salut terhadap dukungan Wali Kota Bima, HM Nur A Latif bagi perkembangan usaha kecil. Namun, pasar senggol bisa ditetapkan untuk pedagang kecil yang menjual konveksi keperluan Lebaran mulai pukul 16.00 Wita hingga malam hari.
Tahun ini juga, katanya, kesadaran pedagang dalam menjaga kebersihan relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Terbukti, mereka menyiapkan tas kresek untuk membuang sampah. Bahkan, penataan lokasi juga agak lebih baik. (BE.13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar