Kamis, 08 Oktober 2009

Renda-Ngali Bentrok, Satu Warga Terkena Peluru

Bima,  Bimeks.-
Rentetan letusan senjata api dari kelompok warga Desa Renda dan Ngali Kecamatan Belo, Rabu (7/10) siang, menyalak di areal persawahan. Dalam kasus itu, Jhon, warga Ngali, terkena dua peluru pada bagian lehernya. Saat itu, korban mengaku sedang duduk di pematang sawah. Korban saat ini dirawat di RSUD Bima.
Tak hanya itu. Dua aparat Kepolisian mengalami luka-luka, karena terkena lemparan batu pada wajahnya. Belum diketahui jelas asal batu. Aparat Kepolisian setempat menduga, pemicu bentrokan Rabu siang itu berawal dari aksi pembakaran gubuk di areal persawahan setempat.
Bentrokan terbuka dengan berbagai jenis senjata itu, berlangsung lebih dari satu jam. Memang, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu, namun insiden itu menyebabkan warga dua desa itu dalam dekapan ketakutan.
Pantauan Bimeks, mata panah bertebaran, parang terlihat diacungkan, selongsong perluru pun berserakan. Entah bagaimana bentrokan antarwarga desa bertetangga itu  terus berulang. Padahal, sebelumnya pernah didamaikan (islah) dan bersepakat tidak bertikai lagi.
Aparat Kepolisian yang berusaha mendinginkan suasana, justru mendapat teror. Waka Polres Bima, Komisaris Polisi (Kompol) Djumarlan, mengaku mendapat kiriman pesan layanan singkat (SMS) dari seseorang yang mengaku warga Ngali dan menuding aparat berpihak pada warga Renda. Dalam SMS yang diperlihatkan kepada wartawan itu, mengancam menembak polisi jika tidak menarik diri keluar dari areal bentrokan.
Saat itu juga, Waka Polres Bima memerintahkan anak buahnya mundur. Langkah itu dilakukan, bukan lantaran takut dengan ancaman itu, tetapi menghindari jatuhnya korban. Aparat memilih mengalah sambil memantau keadaan. “Kami bukannya takut dengan senjata warga. tapi kami lebih memilih mundur untuk menghindari korban,” ujar Waka Polres.
Saat itu, semua pasukan Polres Bima bersama Brimob ditarik ke Markas Polsek Belo. Tidak diketahui bagaimana situasi setelah aparat menarik diri, karena wartawan pun ikut mundur dan memilih mengamankan diri. Di perbatasan dua desa, sesaat setelah aksi saling serang, suasana masih tegang. Dua kubu warga masih berjaga-jaga di desa masing-masing. Dua pleton pasukan Dalmas disiagakan di jalan raya, tepatnya di perbatasan desa.
  Masing-masing di tangan warga menggenggam berbagai jenis senjata tajam, seperti parang dan tombak hingga panah. Sempat terlihat warga yang memegang senjata laras panjang dan diduga rakitan. Setelah suasana sedikit mereda, masih terdengar suara latusan senjata api dari dua kelompok itu.
Sejumlah sumber dari Kepolisian yang bersiaga di lokasi menyatakan, saling serang berlangsung di areal persawahan yang menghubungkan dua desa. Letusan senjata api terdengar bertubi-tubi. Belum ada informasi yang pasti jatuhnya korban dari aksi baku tembak itu. Masing-masing merangsek maju dan menyusun strategi. Beberapa gubuk di persawahan dibakar, termasuk sisa daun kedelai yang mengering ikut dibakar.
Aparat yang berusaha menghalau dengan tembakan peringatan, malah diserang balik dengan lemparan batu. Karena jumlah yang tidak seimbang, aparat pun sempat memilih mundur sambil membalas dengan tembakan ke udara.
Suasana semakin tegang saat seorang petugas Intel berusaha masuk ke wilayah Ngali untuk mencari informasi. Aparat tersebut sempat dihujani batu dan ditodong senjata tajam. Aksi baku-serang pun berakhir setelah kedua kubu mengalah dan memilih istirahat menjelang adzan Dzuhur. Aparat pun kembali bersiaga di areal perbatasan dan warga tetap berkumpul di areal persawahan.
Pengamanan bentrokan itu, cukup menguji kesabaran aparat. Kepada wartawan, Waka Polres Bima mengaku berusaha menghalau agar bentrokan tidak pecah. Namun, aparat malah diserang balik hingga menyebabkan dua korban terluka.
Dia belum memastikan jatuhnya korban. Teridentifikasi juga ada warga yang menenteng senjata api standar yang digunakan TNI/Polri. “Ini masih kita selidiki,” ujarnya.
Meski suasana masih belum sepenuhnya pulih, Waka Polres meminta pasukannya mundur dan bertolak ke Mapolsek Belo yang jaraknya sekitar lima kilometer (Km). Pemicu bentrokan kemarin, diduga berawal dari aksi pembakaran gubuk di areal persawahan setempat.
Tidak hanya itu, 16 ekor kambing milik warga Renda raib. Bentrokan kali ini semakin menambah daftar panjang pertikaian antardua kampung itu.
 Kades Renda, Drs Zulkarnain, mengatakan bentrokan antardua desa itu telah banyak merugikan masyarakat itu sendiri. Mereka tidak bisa tenang beraktifitas, karena dihantui serangan. Dia berharap pertikaian itu segera berakhir dan hidup dalam suasana damai. (BE.16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar