Jumat, 16 Oktober 2009

Hingga Oktober, 10 Penderita GB Meninggal

Bima, Bimeks.-
Berapa angka kasus Gizi Buruk (GB) atau busung lapar di wilayah Kabupaten Bima? Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dikes) Kabupaten Bima, sejak awal Januari hingga Oktober 2009, kasus GB mencapai 85 kasus. Sepuluh orang diantaranya tercatat meninggal dunia karena terlambat dilaporkan.
Kepala Seksi (Kasi) Gizi Dikes Kabupaten Bima, Tita Masithah, MSi menyebutkan, angka itu meningkat jika dibandingkan tahun 2008 lalu yang hanya tercatat 68 kasus dimana lima diantaranya meninggal dunia. Masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya, kasus itu terkonsentrasi di sejumlah wilayah meliputi Kecamatan Lambu, Sape, dan Woha.
Rata-rata penderita GB itu masuk dalam kategori klinis marasmus dan kwashiorkor disertai penyakit penyerta diantaranya Pnemonia, diare, Ispa, anemia, GEA, dan TB Paru.
“Jumlahnya meningkat dari tahun sebelumnya, tingkat keparahannya juga meningkat,” ujar Tita di Dikes Kabupaten Bima, Jumat (16/10).
Diakui Tita, secara umum penyakit GB disebabkan multi faktor diantaranya berasal dari ibu bayi atau balita. Sebagaian ibu tidak memberikan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif karena lebih awal memberikan makanan pendamping sebelum mencapai umur dua tahun. Selain paradigma kesehatan yang cenderung salah, diakuinya, faktor yang paling dominan dalam masalah GB tingkat kesejataraan masyarakat yang saling terkait juga dengan tingkat pendidikan. “Program ASI ekslusif kita belum sepenuhnya berhasil,” ujarnya.
Meskipun saat ini secara umum alokasi dana kesehatan secara nasional hanya sebesar 6 persen, menurut Tita, intervensi pemerintah dalam menangani kasus itu sudah banyak. Selain memberikan bantuan bagi penderita GB, secara rutin petugas Dikes hingga tingkat Puskesmas juga melaksanakan sejumlah langkah antisipatif dengan mendata dan menjaring penyakit itu.
Jika dalam suatu wilayah ditemukan satu gizi buruk, warga lain di sekitar itu juga rentan dan kemungkinan menderita penyakit yang sama.
Dari segi pendanaan, katanya, saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp50 juta untuk menangani gizi kurang (GK)
Kendati demikian, diakuinya, jika dibandingkan rasio penderita GB itu, anggaran itu masih cukup minim. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sesuai kebijakan pemerintah pusat saat ini Pemerintah daerah harus menyiapkan dana dukungan (shering) kesehatan karena pemerintah pusat hanya menanggung 30 persen dari total kebutuhan anggaran. “Beda dengan dulu penanganannya masih bisa maksimal karena ada dana dekon, kalau sekarang beban itu ditanggung pemerintah daerah. Padahal belum seluruhnya daerah memiliki kondisi keuangan yang bagus,” ujarnya.
Kesepuluh penderita GB yang meninggal dunia tahun 2009 itu yakni Hendra asal Desa Godo Kecamatan Woha, meninggal di RSUD Bima 14 Januari, Suci (Risa Kecamatan Woha, meninggal 14 Januari di RSUD Bima), Satrio asal (Poja, Kecamatan Sape, meninggal 2 Februari), Uswatun asal (Parado Wane), meninggal di desa setempat (11/2), Ozi (Sumi, Kecamatan Lambu meninggal di RSUD Bima (19/2), Rizki (Tolouwi, Kecamatan Monta) meninggal di RSUD Bima (11/3), Hengki Kurniawan (Lambu, Kecamatan Lambu meninggal (19/4), Jilsa (Simpasai, Monta meninggal (12/5), Fadila (Ntonggu, Kecamatan Belo) meninggal bulan Juli, Bunga Silviana (Ntori, Kecamatan Wawo meninggal (31/8).
Seperti diketahui sebelumnya, angka GB di Kota Bima juga mencapai puluhan di tiap Puskesmas, diantara penderita itu ada yang tercatat masuk dalam fase klinis, marasmus dan kwashiorkor.(BE.17)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar