Selasa, 13 Oktober 2009

Kebijakan Pengentasan Kemiskinan belum Terlihat

Bima, Bimeks.-
Kebijakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, dinilai belum menunjukkan keseriusan untuk mengentaskan masalah kemiskinan. Program-program yang disusun, masih jauh dari harapan menyejahterakan rakyat.
Penilaian itu mengemuka dalam diskusi stakeholder dengan tema ‘Menyambut Kabupaten Bima Impian dan Menyongsong Kebijakan Pro-Pengentasan Kemiskinan’ di Rumah Makan Arema, Selasa (13/10). Hadir dalam diskusi itu berbagai elemen, termasuk Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bima, Ir Muhammad Jafar.
Bambang, dari LPD2Der, mempertanyakan program yang mengarah langsung pada pengentasan kemiskinan, termasuk kesesuaian visi-misi pemerintah dengan RPJMD yang ada. Baginya, kesuksesan dalam mengentaskan kemiskinan ada tiga aspek. Yakni kemampuan dalam efisiensi anggaran, aparatur yang handal, dan aset yang memadai.
Ketua Program Studi Lingkungan Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bima, Abdul Haris, MSi, mengatakan berdasarkan dana angka kemiskinan di Bima 48 persen. Kebutuhan angkaran kerja sebanyak 38 persen dan 85 persen masyarakat bekerja pada sektor pertanian. Mengatasi masalah pengangguran, mestinya membuat program padat karya, seperti bidang pertanian. Apalagi, saat ini pemerintah Provinsi NTB memprogramkan Sejuta Sapi. “Mestinya pemerintahan saat ini mencuatkan isu kemiskinan, bukan isu pendidikan,” katanya.
Disamping itu, dalam menyusun program sebaiknya memberi otoritas yang besar pada ahlinya. Seperti memberi kewenangan pada Bappeda yang banyak memiliki orang ahli, bukan mengedepankan keinginan Bupati. Jika hal itu terjadi, maka muncul otoritarian dan cenderung bernuansa politis, bukan strategis.
Ketua HMI Cabang Bima, Abdul Kadir, juga mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam pemindahan ibukota Kabupaten Bima, termasuk menyoal masalah pendirian infrastruktur Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Kepala Bappeda Kabupaten Bima, Ir Muhammad Jafar, mengatakan siapapun Bupatinya, yang memimpin Bappeda tetap akan menyesuaikan visi-misinya dengan RPJMD yang ada. Apa yang telah dilakukan Ferry-Usman sudah ada data evaluasinya secara tertulis.
Diantara upaya pemerintah dalam menjawab problem pengentasan kemiskinan, jelas Jafar, dengan membenahi infrastruktur. Termasuk tahun 2010 akan mencanangkan pemindahan ibukota Kabupaten Bima. Keterlambatan pemindahan itu lantaran ada perubahan aturan tentang RTRW.
Katana, angka kemiskinan di Kabupaten Bima berdasarkan dana yang dimiliki sebesar 36,02 persen. Jumlah itu berdasarkan beberapa indikator, mulai dari sangat miskin dan miskin. “Mengenai penilaian yang beragam terhadap pemerintahan Ferry-Usman, sah-sah saja. Karena masing-masing memiliki persepsi sendiri,” katanya.
Masalah dana Rp2,5 miliar untuk bangunan PTN, katanya, tidak dapat diubah atau dialihkan. Diharapkan dengan PTN, akan menahan mahasiswa keluar daerah. Masalah isu pendidikan, Pemkab Bima bukan sekarang mencuatkannya, namun sejak masa Bupati H Zainul Arifin. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar